Vaksin Sinovac untuk Kebutuhan Jangka Pendek di Indonesia, Sinyal Vaksin Corona Meluncur Akhir Tahun
Bambang mengatakan penyuntikan vaksin untuk menciptakan kekebalan kawanan atau herd imunity masyarakat dari Covid-19.
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal China Sinovac ditujukan untuk kebutuhan jangka pendek.
Bambang mengatakan vaksin yang dikembangkan bersama negara lain dapat disuntikkan jika telah terjamin keamanan dan keampuhannya.
"Vaksin Sinovac maupun yang kerjasama lain itu adalah kebutuhan vaksin jangka pendek, karena bagaimanapun. Kalau memang sudah ada vaksin terbukti aman nomor satu, dan yang kedua manjur ya. Jadi safety dan efikasinya terpenuhi," ujar Bambang dalam webinar yang disiarkan channel Youtube Rakyat Merdeka, Selasa (6/10/2020).
Menurutnya, jika vaksin sudah siap penyuntikan dapat dilakukan.
Bambang mengatakan penyuntikan vaksin untuk menciptakan kekebalan kawanan atau herd imunity masyarakat dari Covid-19.
"Memang akan lebih baik kalau vaksinasi segera dimulai. Sehingga mulai menciptakan yang namanya herd imunity. Karena herd imunity harus ada vaksinnya. Nah herd imunity ini pelan-pelan terbentuk dengan mulainya vaksinasi. Itu jangka pendek. Ketika vaksin ini sudah siap," tutur Bambang.
Bambang mengungkapkan vaksin Sinovac ini kemungkinan tidak akan bertahan hingga seumur hidup.
Kekebalan yang dihasilkan oleh vaksin ini, menurut Bambang dapat hilang dalam setahun atau dua tahun.
Sehingga dibutuhkan proses vaksinasi kembali untuk mencegah penularan virus corona.
"Kemungkinan besar vaksin yang akan kita dapatkan tidak seumur hidup. Maksudnya daya tahan yang ditimbulkan tidak seumur hidup. Ada setahun kemudian, dua tahun kemudian anda harus di-booster, divaksin lagi. Supaya tetap punya kemampuan bertahan terhadap Covid-19," jelas Bambang.
Hal ini yang membuat dibutuhkannya vaksin untuk jangka panjang.
Bambang mengatakan vaksin buatan dalam negeri atau merah putih dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan vaksin di dalam negeri.
"Maka jangka menengah panjang kita akan menggunakan atau fokus pada vaksin merah putih," pungkas Bambang.
Kemungkinan Tersedia Akhir Tahun
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kemungkinan besar vaksin virus corona atau Covid-19 akan tersedia pada akhir tahun ini.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan solidaritas dan komitmen politik semua pemimpin negara di dunia untuk memastikan distribusi vaksin yang merata ketika tersedia.
"Kita akan membutuhkan vaksin dan ada harapan pada akhir tahun ini kita mungkin memiliki vaksin. Ada harapan," kata Tedros dalam sambutan terakhir kepada Dewan Eksekutif WHO seperti dilansir Reuters, Rabu (7/10/2020).
Sembilan vaksin eksperimental berada dalam peninjauan fasilitas vaksin global COVAX di bawah kordinasi WHO yang bertujuan untuk mendistribusikan 2 miliar dosis pada akhir 2021.
Pertemuan dewan dua hari guna meneliti respons global terhadap pandemi, mendengar suara atau masukan dari negara-negara anggota termasuk Jerman, Inggris dan Australia untuk reformasi memperkuat badan PBB.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengkritik kerasa peran WHO dalam krisis kesehatan ini.
Bahkan Trump menuduh WHO terlalu dekat dengan China serta tidak melakukan cukup banyak hal untuk mempertanyakan tindakan Beijing akhir tahun saat virus pertama kali muncul di Wuhan.
Sejauh ini terdapat 168 negara di dunia telah bergabung dengan fasilitas COVAX.
Namun tidak ada negara-negara besar seperti China, Rusia dan Amerika Serikat bergabung dalam fasilitas COVAX yang akan mengirimkan 2 miliar dosis vaksin ke seluruh dunia pada akhir tahun depan.
Meskipun demikian sekitar 64 negara kaya telah mendaftar dalam fasilitas tersebut.
Sebelumnya, sebuah sumber pemerintah Rusia mengatakan kepada Reuters tidak perlu bagi negaranya untuk mengambil bagian dalam program ini karena sedang mengembangkan dan memproduksi vaksinnya sendiri.
"Namun demikian, kami tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa vaksin kami di masa depan akan ditawarkan kepada peserta COVAX," kata sumber itu.
Kementerian kesehatan Rusia tidak berkomentar terkait tidak bergabung dalam COVAX.
Meskipun demikian WHO terus memperingatkan seluruh negara agar warganya mematuhi protokol kesehatan.
Sejauh ini, WHO mencatat pengujian vaksin baru mencapai fase ketiga.
Sehingga, vaksin Covid-19 versi sempurna belum ada hingga saat ini.
Karenanya, WHO mengimbau agar negara-negara menerapkan aturan ketat untuk menegakkan protokol kesehatan berupa penggunaan masker, menjaga jarak sosial (social distancing), mencuci tangan, memakai masker di ruang publik dan transportasi publik.
WHO pun meminta negara-negara untuk memperbanyak pengujian Covid-19.
“Pesan kami kepada Pemerintah dan masyarakat jelas: “lakukan semua (protokol kesehatan),” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, sebagaimana dilansir Reuters beberapa waktu lalu.
Catatan Redaksi:
Bersama-kita lawan virus corona.
Tribun Jabar mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan.
Ingat pesan ibu, 3M (Memakai masker, rajin Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak). (Reuters/AFP)