Virus Corona di Jabar
Emil: Setelah Dua Kali Disuntik Vaksin, Seharusnya Darah Kami Ini Bereaksi.
Kalau kesimpulannya baik, sambil berproses menuju Maret mungkin produksi vaksin
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Agung Yulianto Wibowo
TRIBUNJABAR.ID - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengingatkan warga agar mempersiapkan mental untuk berada dalam masa pandemi, yang menurutnya, masih akan berlangsung setidaknya hingga tahun depan.
Meski produksi vaksin kemungkinan dipercepat, menurut dia, proses vaksinasi diperkirakan akan memakan waktu hingga akhir 2021.
Ini berarti, masyarakat baru bisa hidup normal pada 2022.
"Sesuatu yang tidak enak didengar. Tapi saya menyampaikan agar kita bersiap dengan proses yang panjang ini dari eksperimen, testing, produksi, distribusi, produksi, penyuntikan, dan lain-lain, kita doakan itu," ujarnya setelah kunjungan keempat rangkaian tes uji klinis vaksin Covid-19 di Puskesmas Garuda di Kota Bandung, Rabu (30/9/2020).
Gubernur yang akrab disapa Emil ini tes bersama Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto, Kepala Kejati Jabar Ade Eddy Adhyaksa, dan Kapolda Jabar Irjen Pol Rudy Sufahriadi.
• Kabar Terkini Uji Klinis Vaksin Covid-19 di Bandung, Sudah Sejauh Mana?
• Prioritas Vaksin Akan Diberikan kepada Garda Terdepan, Lalu Masyarakat dengan Risiko Tinggi
• Masyarakat Harus Siap Mental, Kalau Uji Klinis Vaksin Covid-19 Berhasil, 2022 Kehidupan Baru Normal
Kunjungan yang ke-4, atau dalam istilah medis disebut Visit 3 atau V3 itu adalah pengambilan darah dari para relawan, setelah dua kali penyuntikan dosis vaksin dilakukan.
"Setelah dua kali disuntik vaksin, seharusnya darah kami ini bereaksi. Setelah dua minggu ini bereaksi, yang harapannya adalah peningkatan antibodi, sesuai yang diharapkan ya mendekati 90 persen sehingga bisa dikategorikan yang kita sebut dengan memiliki imunitas terhadap Covid-19," kata Emil.
Emil juga mengatakan, pengambilan darah ini tidak bisa hanya dilakukan sekali, tapi dua kali. Pengambilan darah yang kedua rencananya akan dilakukan bulan Desember 2020.

"Pengambilan darah yang kedua itu final. Setelah itu akan diteliti kemungkinan hasil akhirnya. Mohon doanya bahwa pengambilan darah pertama hasilnya bagus, dan pengambilan darah kedua Desember nanti juga hasilnya bagus, mengkonfirmasi kesuksesan vaksin," katanya.
Seharusnya, kata Emil, baru setelah Desember itu akan ada dua kemungkinan, yakni mulai produksi vaksin atau tidak. Berdasarkan prosedurnya, setelah Desember masih ada tiga bulan, sampai Maret, untuk pengecekan dampak kesehatan dari peserta uji klinis vaksin.
"Tapi karena urgensi dan emergensi Covid-19 ini luar biasa, kemungkinan sampai Desember ada kesimpulan. Kalau kesimpulannya baik, sambil berproses menuju Maret mungkin produksi vaksin yang kita lakukan bisa kita mulai di Bio Farma," katanya.
Emil mengatakan memang sudah ada merek vaksin-vaksin lain yang akan datang ke Indonesia, tapi jumlahnya terbatas dan tidak diproduksi di dalam negeri. Itu sebabnya, dari semua vaksin yang ada ini, yang paling bisa diandalkan adalah yang diproduksi di Bio Farma.
"Diproduksi di dalam negeri dengan jumlah kapasitas sesuai yang kita harapkan, dengan puluh atau ratus juta, dikali dua kali suntikan. Saya juga sudah memonitor dan mendukung pemerintah pusat, sedang melakukan simulasi distribusi logistik karena Tanah Indonesia yang berkepulauan ini kunci tantangan ada pada distribusi logistik. Setelah distribusi logistik kita doakan proses penyuntikannya juga bisa berlangsung tidak terlalu lama," katanya.
Jubir Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Rodman Tarigan, mengatakan vaksin Covid-19 yang tengah diuji klinis baru bisa diproduksi dan diberikan kepada masyarakat setelah melewati rangkaian uji klinis fase 3 dan diizinkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Tim uji klinis bekerja sudah ada timeline-nya. Keputusan untuk izin edar, ada di BPOM," kata Rodman melalui ponsel, kemarin.

Per 30 September 2020, katanya, uji klinis fase 3 vaksin buatan Sinovac Biotech ini sampai pada tahap kunjungan keempat atau Visit 3 (V3).
Sejauh ini, ujarnya, sebanyak 1.447 relawan sudah menjalani kunjungan pertama atau V0 berupa skrining.
Relawan yang menjalani V1 atau vaksinasi pertama sebanyak 1.089 relawan, relawan yang menjalani V2 atau vaksinasi kedua sebanyak 650 orang, dan sebanyak 110 relawan sudah melaksanakan V3 atau pengambilan darah setelah pemberian vaksinasi kedua. (syarif abdussalam)