Dari Buruh Kini Pilih Tinggal di Hutan Berkebun dan Buka Kedai Kopi, Begini Nasibnya Akibat Covid-19
Pandemi Covid-19 berimbas pada usaha kedi kopi Deden di kaki Gunung Malabar
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Siti Fatimah
TRIBUNJABAR.ID,BANDUNG-Pemuda asal Kampung Palalangon Desa Campaka Mulya Kecamatan Cimaung bernama Deden (36) ini, semula, berprofesi sebagai buruh bangunan. Sejak dua tahun terakhir, dia banting setir.
Dia jual rumahnya, kemudian membangun rumah dari bambu dan kayu di tengah hutan pinus di kaki Gunung Malabar tepatnya di sekitar Gunung Puntang. Di bawah menjulangnya pohon pinus itu, dia menanam sekira 2 ribu batang pohon kopi.
Ia juga sendiri yang memetik dan memanen, serta mengolah biji kopinya hingga jadi serbuk kemudian dia dirikan kedai kopi di tengah hutan.
Setiap hari, banyak pengunjung yang mampir untuk ngopi, makan nasi liwet, berbincang tentang Gunung Malabar, lingkungan, kopi, wisata hingga olahraga.
• Meski Pandemi Covid-19, KPU Karawang Izinkan Paslon Gelar Kampanye di Dalam Ruangan, Ini Syaratnya
"Ya saya banting setir. Dulu buruh bangunan. Disana saya enggak berkembang, lalu nekat jual rumah, bangun usaha kopi dan menanam sekira 2 ribu batang kopi. Sudah dua tahun lebih disini," ujar Deden ditemui di Kedai Kopi Sarongge miliknya, pada Minggu (13/9/2020) pagi.
Kabut tipis masih menyelimuti hutan. Matahari di timur masih tertutup rerimbunan pohon pinus. Sesekali sinarnya menyelinap ke kedai kopinya. Sarongge, merupakan nama kawasan hutan pinus yang dia tempati.
Dari lokasi wisata Bumi Perkemahan Gunung Puntang, menuju tempatnya, mengandalkan akses jalan tanah merah menembus hutan.
Jalan ini biasa digunakan para pemotor offroader, pesepeda hingga wisatawan yang hobi jalan kaki.
• Selain 2 Tewas, 1 Warga Cianjur Patah Tulang Iga Saat Bantu Padamkan Api yang Membakar Pesantren
"Sebelum ada pandemi Covid 19, turis asing dari Iran, Inggris sampai Malaysia sering kesini jalan kaki," ucap dia.
Jalan setapak dengan tanah merah ini dari Gunung Puntang bisa tembus ke obyek wisata Wangun Desa Pasirmulya Kecamatan Banjaran masih di kaki Gunung Malabar yang bisa diakses dari Kecamatan Banjaran. Selama ini, jalur tersebut merupakan surganya para pemotor offroad dan pesepeda.
"Yang kesini setiap hari ada kang. Yang pemotor offroad, yang gowes sampai yang jalan kaki," ujar Deden.
Selama dua tahun terakhir itu, dia tinggal di rumah berukuran sekira 10 meter persegi itu. Di belakangnya, menghampar kebun kopi yang dia tanam di lahan milik Perhutani.
• Tunggu Keputusan Jakarta, Ridwan Kamil Tak Akan Bertlakukan PSBB Ketat di Bodebek
Di rumah itu, satu ruangan dibuat untuk dapur dan satu ruangan lagi untuk tempat tidur. Untuk penerangan menggunakan generator berbahan bakar solar.
"Setiap hari selama dua tahun terakhir, istri dan dua anak saya tinggal disini. Untuk pencahayaan pakai generator," ucap dia.
Tinggal di tengah hutan, tidur di tengah dingin hutan, bisa jadi tidak nyaman. Apalagi,untuk dua anak yang sudah duduk di SMK dan SD serta istri.