Siapa Nanh, Perempuan Indonesia yang Jadi Pembom Bunuh Diri di Jolo, Diduga Putri Pembom Bunuh Diri

Letjen Cirilito Sobejana, mengidentifikasi dua wanita itu dikenal sebagai Nanh (Nanah) dan Indah Nay.

Editor: Ravianto
AFP/Nickee Butlangan
Bomb di Pulau Jolo, Filipina, pelaku diduga wanita asal Indonesia 

Jauh sebelumnya, polisi Indonesia sudah mengungkap identitas dua WNI yang diduga menjadi pelaku bom bunuh diri di gereja Katolik Pulau Jolo, Filipina Selatan, pada 27 Januari 2019.

Dua pelaku adalah Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh yang merupakan anggota Jamaah Ansharut Daulah ( JAD) Makassar.

Mereka adalah suami istri.

"Ternyata pelaku suicide bomber di Filipina adalah dua orang Indonesia atas nama Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo saat konferensi pers di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (23/7/2019).

Hal itu terungkap setelah polisi menangkap terduga teroris berinisial N (39) di Padang, Sumatera Barat, dan Y yang diamankan di Malaysia pada awal Juni 2019.

Awalnya, polisi Filipina hingga Polri kesulitan mengidentifikasi kedua pelaku teror tersebut.

Menurut Dedi, keduanya masuk ke Filipina tidak melalui jalur resmi sehingga otoritas setempat tidak mendeteksi ketibaan keduanya.

"Kedua tersangka ini masuk lewat jalur ilegal Filipina sehingga identitas kedua pelaku tidak ter-record dengan baik di Filipina, sehingga kita tidak bisa mengidentifikasi pelaku suicide bomber," ungkapnya.

Dedi mengatakan, kedua terduga pelaku diberangkatkan ke Filipina oleh S alias Daniel alias Chaniago.

S yang juga merupakan otak atau mastermind sejumlah aksi teror di Indonesia diduga berada di Khurasan Afghanistan.

S sudah masuk ke dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Polri sejak lama.

"Karena mengetahui rencana aksi tersebut dan (S) sudah memberikan dana untuk 2 tersangka ke Filipina dari Makasar," kata dia.

Investigasi sedang berlangsung

Kedutaan Besar RI di Manila menyatakan, sampai saat ini pihaknya belum menerima kejelasan siapa pelaku serangan teror di awal pekan ini, meski media lokal menyebut pelakunya merupakan warga negara Indonesia (WNI).

Sekretaris Kedua, Pelaksana Fungsi Sosial dan Budaya KBRI Manila, Agus Buana menuturkan, pengungkapan pelaku diperlukan waktu yang tidak sebentar, mengingat yang bersangkutan turut tewas.

Diperlukan investigasi melalui uji laboratorium forensik untuk menguji DNA pelaku, agar hasilnya akurat.

"Pastinya masih dibutuhkan waktu investigasi pelaku dalam bentuk uji laboratorium forensik hingga tes DNA agar lebih akurat sebagaimana kasus ledakan bom di sejumlah negara," kata Agus saat dihubungi Tribunnews.com, Rabu (26/8/2020).

Sejauh ini, baik KBRI Manila dan KJRI Davao terus memantau dari dekat peristiwa ini dan berkomunikasi secara intensif dengan otoritas Filipina.

Pasca serangan bom kembar yang menewaskan 14 orang dan melukai sekitar 75 orang itu, Militer Filipina bersiaga penuh untuk memonitor setiap pergerakan warga, dalam rangka mencegah serangan baru dari kelompok teroris Abu Sayyaf.

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved