Ridwan Kamil: Ending dari Pandemi Covid-19 Sudah Mulai Terlihat
Gubernur Jabar, Pangdam III/Siliwangi, Kajati Jabar, dan Kapolda Jabar kompak mendatangi Puskesmas Garuda di Kota Bandung, Selasa (25/8/2020).
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto, Kepala Kejati Jabar Ade Eddy Adhyaksa, dan Kapolda Jabar Irjen Pol Rudy Sufahriadi, kompak mendatangi Puskesmas Garuda di Kota Bandung, Selasa (25/8/2020).
Unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jabar tersebut mengikuti kunjungan pertama atau Visit 0 (V0), mengawali rangkaian sebagai relawan uji klinis vaksin Covid-19.
Uji vaksin tersebut adalah kerja sama perusahaan Sinovac Biotech asal Tiongkok dengan PT Bio Farma, yang melibatkan tim penguji dari Universitas Padjadjaran.
"Saya hari ini, di tanggal 25 Agustus, bersama Kapolda Jabar, Pangdam III/Siliwangi, dan bersama Kepala Kejaksaan Tinggi Jabar, hadir di Puskesmas Garuda di Kota Bandung, sebagai salah satu tempat pengetesan tes vaksin Covid-19, dari sekian tempat yang resmi digunakan untuk tempat pengetesan," katanya seusai menjalani kunjungan pertama tersebut.
Gubernur yang akrab disapa Emil ini mengatakan dirinya bersama Kapolda Jabar, Pangdam III/ Siliwangi, dan Kajati Jabar, bersama empat warga lainnya, diberi penjelasan bahwa proses uji klinis vaksin ini terdiri atas lima kali kunjungan selama enam bulan ke depan.
• Ridwan Kamil cs Hari Ini Belum Disuntik Vaksin Covid-19, Baru Dicek Berat dan Tinggi Badan
"Mudah-mudahan dengan kami ikut, masyarakat tenang, bahwa vaksin ini memang sudah akan hadir dan ending (akhir) dari pandemi sudah mulai terlihat.
Mohon doanya, kami semua juga sudah kelelahan ya terhadap isu ini.
Mohon doanya mudah-mudahan inilah jalan yang Allah berikan di ujung pandemi, dan kita bisa kembali hidup normal, lebih baik lebih produktif lagi di 2021," ujarnya.
Dalam kunjungan pertama ini adalah pemeriksaan kesehatan untuk memastikan bahwa relawan ini bisa lolos masuk ke tahap kedua atau istilahnya Visit 1 atau V1, yang akan dilaksanakan tiga hari kemudian.
"Selama V0 ini atau ya kunjungan pertama ini, kami dicek kondisi kesehatan dari mulai tinggi badan, berat badan, wawancara riwayat kesehatan, kemudian pengecekan oleh stetoskop di tubuh kami, khususnya di bagian dada, untuk memastikan kondisi awal memungkinkan untuk ikut jadi relawan," katanya.
• Ridwan Kamil Tiba di Puskesmas, Ditemani Istri, Siap Cek Kesehatan Sebelum Disuntik Vaksin Covid-19
Hal yang terpenting, katanya, pada kesempatan tersebut menandatangani perjanjian kesukarelawanan dalam uji klinis vaksin tersebut.
Sampai saat ini, katanya, sudah lebih dari dua ribuan relawan yang mendaftarkan diri, tapi hanya akan dipilih 1.620 relawan untuk divaksin sesuai kriteria.
"Kami diterangkan resiko-resikonya yang sudah dipahami selama ini dari penjelasan secara umum.
Di tes vaksin Covid-19 Sinovac-Biofarma ini, sejarahnya tidak ada efek samping yang terjadi, di testing pertama maupun testing kedua," katanya.
Hal inilah, katanya, yang meyakinkannya dari tim Fakultas Kedokteran Unpad dan Biofarma.
• Ridwan Kamil Awali Hari Pengetesan Sebelum Divaksin Covid-19 dengan Olahraga
Mereka pun menyatakan bahwa optimisme kesuksesan uji coba vaksin ini akan terjadi.
Dari uji klinis tahap pertama dan kedua yang sudah dilakukan, katanya, imunitas yang terbentuk minimal di angka 90 persen berhasil.
Dalam kunjungan pertama ini, dilakukan pengetesan berupa tes swab.
Jika hasilnya dinyatakan negatif Covid-19, maka para relawan ini akan menjalani penyuntikan vaksin pada Jumat (28/8).
"Jadi hidung kami tadi dikucek-kucek lagi untuk dilihat apakah kami aman untuk melaksanakan tes kedua yaitu di tiga hari lagi.
Kalau tidak salah di hari Jumat, dan selama proses ini kami akan diberikan dua dosis vaksin ya.
• NGILU, Ridwan Kamil Disunat Pakai Bambu Lancip, Gak Pakai Obat Bius, Gak Mau Disunat Dua Kali
Secara umum satu kali di visit kedua dan berikutnya di visit ketiga," katanya.
Selama menjalani uji klinis ini, katanya, relawan akan tetap melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa tanpa ada perubahan, namun tetap menjaga jarak dan tetap mengenakan masker.
Jika dalam prosesnya ada gejala-gejala, akan segera dilaporkan kepada dokter.
"Pada dasarnya proses ini tidak mengubah gaya hidup sehari-hari. Jadi yang militer tetap dengan aktivitas militernya, yang saya aprak aprakan sebagai Gubernur nggak ada masalah, yang penting melaporkan saja kalau dalam proses tiba-tiba punya gejala-gejala.
Nanti dokter di sini akan memeriksa apakah ada gejala itu karena vaksin yang masuk ke tubuh kita, atau gara-gara urusan lain," katanya.
Makanya dalam penelitian ini, katanya, harus menunjukkan betul-betul dampak vaksin ini seperti apa.
Jadi, relawan tidak akan mengubah aktivitas apapun kecuali lebih introspeksi, menghindari pola-pola yang nantinya malah membuat relawan sakit yang sebenarnya bukan disebabkan vaksin.
"Saya kira, saya lihat juga Pak Pangdam, Pak Kapolda, dan Pak Kajati, semua juga fisiknya baik-baik, sehat-sehat.
• Ridwan Kamil Pantau Dampak Libur Panjang, Ditunggu 14 Hari Apakah Ada Lonjakan Kasus Covid-19
Mudah-mudahan, minta doanya dari masyarakat Jawa Barat, khususnya agar proses ini bisa dilalui dan berhasil," ujarnya.
Emil pun menyampaikan selain vaksin dari Tiongkok ini, akan ada vaksin-vaksin lain yang akan datang ke Tanah Air.
Tapi kelebihan dari vaksin Sinovac dan Biofarma ini adalah vaksin ini diproduksi sendiri di Bandung. Sehingga nanti harga produksinya akan jauh lebih murah ketimbang membeli vaksin yang sudah jadi yang diproduksinya di luar negeri.
"Doakan juga agar setelah ini lancar selama lima kali kunjungan, maka bulan Januari produksi di Biofarma akan dilakukan.
Sehingga secepatnya diberikan kepada masyarakat Indonesia, sesuai dengan kriteria-kriteria yang menjadi prioritas," tuturnya.
Kompak Merasakan Vaksin Covid-19
Gubernur mengatakan Forkopimda Jabar sepakat bahwa di Jawa Barat semua harus kompak.
Pihaknya ingin menunjukkan bahwa dalam menangani pandemi ini butuh kebersamaan. Emil mengatakan kebersamaan dan kekompakan adalah kunci kemenangan melawan Covid-19.
Emil pun mengajak masyarakat untuk kompak. Pemilihan Puskesmas Garuda sebagai tempat uji klinis vaksin para pemimpin daerah ini, katanya, bertujuan agar aksi bela negara melawan Covid-19 ini benar-benar dilakukan bersama oleh pemimpin dan masyarakat.
"Makanya kami pilih tempat pengetesannya di puskesmas. Jadi kami tadi dalam suatu ruangan ada sekitar delapan orang, empatnya adalah kami Forkopimda, empatnya lagi adalah warga.
Saya mendapat urutan nomor satu kebetulan, jadi saya mendapatkan proses pengetesan dan semuanya di gelombang pertama," katanya.
Emil memohon doa dari semua pihak agar proses tersebut berjalan lancar.
Dengan demikian, badai pandemi Covid-19 ini segera selesai dengan hadirnya vaksin, kemudian semua kegiatan bisa berjalan normal kembali seperti biasa.
"Mudah-mudahan dengan kami ikut, masyarakat tenang, bahwa vaksin ini memang sudah akan hadir dan ending (akhir) dari pandemi sudah mulai terlihat. Mohon doanya, kami semua juga sudah kelelahan ya terhadap isu ini.
Mohon doanya mudah-mudahan inilah jalan yang Allah berikan di ujung pandemi, dan kita bisa kembali hidup normal, lebih baik lebih produktif lagi di 2021," ujarnya.
Terjunnya Forkopimda Jabar menjadi relawan, katanya, untuk mengetahui sendiri efektivitas vaksin tersebut.
Sehingga nanti di ujung proses ini menjadi saksi jika vaksin ini berhasil atau tidak, karena mengalaminya langsung.
"Kalau kurang sukses juga kenapa, kami mengalami. Sehingga mudah-mudahan tidak ada lagi provokasi-provokasi atau berita-berita yang kurang pas karena kurang ilmu, karena kurang pengetahuan, akhirnya menghabiskan ruang informasi masyarakat," ujarnya.
Berdasarkan penjelasan Ketua Tim Uji Klinis Vaksin Covid-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Kusnandi Rusmil, katanya, vaksin ini tidak memiliki efek samping dan sudah memiliki persetujuan dari WHO untuk diuji di tahapan ketiga.
"Beliau sebagai pakar yang sudah lebih dari 30-an tahun dalam mengatasi vaksin, sudah meneliti betul bahwa proses testing kesatu dan kedua di negara asalnya sudah sangat baik dan tidak ada permasalahan, termasuk tidak ada catatan efek samping dan vaksin ini sudah ada approval dari WHO yang menyatakan berstandar Deklarasi Helsinki," katanya.
Dengan fakta-fakta ini, katanya, dirinya berarap masyarakat mempercayai proses uji klinis vaksin ini dan yakin bahwa ini pilihan yang paling baik dan paling murah jika dibandingkan dengan mendatangkan vaksin jadi dari negara lainnya. Hal ini disebabkan vaksin ini diproduksi sendiri di Bandung. (Sam)