Pelepasliaran si Abah Diiringi Bunyi Kentongan Bertalu-talu, Ini Maknanya
Prosesi pelepasliaran si Abah –-macan tutul penguasa Gunung Sawal-- Selasa (25/8/2020) siang berlangsung dalam suatu seremoni di dalam hutan.
Penulis: Andri M Dani | Editor: Giri
Bila ada macan tutul turun gunung, mendekati permukiman menurut Ilham tak perlu diburu atau dipasang perangkap untuk menangkapnya. Apalagi sampai membunuh ditembak, misalnya.
Sebenarnya ada cara-cara kearifan lokal, warisan leluhur yang bisa tetap diterapkan. Misalnya dengan bunyi-bunyian menghalau macan tutul tersebut kembali ke hutan.
Bunyian-bunyian tidak hanya kentongan, tetapi juga ada petasan, kembang api dan berbagai upaya untuk menakuti-nakuti.
• Virzha Bocorkan Album Ketiga dan Single Baru Kembali yang Dikerjakan 3 Bulan
“Bila ada macan tutul yang turun gunung mendekati pemukiman. Segera lapor petugas, aparat desa atau langsung ke call center BKSDA. Jangan dijebak, ditangkap atau dibikin perangkap. Koordinasi akan menjadi solusi,” ujar Ilham.
Pelepasliaran si Abah menurut Ilham masih bagian peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) yang jatuh tanggal 10 Agustus, juga menyemarakan HUT ke-75 Kemerdekaan RI.
“Si Abah kini sudah kembali merdeka, pulang ke habitatnya di Gunung Sawal,” katanya.
• Dipecat Barcelona Saat Sedang Liburan Bersama Keuarga, Ini Reaksi Luis Suarez
Si Abah dan sanak keluarganya sesama macan tutul penghuni hutan Suaka Margsatwa Gunung Sawal, menurut Ilham, merupakan satwa kunci pengendali ekosistem Gunung Sawal. Berada di puncak rantai makanan.
Si Abah dan keturunannya menjadi pengendali populasi babi hutan dan monyet yang sering dianggap hama oleh petani. Ketika populasi macan tutul sebagai predator babi hutan terancam, tentu populasi babi hutan akan berkembang biak tumbuh tak terkendali.
“Dan yang penting, bagi kami si Abah adalah ikon. Semangat memperjuangan Gunung Sawal menjadi kawasan konservasi, seperti taman nasional,” ujar Ilham. (*)