Tak Ada Lagi Desa Sangat Tertinggal di Jabar, Jumlah Desa Mandiri Naik 3 Kali Lipat Dalam Setahun
Sejak dua tahun terakhir, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menitikberatkan pembangunannya untuk memajukan perekonomian dan infrastruktur di kawasan desa
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, M Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sejak dua tahun terakhir, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menitikberatkan pembangunannya untuk memajukan perekonomian dan infrastruktur di kawasan desa.
Hasilnya pada 2020, dari total 5.312 desa di Jawa Barat, tidak ada lagi yang berstatus sebagai desa sangat tertinggal, sedangkan jumlah desa maju dan mandiri terus meroket.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Jawa Barat, Bambang Tirtoyuliono, mengatakan jumlah desa berstatus mandiri di Jabar kembali meningkat, dari awalnya 98 desa pada 2019 menjadi 270 desa pada 2020.
• Ridwan Kamil : Pengembangan SMK Maritim di Pantura, SMK Pariwisata di Jabar Selatan
• Kabar Tak Baik, Ustadz Yusuf Mansur Terbaring di Ranjang Rumah Sakit, Ridwan Kamil Panjatkan Doa
Sedangkan desa berstatus maju meningkat dari 1.232 jadi 1.631 desa dalam kurun yang sama.
Angka desa berkembang dan desa tertinggal di Jawa Barat pun menurun pada tahun ini karena sebagian sudah berpindah status menjadi desa maju dan desa mandiri.
Jumlah desa berkembang di Jabar sendiri menurun dari 3.656 pada 2019 menjadi 3.290 desa pada 2020. Sedangkan, desa tertinggal menurun dari 326 menjadi 121 desa.
"Di Jabar sudah tidak ada desa yang berstatus desa sangat tertinggal. Desa tertinggal yang tersisa 121 desa lagi, dan yang mandiri sudah mencapai 270 desa. Ini memang ada kenaikan signifikan dari tahun 2019. Kami tinggal menunggu penetapan saja dari Menteri (Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi RI) berupa SK Menteri untuk seluruh provinsi di Indonesia," kata Bambang di kantornya, Senin (24/8/2020).
Peningkatan status desa ini, katanya, disebabkan Indeks Desa Membangun (IDM) Jawa Barat yang menjadi indikator dalam penetapan status desa di Indonesia terus meningkat.
Bambang mengatakan perbaikan aspek ekonomi, infrastruktur, dan sosial, menjadi domain penting untuk 5.312 desa se-Jabar ini.
Bambang mengatakan hal ini berkat komitmen dan konsistensi semua lini pemerintahan baik di tingkat kabupaten, desa, provinsi, serta pusat, kemudian diakselerasi dengan berbagai program dan aktivitas unggulan Gubernur Jabar Ridwan Kamil untuk desa.
"Bagaimana kami memperbaiki perekonomian desa, supaya potensi desa dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Yang kedua, dengan sentuhan inovasi Pak Gubernur Ridwan Kamil, kami dorong dengan memudahkan aksesibilitas antar desa, antar wilayah. Yang ketiga, kami sentuh aspek sosial," kata Bambang.
• Survei Indikator, Ridwan Kamil Unggul dalam Akseptabilitas, Koordinasi Kerja dan Komunikasi ke Warga
• Di HUT ke-75 Jawa Barat, Gubernur Ridwan Kamil Sampaikan Berita Serius, Ekonomi Minus, Sebut 3 Jurus
Berdasarkan Permendesa PDTT Nomor 2 Tahun 2016 tentang IDM, terdapat ratusan indikator yang menentukan status desa.
Mulai dari dimensi pelayanan, dimensi kesehatan, akses pendidikan dasar, sampai keterbukaan wilayah terhadap lingkungan ekonomi.
Maka, peningkatkan status desa di Jabar koheren dengan peningkatan indikator IDM.
Peningkatan indikator IDM tidak lepas dari inovasi Jabar bernama Desa Juara. Desa Juara memiliki tiga pilar, yakni digitalisasi layanan desa, One Village One Company (OVOC), dan Gerakan Membangun Desa (Gerbang Desa).
Dari tiga pilar tersebut turun sederet program, seperti Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Jembatan Gantung Desa (Jantung Desa), Jalan Mulus Desa, Sapa Warga, dan banyak program lainnya.
Program-program itu dirancang salah satunya untuk memangkas ketimpangan gap kemiskinan dan digitalisasi pedesaan dengan perkotaan.
Pada 2019, Pemerintah Provinsi Jabar sudah membangun 22 Jantung Desa yang tersebar di beberapa kabupaten. Jantung Desa dibangun untuk mempermudah akses sekolah dan memperbaiki konektivitas antar desa.
Tahun ini awalnya direncanakan 89 jembatan serupa dibangun. Namun akibat refocusing anggaran untuk penanggulangan Covid-19, tahun ini baru dibuatkan Detail Engineering Design dulu.
Di sektor perikanan, 1.039 kolam yang menggunakan teknologi smart auto feeder. Lewat teknologi itu, memberi pakan ikan bisa menggunakan gawai.

Dampaknya, panen naik dari dua menjadi empat kali dalam setahun. Persentase pendapatan melonjak sekira 30 sampai 100 persen.
"Kami intens mendorong desa untuk bisa mandiri dan terus berinovasi. Dengan kondisi pandemi sekarang, tumbuh kembangnya perekonomian berangkat dari desa," kata Bambang.
"Alhamdulillah, jumlah desa mandirinya itu sudah ada 270 desa mandiri, yang target di dalam RPJMD kita hanya 98 desa di tahun 2020. Ini signifikan. Kemudian alhamdulillah juga sudah tidak ada lagi di Jawa Barat itu yang namanya desa sangat tertinggal, yang ada tinggal desa tertinggal. Jadi strata yang paling rendah di Jawa Barat itu hanya desa tertinggal, jumlahnya juga tinggal sedikit, 121. Sisanya didominasi oleh desa maju dan desa berkembang," katanya.
Sebelumnya dalam kesempatan pidato pada HUT ke-75 Kemerdekaan RI dan Hari Jadi Provinsi Jawa Barat, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pun mengumumkan kabar baik mengenai peningkatan kemajuan di desa-desa di Jawa Barat tersebut.
Dalam waktu kurang dari satu tahun, katanya, Jabar berhasil menaikkan Indeks Desa Membangun secara masif.
Jumlah desa berstatus Desa Mandiri atau yang disebutnya sebagai Desa Bintang 5, dari yang hanya 98 tahun lalu naik menjadi 270 Desa Mandiri di tahun 2020.
Peningkatan Indeks Desa Membangun ini ujar Ridwan Kamil, menunjukkan perbaikan luar biasa di Jawa Barat dalam dua tahun terakhir, baik dari aspek sosial, ekonomi, maupun infrastruktur desa.
Sementara prestasi internasional, program Desa Digital yang digulirkan Dinas Komunikasi dan Informatika sukses terpilih sebagai Digital Equity and Accessibility pada ajang IDC Smart City Asia Pasifik Awards 2020.
Menurut Ridwan Kamil, Desa Digital merupakan penjabaran visi West Java Digital dari semua sektor.
“Melalui program ini kita dapat memberdayakan masyarakat dan meningkatkan aksesibilitas terutama di desan melalui pemanfaatan teknologi digital dan internet,” ujar Gubernur.

Patriot Desa: Menanamkan Semangat Pemuda Membangun Desa
Sebanyak 330 pemuda dan pemudi akan menjalani pelatihan untuk kemudian ditempatkan di berbagai pelosok desa di Jawa Barat, sebagai Patriot Desa.
Selain untuk memajukan perekonomian dan berbagai sumber daya di desa, mereka akan membantu pemerintah memperkuat upaya penanggulangan Covid-19.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Jawa Barat, Bambang Tirtoyuliono, mengatakan sebelumnya pada 2019 telah ada 110 anggota Patriot Desa yang ditugaskan di 50 desa di 10 kabupaten di Jawa Barat.
Bambang mengatakan Pemprov Jabar sendiri menargetkan untuk merekrut dan menugaskan 1.000 Patriot Desa sampai dengan 2023.
"Patriot Desa tahun ini ditugaskan juga untuk memberikan kontribusi dalam kerangka besar penanganan Covid-19. Dengan jumlah penduduk yang sangat luar biasa banyaknya, lebih kurang sekitar 35 juta jiwa yang ada di desa, patriot desa ini hadir juga untuk mengedukasi dan menyosialisasikan pencegahan Covid-19," kata Bambang.
Para Patriot Desa ini, katanya, akan menyosialisasikan dan menerapkan Adaptasi Kebiasaan Baru di masyarakat desa.
Mereka pun akan membantu Pendamping Lokal Desa menerapkan Pergub 60 tahun 2020 tentang Adaptasi Kebiasaan Baru dan pengenaan sanksi terhadap pelanggarnya.
Di Jawa Barat sendiri, katanya, ada 5.312 desa dengan kondisi sumber daya yang berbeda-beda.
Mulai dari desa berpotensi wisata, desa pertanian, desa kehutanan, desa pesisir, desa perikanan tangkap, sampai ada desa yang memiliki potensi industri dan jasa.
Dari sekitar 50 juta penduduk Jawa Barat, katanya, 35 juta jiwa di antaranya tinggal di desa.
Karenanya, potensi pembangunan ini harus dimunculkan di pedesaan supaya lebih terasa oleh masyarakat yang lebih banyak.
Kenaikan status desa yang begitu signifikan dan cepat pun, ujarnya, salah satu di antaranya disebabkan kontribusi Patriot Desa.
Para Patriot Desa ini bisa berinteraksi dengan semua komunitas yang ada di desa dan mampu menggali berbagai potensi di desa.
"Bukan hanya potensi atau sumber daya yang ada dengan untuk peningkatan ekonomi, tapi potensi sosialnya seperti gimana. Kalau misalkan ada terjadi konflik seperti bagaimana untuk bisa menghindari atau meminimalisir adanya konflik," ujarnya.
Patriot Desa ini, katanya, bertugas bersama Pendamping Lokal Desa yang berjumlah 2.408 orang.
Dengan penambahan jumlah petugas ini, katanya, cakupan untuk pembangunan desa akan lebih luas.
Sebelumnya, Pemprov Jabar membuka rekrutmen Patriot Desa Jawa Barat Angkatan 3 dan 4.
Patriot Desa sendiri merupakan program pelatihan dan penempatan tugas bagi para pemuda untuk melaksanakan pembangunan di berbagai desa di Jawa Barat.
Bambang mengatakan Patriot Desa merupakan program yang dibentuk untuk melahirkan para pemuda yang mempunyai jiwa yang revolusioner.
Pemuda yang jiwanya menyala-nyala untuk bergerak dan mencipta perubahan di desa.
Mereka akan mengikuti seluruh rangkaian proses rekrutmen pelatihan selama 45 hari dan penugasan secara live in selama 1 tahun di desa di Jawa Barat.
Para patriot desa ini akan ditugaskan untuk meningkatkan tiga kriteria ketahanan di desa, yakni ketahanan ekonomi, sosial, dan lingkungan, yang merupakan variabel besar Indeks Desa Membangun. (Sam)