Kampung Bendera di Leles Tetap Berkibar di Tegah Pandemi Covid-19, Meski Permintaan Bendera Menurun

Kecamatan Leles, Kabupaten Garut sudah dikenal sebagai kampung bendera sejak puluhan tahun lalu.

Penulis: Firman Wijaksana | Editor: Januar Pribadi Hamel
Tribun Jabar/Firman Wijaksana
Kampung Bendera di Leles, Garut. 

Kecamatan Leles, Kabupaten Garut sudah dikenal sebagai kampung bendera sejak puluhan tahun lalu.

Mendekati bulan Agustus atau Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, jadi bulan yang dinanti warga di Leles.

Biasanya mereka bisa mengeruk keuntungan besar karena bendera produksi Leles bisa berkibar seantero penjuru tanah air.

Tak hanya memproduksi bendera, warga Leles langsung menjualnya ke seluruh Indonesia.

Namun tahun ini sangat dirasa berbeda karena adanya pandemi Covid-19.
Banyak perajin bendera mengurangi jumlah produksi karena memprediksi daya beli masyarakat akan berkurang.

Ada juga perajin yang tak berani mengambil risiko sehingga tak memproduksi bendera. Akibatnya, salah satu mata pencaharian warga Leles pun berkurang.

Hampir semua desa di Leles, warganya memproduksi bendera. Salah satu sentranya, ada di Kampung Pangkurisan, RT 1/1, Desa Salamnunggal.

Aji Juhana (45), masih beruntung bisa menjual bendera yang sudah diproduksinya sejak September 2019.

Namun jumlah produksinya merosot hingga 50 persen akibat dampak Covid-19.

"Biasanya dari September sampai April itu saya produksi 2000 kodi. Dari April sampai Agustus bisa produksi tiga kali lipatnya.

"Cuma karena Covid, sejak April saya tidak produksi," ujar Aji ditemui di rumah sekaligus tempat usahanya, Jumat (7/8/2020).

Sejak April, Aji juga harus merumahkan 40 pegawainya. Ini jadi yang pertama Aji harus menghentikan produksi sejak memulai usaha pembuatan bendera pada 2012.

Ia mengaku tak tega harus merumahkan karyawannya hingga tiga bulan.

Sulitnya mendapat bahan baku dan kondisi ekonomi yang tak menentu, membuat Aji terpaksa menghentikan sementara usahanya.

Ia baru kembali memulai produksi bendera pada Juli. Aji memberanikan diri meski waswas barang dagangannya tak ada yang membeli.

Cek Daftar Harga Sepeda Lipat Agustus 2020 Kisaran Rp 2 Juta hingga 4 Juta, Pilihannya Banyak

"Baru awal Juli produksi lagi. Itu juga pakai bahan stok. Jadi produksinya sisa yang dari September.

"Padahal biasanya dari April ke Juli itu, saya produksi dari bahan baru lagi," katanya.

Aji beruntung, 2000 kodi bendera yang dibuatnya kini sudah diburu pembeli. Ia juga mengirim bendera ke Aceh, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.

"Cuma jumlahnya enggak banyak. Biasanya kirim 10 kodi, ini paling tiga kodi.

"Masih bersyukur barang yang diproduksi kemarin ada yang beli. Biasanya akhir Juli itu, sudah enggak ada barang di sini. Beda sama sekarang yang masih ada," ucapnya.

Pandemi Covid-19, diakui Aji tak jadi alasan untuk tak berusaha. Ia menilai wajar jika usaha yang digelutinya itu pasang surut. Paling penting bagi dirinya, bendera dari Leles bisa berkibar.

Big Match Liga Champions, Barcelona vs Bayern Muenchen, Quique Setien Peringatkan Kubu Lawan

"Yang penting merah putih berkibar, jangan sampai hilang Pancasila," ucap Aji.

Saat produksi bendera terhenti di bulan April, usahanya tertolong dengan adanya pesanan masker dari Jakarta. Tapi tak semua karyawannya bisa bekerja karena keterbatasan produksi.

Menurut Aji, rekannya sesama pengusaha bendera ada yang tak memproduksi bendera. Mereka takut bendera tak laku dijual.

Selain itu, mereka kesulitan mencari modal. Padahal biasanya, perputaran uang di Leles dari produksi bendera mencapai miliaran rupiah.

"Kerasa sama industri kecil dampak dari ekonomi saat Covid ini. Padahal pinjam modal itu biasanya enggak susah dan mengembalikannya juga cepat. Sekarang cari modal susahnya minta ampun," katanya.

Aji menyebut, bahan baku kain bendera juga tak mengalami kenaikan. Harga jual bendera pun masih bisa stabil.

Bendera ukuran terkecil yakni 90x60 sentimeter ia jual seharga Rp 10 ribu. Ukuran menengah 120x90 sentimeter Rp 20 ribu dan terbesar 180x110 sentimeter seharga Rp 50 ribu.

Daftar Rekomendasi Mobil Bekas Harga Rp 40 Jutaan, Tak Perlu Khawatir Masalah Dompet

Ada juga background bendera berukuran delapan meter yang dijual Rp 150 ribu.

"Cuma tetap masih ada yang tawar. Saya juga enggak bisa kasih harga murah karena bahan bakunya, kan, sulit.

"Kalau murah kasihan pegawai saya. Apalagi baru sebulanan mereka kerja lagi," ujarnya.

Aji menambahkan, 90 persen warga Leles kerap menjual bendera menjelang hari kemerdekaan.

Tapi tahun ini, banyak yang mengundurkan niat berjualan karena segudang syarat yang harus dipenuhi.

Mulai dari harus menjalani rapid tes, surat keterangan sehat, hingga surat jalan dari desa. Untuk rapid tes saja, harus mengeluarkan uang hingga Rp 600 ribu.

"Banyak kejadian sudah rapid tes dan syarat lain lengkap, tapi saat sampai lokasi jualan tidak diterima.

"Ada yang pilih pulang, ada yang cari daerah lain untuk jualan bendera," katanya.

Jadwal Liga Eropa, Manchester United vs FC Copenhagen, Inter Milan vs Bayer Leverkusen

Aji dan para perajin bendera di Leles berharap pandemi ini bisa segera berakhir.

Bendera merah putih juga tetap harus dikibarkan sebagai penghargaan bangsa kepada para pahlawan kemerdekaan.

"Bukannya saya ingin bendera buatan saya laku dijual.

"Tapi bendera ini jadi salah satu kebanggaan dan penghargaan kepada pendahulu kita," ucapnya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved