Virus Corona di Jabar
Penanganan Hampir Semua Klaster Covid di Jabar Selesai, tapi Selalu Ada Kasus Baru, Siapa Saja?
Penularan ini, katanya, kebanyakan tidak ada dalam klaster-klaster seperti dulu, tapi sudah secara acak menulari orang-orang secara sporadis
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sebagian besar klaster-klaster penyebaran Covid-19 di Jawa Barat memang sudah dinyatakan selesai ditanggulangi. Namun demikian, setiap hari angka kasus Covid-19 di Jawa Barat masih saja tetap bertambah.
Kementerian Kesehatan RI mencatat pada 20 Juli di Jawa Barat terdapat penambahan 60 kasus baru, kemudian pada 21 Juli bertambah 61 kasus, pada 22 Juli bertambah 32 kasus, dan pada 24 Juli bertambah 60 kasus. Dengan demikian, total kasus positif Covid-19 di Jabar mencapai 5.824 kasus.
Ketua Divisi Pelacakan Kontak, Pengujian Massal, dan Manajemen Laboratorium, pada Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar, Siska Gerfianti, mengatakan kini sebagian besar penularan Covid-19 sudah masuk ke fase local transmission atau penularan lokal, bukan dari klaster-klaster besar lagi.
• VIDEO-Sekda Kota Bandung Tinjau Tempat Biliar, Tinjau Protokol Kesehatan,
Penularan ini, katanya, kebanyakan tidak ada dalam klaster-klaster seperti dulu, tapi sudah secara acak menulari orang-orang secara sporadis. Hal ini dipicu oleh sudah dibukanya sebagian besar aktivitas masyarakat di tempat umum, dari mulai mall, pasar, restoran, sampai tempat wisata, kemudian transportasi yang kembali aktif.
"Jadi orang-orang yang tertular ini, biasanya pada saat mengunjungi area publik gitu ya. Kita kadang lupa menerapkan protokol kesehatan di tempat publik, yakni pakai masker dengan benar selalu, menjaga jarak (antarindividu), dan sering cuci tangan atau tidak menyentuh muka," kata Siska di Gedung Sate, Jumat (24/7).
Siska mencontohkan penularan yang terjadi di kalangan tenaga kesehatan. Saat melayani warga, katanya, para tenaga kesehatan selalu menggunakan alat pelindung diri yang lengkap dari mulai perisai wajah, masker, sampai baju hazmat. Namun, mereka lupa menjaga diri saat berkumpul dengan sesama tenaga kesehatan.
"Yang kita lupa, pada saat ngariung. Misalnya lagi makan, terus pas kita buka masker kita ngobrol. Makanya tetap, pada saat kita melakukan kegiatan lainnya misalnya makan, walaupun dengan yang kita yakin itu orang-orang yang dekat di kantor, tetap kita harus jaga jarak dan pakai masker," katanya.
• Doa-doa yang Dibaca Nabi Sulaiman, Doa Meminta Kekayaan, Syukur Nikmat hingga Doa Menundukkan Jin
Banyak orang yang tertular, katanya, karena mengabaikan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Kebanyakan karena merasa bahwa orang di sekelilingnya tidak berpotensi menularkan Covid-19.
"Kemarin yang positif ini gara-gara abai. Karena tenang itu teman sekantor ya, atau temannya ini tiap hari ketemu. Padahal kan kita tidak tahu di sana teman kita itu ketemu dengan siapa, ke mana saja, dan lain-lain," katanya.
Penularan lain, katanya, juga ditemukan di tempat wisata. Contohnya, hal ini ditemui berdasarkan pemeriksaan melalui rapid test di Puncak Bogor, beberapa waktu lalu. Dari pengujian kepada sejumlah wisatawan menggunakan rapid test, sebanyak 2 persen di antaranya dinyatakan reaktif.
"Dari yang 2 persen reaktif ini lalu dilakukan swab test, dan yang positifnya juga sekitar 5 persen dari sampling tadi. Itu memang terjadi. Jadi kalau misalnya dulu ada klaster-klaster besar, kalau sekarang kebanyakan adalah dari transmisi lokal yang seperti itu," ujarnya.
Tidak memandang usia, katanya, pasien positif Covid-19 usia anak pun kini bertambah lagi sehingga melebihi 190 anak di Jabar. Mereka kebanyakan tertular dari orang tua yang sebelumnya bekerja atau beraktifitas dan tertular di tempat umum karena abai melakukan protokol kesehatan.
• Baru Saja, Ibunda Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti Meninggal Dunia
"Tetapi yang jangan kita lupakan juga, bahwa sekarang ini kita sudah mulai membawa anak-anak kita ke tempat keramaian. Nah ini betul-betul kita ingin proteksi sebetulnya. Kalau tidak perlu dan tidak harus, mendingan tidak membawa anak-anak kita ke pusat keramaian. Kalaupun kita terpaksa keluar, selalu pakai masker. Kan kadang-kadang beberapa orang lupa, dia pakai masker tapi anaknya enggak dipakaikan masker," katanya.
Siska menekankan di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) ini, semua protokol kesehatan harus dilakukan kepada siapapun. Hal ini disebabkan kini masyarakat sudah bisa dengan mudah bepergian dari kawasan yang memiliki risiko rendah penularan Covid-19 ke kawasan risiko tinggi, atau sebaliknya.