Jumlah Orang Miskin di Jawa Barat Bertambah Jadi 3,92 Juta Jiwa, Ridwan Kamil Mengaku Tak Kaget
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat merilis data yang menyatakan bahwa pada Maret 2020
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat merilis data yang menyatakan bahwa pada Maret 2020, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Jawa Barat mengalami kenaikan yaitu sekitar 544,3 ribu jiwa.
Peningkatan jumlah penduduk miskin di Jawa Barat terjadi, dari awalnya 3,38 juta jiwa (6,82 persen) dari total penduduk Jabar pada September 2019, menjadi 3,92 juta jiwa (7,88 persen) penduduk pada Maret 2020, atau naik 1,08 persen.
Menanggapi hal ini, Gubernur Jawa Barat mengatakan siapapun tidak akan kaget jika melihat data tersebut. Penyebaran Covid-19 yang menghambat perekonomian negara, terutama saat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar, katanya, membuat perekonomian melemah.
"Pertama tidak kaget, oleh Covid-19 semua terdampak," kata Gubernur yang akrab disapa Emil ini di Gedung Pakuan, Kamis (16/7).
• Urugan Proyek Kereta Api Cepat Bikin 50 Hektare Sawah di Cibogohilir Purwakarta Tak Teraliri Air
Emil mengatakan hal terpenting adalah bagaimana cara mengatasinya. Di antaranya dengan kembali menggiatkan perekonomian di Jawa Barat, salah satunya dengan penyaluran bantuan sosial dari Pemprov Jabar.
"Kedua, bansos itu adalah salah satu instrumen untuk meningkatkan daya beli. Jadi si miskin baru itu, dia datang dari perbatasan. Jadi kalau dulu miskin lamanya 25 persen, yang rawan miskin sampai di 40 persen. Gara-gara Covid-19 dia (urutan 25-40 persen) jatuh," katanya.
Selain bansos, katanya, Pemprov Jabar sudah menggerakkan 50 ribu warga miskin baru untuk diperkerjakan melalui pembanguan padat karya di desa-desa.
"Jadi itu strategi kedua. Si yang jatuh-jatuh itu, saya sudah laporkan diserap untuk bekerja di sektor padat karya. Minimal selama Covid-19 dengan belanja pemerintah sampai Desember, bisa hidup jadi karyawan atau buruh di pekerjaan fisik," katanya.
• 2.000 Babi di Sumba Timur NTT Mati, Gejalanya Sama dengan Flu Babi Afrika, Sampel Virus Sedang Diuji
Anggaran untuk bansos dan penanganan Covid-19, katanya, masih aman dan bahkan bebannya berkurang akibat ada 400 ribuan keluarga yang tidak lagi masuk golongan penerima bansos akibat sudah bekerja, masuk golongan mampu, dan lainnya.
Tidak hanya perekonomian masyarakat yang terdampak, katanya, target pembangunan di Jabar berupa janji kampanye atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Jabar, terancam tidak bisa direalisasikan sepenuhnya.
"Jadi banyak program-program pemerintah yang harus digeser ke 2021. Akibatnya target saya makin slow dengan Covid-19 ini. Tapi da nyawa kan urusan pertama. Memang agak terkendala. Pokoknya dengan Covid-19 mah saya enggak bisa 100 persen saja secara angka," katanya.
Emil mencontohkan, sejumlah proyek besar pun terkendala. Contohnya, Masjid Raya Aljabbar yang harusnya sudah bisa digunakan tahun depan kembali harus diundur akibat anggaran pembangunannya digunakan dulu untuk penanganan Covid-19.
• SMAN 4 Kota Sukabumi Nyatakan Siap Gelar Belajar Tatap Muka, Berikan Perhatian Khusus pada Ini