Pandemi Covid-19 Bikin Petani di Sukabumi Rugi Miliaran Rupiah, Akses Terkunci Gak Bisa Jual Gabah
Pengusaha hingga orang biasa pun terkena dampak, termasuk petani padi pun terkena dampak wabah virus corona.
Penulis: M RIZAL JALALUDIN | Editor: Ichsan
Laporan Kontributor Kabupaten Sukabumi, M Rizal Jalaludin
TRIBUNJABAR.ID, SUKABUMI - Dampak wabah virus corona sangat terasa di bidang perekonomian masyarakat.
Pengusaha hingga orang biasa pun terkena dampak, termasuk petani padi pun terkena dampak wabah virus corona.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, Sudrajat mengatakan, akibat adanya virus corona petani di Kabupaten Sukabumi mengalami kerugian material mencapai miliaran rupiah.
Hal itu terjadi karena para petani dihadapkan dengan kendala saat proses penjualan gabah hasil panen raya padi.
• Ingin Raup Untung dari Tol Cisumdawu, Pemkab Sumedang Gandeng BIJB Kertajati
"Petani di Kabupaten Sukabumi mengalami kerugian material hingga mencapai miliaran rupiah. Ini terjadi karena petani terkendala terkait proses penjualan gabah setelah panen raya padi. Mereka mengalami kerugian material sejak tiga bulan terakhir mulai dari April, Mei sampai Juni 2020," ujarnya, Rabu (15/7/2020).
Menurutnya, petani terkendala penjualan gabah setelah panen raya, karena mereka harus berdiam diri di rumah terkunci oleh pandemi virus corona.
Terlebih, selama tiga bulan tersebut, sedang diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sehingga petani tidak bisa melakukan pendistribusian dan penjualan padi ke luar daerah Kabupaten Sukabumi.
"Dampaknya harga gabah kering hasil panen yang harusnya dijual sebesar Rp4.200 sesuai harga HPP per kilogram, karena ada corona hanya bisa di jual Rp3.700. Kondisi ini terjadi tiga bulan terakhir," terangnya.
• 7 Kelurahan di Kota Cimahi jadi Zona Hijau Covid-19, Berikut Ketujuh Kelurahan Itu
Sudrajat menyebutkan, petani padi di Kabupaten Sukabumi alami kerugian material lebih dari Rp10 miliar.
"Data secara rincinya saya belum tahu harus di hitung dulu. Namun, yang pasti petani mengalami kerugian material mencapai ratusan milyar," jelasnya.
"Kabupaten Sukabumi itu menduduki peringkat ke empat sebagai daerah lumbung padi, setelah Indramayu, Karawang dan daerah Subang," ucapnya.
Untuk mengantisipasi kerugian yang mencapai puluhan bahkan ratusan miliar tersebut. Pihaknya telah berupaya melakukan terobisan, salah satunya berkoordinasi dengan Bulog untuk membeli gabah dari Kabupaten Sukabumi.
• Permintaan Bupati Sumedang untuk Tol Cisumdawu, dari Libatkan Warga sampai Plang Obyek Wisata
"Kita sudah dan sedang melakukan upaya ini khususnya di daerah Sukabumi Selatan seperti Pajampangan. Jadi gabah ini diminta untuk di huller atau dijual lagi karena gabah yang ada di Bulog itu untuk di jual lagi kemana-mana. Saat kita gak bisa mendistribusikan beras ke luar daerah, makanya harga gabah di daerah kita langsung menurun. Tapi, sekarang harganya sudah mulai normal lagi sesuai dengan harga HPP," ujar Sudrajat menandaskan.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/lahan-pesawahan-yang-baru-saja-ditumbuhi-padi-di-cikakak-sukabumi.jpg)