Melihat Uang Kuno di Museum Ki Sunda Cisaga Ciamis, dari Kepeng sampai Benggol
Bahkan ada yang sudah berusia ratusan tahun, uang zaman VOC maupun uang zaman kolonial. Termasuk uang peninggalan kerajaan.
Penulis: Andri M Dani | Editor: Ravianto
Ada dua lembar uang gulden Jepang yang menjadi koleksi Museum Ki Sunda yakni lembaran 1/2 gulden (half gulden) dan 1 gulden (een gulden).
Uang usia ratusan tahun yang menjadi kolek Museum Ki Sunda diantaranya adalah uang VOC ( 3 keping dengan lamb-ang VOC) juga ada benggol (uang kuno berlubang segi empat di tengahnya).
“Uang yang sekarang lagi heboh di medsos berupa uang logam Rp 1.000 bergambar kelapa sawit kami punya dua keeping,” tutur Aip.
Meski di antara uang kuno tersebut ada yang bernilai jual jutaan rupiah namun Aip tak berniat untuk menjualnya.
Bahkan ada yang menawar Rp 35 juta salah satu uang kuno koleksi Museum Ki Sunda tersebut.
Dan di Museum Ki Sunda, ratusan lembar dan keeping uang kuno tersebut disimpan di tempat khusus juga dengan pengamaman khusus.
Sebagian dari uang kuno koleksi Museum Ki Sunda itu sempat dipamerkan di arena kegiatan pelestarian budaya serta aktualisasi adat budaya daerah serta pameran kebudayaan di komplek Tourist Information Center (TIC) Ciamis, Selasa (30/6).
Uang kuno hanya sebagian dari koleksi Museum Ki Sunda yang berdiri tahun 2006 tersebut.
Yang banyak justru barang-barang bersejarah berupa alat-alat pertanian khas Sunda tempo doeloe seperti etem, bajak, pacul.
Ada juga alat-alat dapur berupa piring, gelas, keramik, seeng, hiit, boboko, juga ada alat rumat tangga. Jam solendro (1), jam beker (4), setrika cap ayam dan lainnya.
Lainnya berupa alat perang atau senjata diantaranya berbagai bilah keris, golok, pedang, kujang.
Keramik, manuskrip, naskah kuno, fosil dan berbagai barang kuno lainnya.
Di tengah maraknya barang-barang plastic di zaman modern ini, di Museum Ki Sunda para generasi muda terutama anak-anak sekolah bisa menyaksikan berbagai jenis alat pertanian dan alat dapur yang digunakan nenek moyang tempo doeloe yang mungkin sudah langka dan sulit di rumah masing-masing (andri m dani)