Ada 70 Ribu Paket Bansos dari Pemprov Jabar Gagal Diserahkan, Mau Diberikan ke Yayasan Sosial
Sebanyak 70 ribu paket bantuan sosial dari Provinsi Jawa Barat yang gagal diserahkan akibat ketidakakuratan
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sebanyak 70 ribu paket bantuan sosial dari Provinsi Jawa Barat yang gagal diserahkan akibat ketidakakuratan data penerimanya, akan disalurkan kepada sejumlah yayasan sosial, panti, atau warga terdampak Covid-19 yang belum mendapat bantuan dari manapun.
Ketua Divisi Logistik Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat, Arifin Soedjayana, mengatakan puluhan ribu paket pangan dan uang tunai senilai total Rp 500 ribu tersebut gagal serah atau diretur karena data dan alamat penerimanya tidak tepat.
Banyak di antaranya data penerima yang sudah pindah alamat atau meninggal dunia sehingga barang tersebut tidak bisa diterima siapapun.
"Dari total yang kita salurkan sebanyak 1,7 juta paket, yang returnya itu sekitar 70 ribuan. Ini yang akan kita salurkan ke yayasan sosial, panti asuhan, sampai ke warga yang belum mendapatkan bantuan dari mana-mana. Semua data penerimanya ditentukan oleh bupati atau walikota," kata Arifin yang juga Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat ini di kantornya, Senin (29/6).
• Ada 42 Komisaris BUMN Dobel Penghasilan, Begini Kata Staf Khusus Menteri BUMN
Arifin mengatakan sebagian besar paket sembako yang sempat gagal serah ini masih dalam keadaan baik karena memiliki waktu kedaluwarsa beberapa bulan lagi atau sampai tahun depan.
Namun demikian, ada perlakuan khusus kepada janis bantuan berupa telur yang hanya memiliki waktu layak konsumsi sampai dua minggu.
Arifin mencontohkan di Kota Depok, terdapat 4.256 paket yang diretur. Kemudian sebanyak 300 paket telur di antaranya yang berpotensi busuk terpaksa dimusnahkan, sedangkan sisanya hampir 4.000 paket telur sudah disalurkan ke yayasan sosial atau panti sebelum masa layak konsumsinya habis. Paket sembako jenis lainnya pun segera diberikan kepada yayasan sosial dan lainnya.
"Paket yang gagal serah atau yang retur itu adanya di hub PT Pos. Nah dari awal kita sudah minta ke PT Pos di Jabar, kalau barang yang cepat rusak seperti telur itu bisa segera didistribusikan kepada panti asuhan, yayasan sosial, panti jompo, dan lainnya, sebelum rusak. Hampir semua kantor pos sebenarnya sudah dilakukan, tapi kemudian yang Depok ini mungkin terlambat mengeksekusi sebagian di antaranya," tuturnya.
• Pria yang Ambil Alih Keraton Kasepuhan Cirebon Tak Punya Ambisi, Sebut Sosok Ini Pantas Jadi Sultan
Saat telur sudah berpotensi rusak, ujarnya, lebih baik dimusnahkan supaya tidak menimbulkan penyakit. Namun demikian, ada kebijakan unik seperti yang dilakukan di Kota Tasikmalaya. Dari sekitar 10 ton telur yang gagal serah di Kota Tasikmalaya karena alasan yang sama, telur yang sudah tidak bisa disalurkan lagi ke yayasan sosial, diberikan kepada Balai Benih Ikan setempat.
"Telur rusaknya di Kota Tasikmalaya itu direbus, diolah, kemudian dijadikan pakan ikan. Kami sudah minta ke PT Pos se-Jabar, kalau ada telur yang sudah berpotensi rusak, diberikan ke Balai Benih Ikan setempat untuk diolah juga. Kemudian paket lainnya yang tidak mudah rusak dan masih sangat layak konsumsi, diberikan kepada yayasan sosial setempat segera sesuai data dari kabupaten kota," tuturnya.
Pemusnahan telur, katanya, memang terjadi di sejumlah daerah lainnya di Jawa Barat, walaupun jumlahnya terbilang sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah yang berhasil diserahkan.
Kasus kegagalan penyaluran yang akhirnya berujung pada pengembalian bantuan sosial ini, katanya, selalu disebabkan hal yang sama, yakni data penerima yang tidak valid dan tidak up to date. Kejadian di penyaluran bantuan tahap pertama ini akan dievaluasi dan menjadi bahan kajian supaya penyaluran bantuan di tahapan kedua sampai keempat berikutnya lebih cepat dan tepat sasaran.
Untuk para penerima bantuan yang tidak masuk Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) di Jabar yang mencapai 1,39 juta orang, katanya, angka retur atau gagal serah bantuannya hanya sekitar 2,3 persen atau 33 ribuan akibat kendala yang sama.
• Warga yang Penasaran Masuk ke Rumah yang Diganggu Makhluk Gaib, Mengambil Foto dan Begini Hasilnya
Arifin mengatakan minggu ini Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar akan mengevaluasi usulan untuk mengganti telur menjadi bahan makanan sumber protein lainnya yang lebih mudah didistribusikan dan memiliki masa layak konsumsi lebih lama.
"Karena telur ini di sisi pengirimannya repot ya. Kemudian dari sisi kekuatan juga kependekan dan ada berbagai dinamika mengenai telur ini di lapangan. Gugus tugas juga merekomendasikan untuk telur ini di tahap kedua tidak ada, rencana diganti dengan yang lain, misalnya kornet ataupun juga susu. Tapi ini masih dibahas karena sambil nunggu data yang kita punya untuk evaluasi," katanya