Desa Cisambeng Majalengka Kembangkan Wisata Gastronomi dan Kuliner Tahu-Tempe
Desa Cisambeng yang berada di Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka terus meningkatkan perekonomian masyarakat di tengah pandemi Covid-19.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNJABAR.ID, MAJALENGKA - Desa Cisambeng yang berada di Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka terus meningkatkan perekonomian masyarakat di tengah pandemi Covid-19.
Salah satunya, mengembangkan sektor wisata gastronomi dan kuliner tahu tempe.
Pengembangan itu langsung diperlihatkan oleh sejumlah dosen kampus ternama di Bandung dan wisatawan dari luar negeri yang datang langsung ke lokasi.
• Tampilan Baru Ghea Youbi Pacar Pemain Persib Gian Zola, Warganet Terpukau, Adem Bener Lihatnya . . .
Wisatawan luar negeri, yaitu warga Rusia datang langsung ke sejumlah pengusaha tahu dan tempe di Desa Cisambeng, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka, Minggu (21/6/2020).
Dia datang dengan didampingi para dosen dari Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
Mereka terdiri dari Dr. Dewi Turgarini (pakar wisata gastronomi pengelola desa wisata), Sutoyo Latief (konsultan wasted manajemen, arsitek dan desain interior), Hurry Mega Insani (pakar higiene dan sanitasi), Rita Lawardy (Chief Gency officer proserity nation), Ilmi Indriatri (pakar wisata edukasi), Defi Cicahyati (Pengolahan produk inovasi berbasis tahu dan tempe), Ratikah Fitriyanti (pengolahan produk inovasi berbasis tahu dan tempe menjadi olahan pastry) dan Rezki Febrina (kemasan inovatif dan atraktif produk kuliner tahu dan tempe).
Ketika datang di balai desa Cisambeng, mereka langsung memakai helm khusus dan memakai masker serta menggunakan sarung tangan.
Pandemi Covid-19 ini membuat acara kunjungan harus menerapkan protokol kesehatan dan menjaga jarak.
Didampingi guide dari Karang Taruna Mekar Jaya Desa Cisambeng, rombongan wisatawan juga meneliti secara langsung proses pembuatan pabrik tahu dan tempe itu, menyambangi pabrik tahu milik Jamhuri dan Nono di blok Ahad.
Antusias dan takjub, serta aktif bertanya kepada pegawai dan pemilik pabrik tahu, membuat sang pemilik, Jamhuri terlihat grogi.
Padahal, warga Rusia tersebut cukup memahami sedikit bahasa Sunda dan Indonesia, mengingat sudah lama tinggal di wilayah Bandung.
Kalaupun ada yang tak mereka pahami, dosen dari UPI segera menerjemahkan dengan bahasa Inggris.
Setelah itu, warga Rusia yang diketahui bernama Sergei Krianikov dan keturunan China, Inggrid Wardani terlihat manggut-manggut tanda memahami dan mengerti.
Jika ada kalimat yang lucu, mereka pun tertawa lepas.