Kabar Pak Eko Viral di Medsos
Alasan Menyedihkan 2 Tahun Pak Eko Tak Kunjungi Rumah Viral Terkepung Tembok Tetangga di Bandung
Pak Eko: Sudah dua tahun lebih saya tidak ke sana. Pengin menenangkan diri. Kalau ke sana suka ingat mamah (almarhum Samirah). Suka sedih
Penulis: Kisdiantoro | Editor: Kisdiantoro
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Rumah viral di media sosial milik Pak Eko atau Eko Purnomo, di Kampung Sukagalih, Kelurahan Pasirjati, Ujungberung, Kota Bandung, benar sudah dua tahun tak dikunjungi pemiliknya.
Pak Eko atau Eko Purnomo, keluarga pemilik rumah viral terkepung tembok tetangga sehingga akses masuk ke rumah menjadi susah, sengaja tidak menempati rumah itu.
Pak Eko memilih mengontrak rumah di Ciporeat, Jalan Pasanggrahan, Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung.
"Sudah dua tahun lebih saya tidak ke sana. Pengin menenangkan diri. Kalau ke sana suka ingat mamah (almarhum Samirah). Suka sedih. Sejak usaha waktu itu, trus buntu, mengontrak di Ciporeat, masih di Ujungberung juga," ujar Pak Eko kepada Tribunjabar.id melalui sambungan telepon, Senin (8/6/2020).
Diceritakan Pak Eko, ibunya meninggal dunia beberapa hari setelah ada tetangganya membangun benteng di samping rumahnya. Waktu itu Samirah baru bepergian, lalu terjatuh dan meninggal dunia.
• Begini Nasib Pak Eko Sekarang, Ini Penyebab Ia Tak Tempati Rumah Viral yang Terkepung Rumah Tetangga
Kenangan lain yang masih menempel di benaknya adalah Pak Eko dan istrinya yang pengantin baru sempat menempati rumah itu selama 7 tahun.
Adik-adiknya juga sempat tinggal di rumah yang viral karena terkepung tembok tetangga itu.
"Sedih lah, jadi biarkan saja seperti itu. Belum ada keinginan lagi untuk ke sana," ujar Pak Eko.
Pak Eko bersyukur setelah berusaha menemui banyak pihak, termasuk ke pemerintah Kecamatan Ujungberung, keluahannya soal rumah terkepung tembok tetangga mendapatkan perhatian.
Waktu itu, kata Pak Eko, disepakati akan ada pembukaan akses jalan. Namun kenyataan di lapangan tidak sesaui harapan. Akses masuk malah datang dari arah yang lain.
Dari luar terlihat lebar, tapi begitu masuk ke dalam hanya cukup untuk masuk satu orang.
"Itu kayaknya kalau orang gendut tak akan bisa masuk," kata Pak Eko.

Iklas Kalau Sampai Roboh
Senadainya rumah viral karena terkepung tembok tetangga sampai roboh karena tak ditempati, Pak Eko ikhlas.
Sebab, usaha untuk memperjuangkan agar rumah itu mendapatkan akses masuk yang layak, sesuai gambar dalam serfipikat sudah diusahakan.
Usahanya bahkan sudah sampai menemui banyak pihak, hingga menulis surat terbuka kepada Presiden Jokowi di media sosial Facebook, sehingga viral dan menjadi perhatian pemerintah setempat.
"Kalau sampai ambruk biarin kang. Yang penting saya punya setifikatnya. Di gambar sudah jelas ada akses jalan masuknya," ujarnya.
• VIDEO Dulu Rumah Pak Eko Sempat Viral, Begini Kondisinya Dua Tahun Kemudian
Setelah kasus rumahnya viral, ada juga pihak-pihak yang mendatangi dan memberikan saran untuk melapor ke Badan Pertanahan Nasional (BPN) di pusat.
Waktu itu, setelah usahanya mentok, ada seseorang yang mengaku dosen di Semarang datang.
Lalu ada orang yang dilihat dari perawakannya adalah keturunan Tionghoa.
Keduanya menyarankan untuk mengadu ke BPN pusat.
Jika kelak ada uang cukup, Pak Eko akan mencoba memperjuangkan lagi hak yang belum didapatkannya.
"Nanti kalau ada rezekinya, saya mau perjuangkan lagi. Untuk yang sekarang ini, saya terima dulu, bersyukur," ujarnya.
Dijual Kalau Harga Cocok
Jika ada orang uang berminat untuk membeli rumah Pak Eko di Kampung Sukagalih, Kelurahan Pasirjati, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung, Pak Eko akan melepasnya.
Harga yang ditawarkan bukan Rp 80 juta, seperti yang belakangan muncul lagi di media.
Kata Pak Eko, harga Rp 80 juta adalah harga yang ditawar oleh tetangganya, sebelum rumah itu viral.
• Sama Seperti Pak Eko, Rumah Lies Juga Terkepung, tapi Ini Bedanya
Pihak keluarga tidak sepakat dengan tawaran itu. Keluarga Pak Eko ingin di atas Rp 100 juta.
Alasannya, biaya membangun rumah saja sudah lebih dari Rp 200 juta. Belum lagi harga tanah dan mengurus sertifikatnya.
"Kalau ada yang minat ya dijual. Keluarga inginnya di kisaran Rp 150 juta," ujar Pak Eko. (Tribunjabar.id/Kisdiantoro)