12 Mei Hari Perawat Internasional, Ketua PPNI Ungkap Segudang Persoalan yang Dihadapi Perawat

Jajat juga menyebut ada segudang persoalan yang langsung menyentuh perawat selama wabah berjuang di tengah pandemi ini.

Editor: Ravianto
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja via Kompas.com
(ilustrasi) Perawat mengunakan berjalan usai melakukan pemeriksaan terhadap pasien yang diduga terkena virus Difteri di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta, Jumat (8/12). Menteri Kesehatan Nila Moeloek menetapkan kasus virus Difteri merupakan kasus kejadian luar biasa, sehingga Kemenkes akan menjadwalkan imunisasi vaksin TD (tetanus-difteri) untuk mengatasi kejadian luar biasa (KLB) penyakit difteri di tiga provinsi diantaranya Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten. 

TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Hari ini, 12 Mei merupakan hari perawat internasional atau International Nurses Day.

Ada yang berbeda dari peringatan hari perawat internasional tahun ini.

Ya, tahun ini para perawat harus bekerja keras di tengah pandemi corona.

Merekalah garda terdepan perang lawan corona bersama tenaga medis lain serta aparat.

Ketua Tim Penanganan Covid-19 Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI), Jajat Sudrajat mengatakan, peringatan Hari Perawat Internasional di tahun ini sangat berbeda dari biasanya.

Setiap tahun PPNI memimpin peringatan tersebut mulai dari tingkat pusat, wilayah, daerah, hingga komisariat atau instansi pelayanan kesehatan dan institusi pendidikan keperawatan diseluruh Indonesia.

Tahun ini dipandang istimewa, karena Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan 2020 sebagai Tahun Perawat dan Bidan, sekaligus menjadi tahun ke-200 peringatan kelahiran Nightingale, sosok pelopor perawat modern.

"Di sisi lain, dunia sedang dihadapkan pada wabah Coronavirus disease yang mencuat mulai dipenghujung tahun 2019, dan kemudian berkembang menjadi pandemi global Covid-19."

"Hingga saat ini, sedikitnya terdapat 219 negara dan wilayah/teritorial didunia, terpapar Covid-19, dengan total kasus hampir mendekati 4 juta kasus, dengan jumlah kematian hampir mencapai 270 ribu," ucap Jajat dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/5/2020).

Jajat melihat momentum Hari Perawat Internasional 2020 ini untuk terus meningkatkan kompetensi dan adaptasi baru menghadapi Covid-19 yang merupakan fenomena baru.

Termasuk upaya meningkatkan solidaritas profesional, dan kepedulian untuk saling tolong-menolong lintas wilayah, lintas daerah juga dilakukan.

"Saat perawat yang berada di Zona merah, dihadapkan pada peningkatan jumlah pasien yang harus dilayani, maka perawat di Zona hijau lainnya dengan segera menyediakan dirinya menjadi relawan, guna menopang dan menambah barisan kekuatan melawan Covid-19.

"Hingga saat ini tercatat sebanyak 4.010 data relawan ke DPP PPNI yang berasal dari berbagai provinsi dan kabupaten/kota dan siap bertugas," imbuhnya.

Jajat juga menyebut ada segudang persoalan yang langsung menyentuh perawat selama wabah berjuang di tengah pandemi ini. 

Seperti minimnya alat pelindung diri (APD) untuk perawat dan tenaga kesehatan lain yang langsung berhadapan dengan pasien Covid-19, stigma kepada perawat sebagai pembawa virus dan agen penularan, penolakan terhadap perawat di lingkungan rumah indekos.

Bahkan adanya penolakan pemakaman terhadap jenazah perawat yang meninggal karena Covid19, merupakan sejumlah permasalahan yang kontraproduktif dengan berbagai upaya perang melawan virus ini.

"Kita semua menyadari, situasi ini berat, terlebih sejawat Perawat yang berada digarda terdepan penanganan Covid-19. Mereka berada dalam risiko tinggi terpapar."

"Namun tanggung jawab profesional telah menuntunnya untuk tetap memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat."

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved