Punya Siswa di Pelosok, Tiga Guru di Ciamis Rela Jalan Kaki Tembus Bukit, Ini Harapan Mereka

Televisi pun tak ada. Jika pun ada siaran televisi tak bisa ditangkap oleh antena televisi.

Editor: Giri
kompas.com/istimewa
YAYAH mengajari siswanya yang berada di pelosok Kabupaten Ciamis. 

TRIBUNJABAR.ID - Kebijakan belajar di rumah untuk menekan penularan virus corona ternyata tidak bisa dilakukan semua pelajar. Terlebih jika guru memberikan tugas melalui grup-grup media sosial yang bisa diakses lewat telepon pintar.

Begitu pun pelajaran yang bisa diakses melalui saluran televisi milik pemerintah.

Kendala dihadapi siswa, khususnya bagi mereka yang berada di pelosok daerah. Beberapa di antara mereka ada yang tidak memiliki telepon selular.

Televisi pun tak ada. Jika pun ada siaran televisi tak bisa ditangkap oleh antena televisi.

Delapan siswa Sekolah Dasar Giriharja, Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis, merasakan hal itu. Rumah mereka berada di pelosok perbatasan Kabupaten Ciamis dengan Kabupaten Kuningan, tepatnya di Dusun Citapen Landeuh, Desa Sukajaya, Kecamatan Rajadesa, Ciamis.

Akibatnya, tiga guru di SD Giriharja kemudian berinisiatif mendatangi rumah delapan siswa tersebut untuk memberi tugas ataupun menyampaikan materi pelajaran.

Namun, perjuangan para ibu guru ini tidak mudah. Mereka harus naik-turun bukit karena rumah siswa yang cukup jauh dari sekolah.

"Jaraknya (rumah siswa) sekitar tiga kilometer dari rumah saya. Akses ke sana hanya jalan setapak. Hanya bisa dilewati dengan jalan kaki," ujar Yayah Hidayah, guru SD Giriharja, Kecamatan Rancah, saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Selasa (28/4/2020).

Ada tiga guru yang mendatangi rumah siswanya. Mereka adalah Yayah Hidayah guru kelas 1, Rohaetin (56) guru kelas 2 SD, dan Eem Maesaroh (54) guru kelas 4 SD.

Yayah menceritakan, mereka memang tidak setiap hari mengunjungi rumah murid di pelosok. Hal ini mengingat lokasinya cukup jauh dan masalah stamina para ibu guru ini yang tak lagi muda.

Yayah menceritakan, ia dan dua rekannya berangkat pukul 06.30 WIB saat mendatangi rumah siswanya di pelosok. Waktu yang harus ditempuh dengan jalan kaki sekitar satu setengah jam.

"Kami tiba di rumah siswa jam 08-an," kata dia.

Menurut Yayah, jalan menuju rumah siswa berbukit-bukit. Mereka harus melewati turunan yang licin karena jalannya berpasir hingga becek.

"Saya enggak bisa bayangkan perjuangan anak saat pulang-pergi ke sekolah. Ternyata begini. Gimana kalau hujan," ucap Yayah.

Delapan siswa yang rumahnya di pelosok terdiri atas satu siswa kelas 1, dua siswa kelas 2, empat siswa kelas 3, dan satu siswa kelas 4. "Kami berada di rumah siswa sekitar satu jam (untuk) memberi tugas, menyampaikan mata pelajaran. Supaya tidak ketinggalan pelajaran," kata Yayah.

Sumber: Kompas
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved