Breaking News

Mengenang Perjuangan RA Kartini Bagi Perempuan, Bermula dari Derita Ibunya, Hidup di Antara Poligami

Pada 21 April 2019, diperingati sebagai Hari Kartini. Hari itu merupakan momen spesial untuk mengingat pelopor emansipasi wanita, yakni RA Kartini.

Editor: Yongky Yulius
ISTIMEWA
RA Kartini 

RA Kartini pun bercerita mengenai banyak hal, tentang bangsanya yang menderita karena penjajahan, keresahannya mengenai agama, hingga kepeduliannya akan pendidikan.

Sejumlah buku pun dibahas RA Kartini bersama Stella dalam surat-suratnya.

Misalnya saja, untuk bercerita mengenai kondisi mengenaskan Bumiputera yang dijajah, RA Kartini mengambil buku Max Havelaar yang ditulis Multatuli sebagai referensi.

PERINGATI HARI KARTINI - Sejumlah siswa bersiap mengikuti peragaan busana daerah di SD Negeri Lengkong Kecil, Jalan Lengkong Kecil, Kota Bandung, Selasa (21/4/2015). Selain peragaan busana, kegiatan dalam rangka memperingati Hari Kartini yang diperingati setiap 21 April tersebut juga diisi dengan lomba baca puisi yang diikuti semua siswa.
PERINGATI HARI KARTINI - Sejumlah siswa bersiap mengikuti peragaan busana daerah di SD Negeri Lengkong Kecil, Jalan Lengkong Kecil, Kota Bandung, Selasa (21/4/2015). Selain peragaan busana, kegiatan dalam rangka memperingati Hari Kartini yang diperingati setiap 21 April tersebut juga diisi dengan lomba baca puisi yang diikuti semua siswa. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Berkat Ovink-Soer juga RA Kartini mengenal gerakan feminisme di Belanda sejak usia 20 tahun.

Selain itu, dalam suratnya, isu pendidikan pun menjadi bahasan penting dalam surat-surat RA Kartini.

RA Kartini menuntut perempuan untuk dapat pendidikan. Ini dilakukan, menurut RA Kartini, bukan untuk menyaingi laki-laki.

Namun, RA Kartini memahami bahwa perempuan dikodratkan menjadi ibu, dan ibu merupakan pendidik pertama untuk tiap manusia.

Alasan itulah yang dinilai RA Kartini perlunya perempuan mendapat pendidikan.

 Menelusuri Kolam Renang Berglust dan Hotel Emma di Cimahi, Tempat Bersejarah Peninggalan Belanda

Saat itu ia ditemui oleh Mr JH Abendanon, Direktur Departemen Pendidikan Hindia Belanda, dan Nyonya Abendanon.

Mr Abendanon adalah penganjur politik etis di Indonesia dan khusus menemui RA Kartini untuk mengetahui pemikirannya.

Pemikiran RA Kartini tersebut telah dikenal dan diperbincangkan di kalangan orang-orang Belanda.

Usulan RA Kartini jelas saat itu, pendidikan untuk para perempuan hingga kejuruan.

Cara menulis RA Kartini yang indah dan progresif, membuat ide-ide dari RA Kartini banyak didengar para pejabat dan bangsawan Belanda.

Sehingga, RA Kartini dan Roekmini akhirnya mendapat beasiswa dari Menteri Idenburg untuk bisa sekolah di Netherland.

Jika RA Kartini bersekolah di Belanda, maka ia akan makin dekat lagi dengan para sahabatnya, misalnya Stella dan keluarga van Kol.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved