Inflasi Kota Tasikmalaya Stabil Walau Kegiatan Ekonomi Menurun
Di tengah menurunnya aktivitas perekonomian sebagai dampak social distancing tangkal Covid-19, angka inflasi Kota Tasikmalaya relatif stabil.
Penulis: Firman Suryaman | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Firman Suryaman
TRIBUNJABAR. ID, TASIKMALAYA - Di tengah menurunnya aktivitas perekonomian sebagai dampak social distancing tangkal Covid-19, angka inflasi Kota Tasikmalaya relatif stabil.
Dari rilis yang diterima dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Tasikmalaya, Selasa (14/4/2020), menyebutkan, inflasi bulan Maret sebesar 0,317 persen.
Besaran inflasi tersebut relatif stabil jika dibanding bulan lalu sebesar 0,32 persen. Sementara inflasi Jabar pada bulan yang sama sebesar 0,31 persen dan nasional hanya 0,1 persen.
• Mami Dewi Asal Surabaya Jual 600 Mahasiswi & SPG, Ada Cewe Bandung, Ada Layanan 1 Pria Vs 3 Wanita
Kepala KPBI Tasikmalaya, Heru Saptaji, menyebutkan, Tekanan inflasi di Kota Tasikmalaya terutama berasal dari telur ayam ras, emas perhiasan, beras, buncis, dan air kemasan.
"Kenaikan harga telur ayam ras disebabkan meningkatnya permintaan. Sementara peternak menghadapi beberapa tantangan, seperti faktor cuaca yang menurunkan produktivitas ayam petelur," kata Heru.
Kenaikan harga beras, lanjut Heru, disebabkan panen yang baru dilakukan pada akhir Maret. "Diperkirakan akan mencapai panen raya pada bulan April sehingga harga diharapkan akan kembali stabil," kata Heru.
Di luar makanan, kenaikan harga emas perhiasan yang juga menjadi penyumbang utama inflasi Nasional, dipengaruhi fluktuasi harga emas dunia yang sempat meningkat tajam pada awal Maret 2020.
"Selain itu, tekanan inflasi juga tertahan oleh penurunan harga buah pir, minyak goreng, wortel, kentang, dan cabai hijau. Hal itu terjadi karena pasokan komoditas tersebut tercukupi. Sementara konsumsi rumah tangga melambat di tengah penerapan social distancing," ujar Heru. (firman suryaman)
