Dua Pemangkas Rambut Jadul di Bandung yang Masih Bisa Bertahan, di Mana Saja Lokasinya?
BARBER shop Sawargi dan Pemangkas Rambut Tepat adalah tempat bercukur yang bisa bertahan lama di Kota Bandung. Ketika, pemangkas rambut di Bandung ber
"Memang dulu di hotel itu ada barber shop. Terus pindah ke Jalan Naripan dekat bank BJB sekarang. Tapi, kemudian tutup. Kursinya dibeli ayah. Dulu ada enam, sekarang tinggal empat karena yang dua dijual," kata Dudi.
• Status PSBB Disematkan ke Wilayah Tangerang Raya Mulai Hari Ini
Menurut Dudi, pangkas rambut miliknya pernah berjaya. Kejayaannya, katanya, sama dengan Barber Shop Sawargi. Dula, banyak pejabat yang datang ke sini, seperti HU Hatta Jatipermana (Bupati Bandung periode 1990-2000) dan Obar Sobrna yang juga pernah jadi Bupati Bandung.
"Saya mah tak pernah kagok mencukur mereka. Mereka juga, kan, sudah biasa," kata Dudi.
Tetap Buka
KARYAWAN Barber Shop Sawargi telihat menyapu rambut hasil cukuran pelanggan. Padahal jam baru menunjukkan pukul 16.30. Itu di luar kebiasaan karena barber shop di Jalan Saad, Kota Bandung ini biasanya tutup pukul 17.00.
"Tadi ada lima orang yang bercukur," kata seorang karyawan yang sedang membereskan pelengkapan bercukur, Rabu (8/4).
Jumlah pelanggan yang datang pada hari itu pun di luar kebiasaan. Biasanya barber shop milik Risyad Erawan (43) ini didatangi 50 pelanggan per hari.

Dalam situasi pandemi virus korona pangkas rambut Sawargi tetap buka. Mereka tetap melayani pelanggan-pelanggannya. Namun, jumlah pelanggan yang datang jauh lebih sedikit dari hari-hari biasa sebelum virus itu menyerang dunia.
"Kami tetap buka. Tentu saja sepi. Turun drastis. Orang-orang, kan, juga jaga dirinya masing-masing. Sangat berpengaruh. Kalau dulu bisa sampai 50 orang yang datang per hari. Kalau sekarang, sih, paling, ya, 12 hingga 15 kepala," kata pemilik Barber Shop Sawargi, Risyad Erawan (43) di rumahnya, Jalan Saad, Kota Bandung, Rabu (8/4).
Menurut Risyad, barber shop miliknya itu biasanya buka pukul 08.00 - 17.00. Namun, kondisinya sekarang tidak memungkinkan, jadi barber shop-nya rata-rata buka hingga pukul 14.00.
"Kondisi sekarang sih, bukan hanya tukang cukur saja yang terimbas, tapi semua, kan, terimbas juga," kata pria berkaca mata ini.
Menurut Risyad, prosedur pencukuran berjalan normal. Para pencukurnya pun tidak menggunakan alat pelindung diri (APD). Namun, ia sudah mendiskusikan dengan orang tuanya agar para tukang cukur menggunakan APD.
"Cuma masalahnya mencukur pakai APD, apalagi pakai sarung tangan apakah kualitas cukuran akan sama dengan tidak menggunakan sarung tangan," katanya.
Menurut Risyad mencukur itu memerlukan kenyamanan sedangkan APD itu biasanya kalau dikenakan suhunya panas. "Kalau pihak owner, sih, setuju pakai APD. Cuma tukang cukurnya mau atau tidak," katanya.
Untuk saat ini, kata Risyad, ia mencoba realistis, selama masih bisa terpenuhi biaya operasional sudah bagus. "Sudah begitu saja alhmadulillah. Kami hanya bisa survive. Untuk berkembang, ya, sudah tidak memungkinkan, asal bisa gaji office boy, bisa memenuhi operasional, itu sudah bagus," kata Risyad.