Pemerintah Diminta Cermati Pengumuman Kasus Covid-19 atau Virus Corona
Direktur PN, Johan Neesken berpendapat bahwa persentase tingkat fatalitas atau CFR maupun tingkat kematian atau Death Rate sebaiknya tak diumumkan
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Dedy Herdiana
"Namun, adalah salah jika ada yang menyimpulkan bahwa CFR adalah sama atau bahkan mirip dengan IFR," katanya.
Direktur Poly Network juga menegaskan bahwa angka CFR tidak mencerminkan probabilitas kematian, karena pada waktu yang sama, nilai CFR memberi dua kemungkinan yang saling bertolak belakang.
Dapat dipahami bahwa kemungkinan kematian lebih rendah dibandingkan CFR karena tidak semua orang dites Cocid-19. Juga dapat dipahami bahwa kemungkinan kematian lebih tinggi dibandingkan CFR karena beberapa orang yang sedang sakit pada akhirnya akan meninggal karena penyakit tersebut.
Membandingkan angka CFR akan tepat jika dipahami sebagai perbedaan dalam skala upaya pengujian Covid-19 Test.
Setelah epidemi atau wabah selesai, kata Johan, statistik agregat kasus dan kematian untuk menghitung tingkat fatalitas kasus dapat diandalkan. Namun, selama wabah berlangsung perlu berhati-hati menafsirkan CFR karena hasil pemulihan atau kematian dari sejumlah besar kasus juga masih belum diketahui.
"Ini adalah sumber umum untuk misinterpretasi peningkatan CFR pada tahap awal wabah atau outbreak," ujarnya.
CFR dan date rate menurutnya memang tidak salah, namun berpotensi menyesatkan dan mudah dipolitisasi. Oleh karenanya, pihaknya memberikan sejumlah catatan kepada pemerintah dan lembaga publik, agar upaya percepatan penanganan wabah Covid-19 tidak terhambat.
Akan lebih baik, katanya, jika sama sekali tidak mempublikasikan rate tersebut sebagaimana WHO dan CDC US. Kemudian menugajelaskan kepada masyarakat mengenai rate, mengarahkan media agar menghindari penggunaan rate tersebut pada pemberitaan dan analisisnya, dan rate tersebut cukup digunakan di otoritas medis dan akademis. (Sam)