Wabah Virus Corona
JAWA BARAT TERBANYAK KEDUA Kasus Virus Corona, Hari Ini Bertambah 14 Kasus, 7 Orang Meninggal
Data terbaru dari pemerintah per 21 Maret 2020, kasus virus corona di Jawa Barat pada hari ini bertambah 14 kasus. Jabar terbanyak kedua setelah DKI
Penulis: Kisdiantoro | Editor: Kisdiantoro
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Provinsi Jawa Barat terbanyak kedua kasus virus corona setelah DKI Jakarta.
Data terbaru dari pemerintah per 21 Maret 2020, kasus virus corona di Jawa Barat pada hari ini bertambah 14 kasus.
Kasus kumulatif pada Jumat (21/3/2020) sebanyak 41 kasus, sehingga total kasus virus corona di Jawa Barat menjadi 55 kasus.
Dari 55 orang yang dipantau ataupun sudah dinyatakan positif virus corona, sebanyak 1 orang dinyatakan sembuh.
• Diisukan Sempat Tolak Pasien Terduga Corona, RSUD Cideres Majalengka Langsung Tanggapi Begini
Hingga hari ini, sudah ada 7 orang positif terinfeksi virus corona meninggal dunia.
Daerah dengan jumlah kasus virus corona terbanyak adalah DKI Jakarta, total 267 kasus virus corona.
Pada hari ini, kasus virus corona di DKI Jakarta bertambah 44 kasus. Di hari sebelumnya tercatat ada 223 kasus virus corona.
Terbanyak ketiga daerah dengan kasus virus corona adalah Provinsi Banten.
Total jumlah kasus virus corona 43 kasus, 2 orang meninggal dunia.
• Deretan Kata Bijak Isra Miraj, Bagikan Ucapan Ini untuk Keluarga dan Sahabat
Total Kasus Virus Corona 450 Kasus
Jumlah kasus virus corona di Indonesia bertambah 81 kasus, dan total menjadi 450 kasus virus corona.
Dari 450 kasus virus corona, sebanyak 20 orang dinyatakan sembuh setelah dua kali menjalani pemeriksaan.
Dari jumlah tersebut, 32 orang positif virus corona meninggal dunia.
Juru Bicara Penanganan Virus Corona Indonesia Achmad Yurianto menyebut data tersebut sudah disebarkan ke daerah-daerah agar pemerintah daerah bisa ikut melakukan tracking ke keluarga dan melakukan pemeriksaan.
• Sulit Dapat Masker, Ibu-ibu di Gebedage Kota Bandung Bikin Sendiri dari Kain Perca
Achmad Yurianto mengingatkan kepada masyarakat untuk mematuhi imbauan pemerintah, melakukan karantina di rumah.
Selain itu, dia juga mengingatkan agar dalam melakukan kontak sosial selalu menjaga jarak minimal 1 meter.
"Kembali kami ingatkan untuk melakukan upaya menjaga jarak saat melakukan kontak sosial, jangan kurang dari 1 meter," ujarnya dalam update kasus virus corona, Sabtu (21/3/2020).
Masyarakat juga diingatkan untuk menghindari kerumunan, pertemuan-pertemuan yang menghadikan banyak orang yang memberi peluang penularan virus corona.
"Ada saudara-saudara kita yang tidak bisa berkeja di rumah, untuk tetap menjaga kesehatan,"ujarnya.
Achmad Yurianto mengingatkan kepada kaum muda untuk tidak sombong dengan keperkasaanya.
• Pantau Sejumlah Mal, Wali Kota Cirebon Minta Pengelola Perhatikan SOP Pencegahan Corona
Sebab, usia muda tidak menjadi jaminan tidak akan terinveksi virus corona.
Memang kelopok usia muda punya daya tahan lebih baik dibandingkan dengan kelompok usia lanjut.
Meski demikian, usia muda tidak menjadi jaminan tidak akan tertular virus corona.
"Meski pun merasa masih muda, perhatikan, bahwa kita bisa menjadi sumber penularan di keluarga. Patuhi betul imbauan pemerintah, untuk semaksimal mungkin tidak keluar rumah," ujar Achmad Yurianto.
• Warga Jabar Bisa Cek Kesehatan Lewat Fitur Periksa Mandiri di Aplikasi PIKOBAR
Aplikasi PIKOBAR untuk Warga Jabar
Aplikasi PIKOBAR (Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Jawa Barat) memiliki fitur periksa mandiri. Lewat fitur tersebut, warga Jabar dapat memeriksakan diri dengan melaporkan gejala-gejala yang dialami.
Setelah itu, PIKOBAR yang menggunakan artificial intelligence akan memberikan diagnosis awal dan mengeluarkan rekomendasi. Apakah warga Jabar yang melapor mesti mendapatkan penanganan dokter atau cukup beristirahat di rumah.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyatakan, warga Jabar yang memiliki gejala-gejala COVID-19, seperti batuk, pilek, dan demam, bisa cek kesehatan lewat fitur tersebut.
"Masyarakat jangan panik dulu, mesin canggih ini bisa menjawab di aplikasi ini (PIKOBAR)," kata Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil, saat meluncurkan aplikasi PIKOBAR di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (20/3/2020).
• Film Contagion Disorot, Menceritakan Virus MEV-1 yang Disebut Mirip Virus Corona, Ini Sinopsisnya
"Apakah Anda punya gejala, batuk. Batuknya berdahak atau kering. Disertai pusing atau tidak. Terus sampai semua pertanyaan terjawab. Nanti, hasilnya, tidak perlu ke dokter cukup istirahat, Anda perlu minum obat, atau perlu ke dokter," katanya.
Guna menghadirkan fitur periksa mandiri, Pemerintah Provinsi Jabar berkolaborasi dengan Prixa.Ai --perusahaan yang mengembangkan aplikasi dan fitur periksa mandiri.
Medical Database Coordinator Prixa.Ai Kafi H Khaibar Lubis mengatakan fitur periksa mandiri dalam PIKOBAR khusus memeriksa gejala-gejala penyakit pernapasan, khususnya COVID-19. Menurut dia, artificial intelligence periksa mandiri bisa mendeteksi 29 penyakit pernapasan.
"Kali ini kami bikin engine (dalam PIKOBAR) khusus untuk memeriksa gejala-gejala COVID-19 ini. Jadi, kami memisahkan penyakit-nya khusus COVID-19, di dalam ada 29 penyakit-penyakit yang berkaitan dengan pernapasan," kata Kafi.
"Kami akan mengarahkan pasien, perlu di rumah saja, menunggu beberapa hari, minum obat-obatan yang dibeli sendiri di rumah, atau pasien harus mendapatkan penanganan dari dokter," ucapnya.
• HEBOH TARIAN EROTIS DI GARUT, Ditonton Ratusan Laki-laki, Wakil Bupati Jengkel, MUI Sebut Haram
Jika ada warga Jabar yang mesti mendapatkan penanganan, kata Kafi, fitur periksa mandiri dalam PIKOBAR akan menyarankan pengguna untuk menghubungi 119 atau nomor hotline Dinas Kesehatan Provinsi Jabar.
"Karena kami tidak memberikan diagnosis secara pasti misalnya. Tapi, kemungkinan gejala-gejala yang ibu/bapak alami mirip dengan penyakit ini. Dan kemungkinannya ini," katanya.
Dengan adanya fitur periksa mandiri dalam PIKOBAR, Kafi berharap kepanikan masyarakat Jabar terkait COVID-19 bisa menurun. Apabila memiliki gejala COVID-19, masyarakat bisa mengakses fitur periksa mandiri.
"Masalah utama adalah kepanikan. Karena, satu, tidak tahu informasi yang jelas. Dua, tidak yakin apa yang mereka alami serius atau tidak. Dengan adanya PIKOBAR, diharapkan kita bisa mendapat informasi yang jelas, dan terpusat, dan resmi, dan scientific," ucapnya.
"Lalu, ini membedakan apakah kita perlu datang ke dokter dan diperiksa, dan harus mengalami penanganan lebih lanjut. Atau hanya di rumah. Dengan adanya aplikasi ini akan semakin banyak orang bisa ditahan di rumah dan tidak panik di rumahnya," ujarnya.