Takut Corona, Sempat Panic Buying di Bandung Raya, Ternyata yang Borong Sembako Orang Kaya

Dinas Perindustian dan Perdagangan (Indag) Provinsi Jawa Barat mengatakan sempat terjadi panic buying

Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Ichsan
Tribunjabar/Syarif Abdussalam
Kepala Dinas Indag Jabar, Mohamad Arifin Soedjayana 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Dinas Perindustian dan Perdagangan (Indag) Provinsi Jawa Barat mengatakan sempat terjadi panic buying atau pembelian berlebihan di sejumlah pusat perbelanjaan di Jawa Barat seiring dengan perkembangan kasus corona virus Covid-19.

Kepala Dinas Indag Jabar, Mohamad Arifin Soedjayana, mengatakan panic buying ini terjadi sejak beberapa hari lalu, terutama di Bandung Raya. Arifin mengatakan pihaknya mendapat informasi awal mengenai panic buying tersebut dari Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).

"Kemarin juga saya keluar sekitar jam 10.00 ya, karena ada informasi dari teman-teman di Aprindo, khususnya di supermarket, itu cukup didatangi oleh para pembeli. Nah jadi kemarin kita turunkan empat tim untuk melihat ke semua swalayan yang ada di Bandung Raya," kata Arifin saat ditemui di kantornya, Senin (16/3/2020).

Arifin mengatakan hampir semuanya terjadi peningkatan pembelian dari konsumen yang datang. Ia pun mendata lonjakan pembelanjaan dan akhirnya diketahui lonjakannya sampai dua atau tiga kali lipat dari biasanya.

Ramalan Zodiak Hari Ini Senin 16 Maret 2020, Gemini Sangat Sensitif, Leo Agresif & Hilang Kesabaran

"Jadi kalau biasanya 100 (orang), ini sampai 200 atau 300. Itu terjadi dan kemudian saya cek juga yang dibeli apa, kebanyakan yang bahan pokok seperti beras, minyak, telur, mi, dan gula," kata Arifin.

Menurut Arifin, pihaknya sudah meminta kepada Aprindo untuk melakukan evaluasi manakala kemudian terjadi pembelian yang tidak wajar. Yakni, dengan cara dibatasi pembelanjaanya.

"Dan memang di beberapa gerai, akhirnya dibatasi seorang hanya bisa beli maksimal tiga unit. Misalnya kalau minyak itu 1 kilogram per bungkus, jadinya cuma bisa beli 3 maksimal. Pembatasan itu bukan apa-apa karena kembali lagi kalau untuk konsumen akhir kan kita juga bisa melihat kewajarannya seperti apa," ujarnya.

Arifin mengatakan panic buying terpantau terjadi di hampir semua pusat perbelanjaan yang kerap didatangi masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah atas. Sedangkan di supermarket yang biasa didatangi pengunjung umum termasuk pasar tradisional, cenderung normal.

Arifin mengatakan selain gula pasir yang memang sudah mengalami penipisan stok di tingkat nasional, semua persediaan kebutuhan pokok di Jawa Barat masih dalam batas aman, bahkan sangat aman.

"Kemarin tim saya sudah turun dan berkomunikasi, di semua kabupaten dan kota semua menyatakan aman. Jadi Bogor, Depok, Bekasi, yang berbatasan dengan Jakarta juga aman, kemudian yang ke timur Jabar juga aman, tidak ada lonjakan untuk pembelian barang," katanya.

Daftar Hape Oppo Tarbaik Turun Harga di Tahun 2020, dari Oppo F7 hingga Oppo Find X, Cek di Sini

Berdasarkan data tersebut, katanya, pihaknya belum bisa melakukan kebijakan pembatasan pembelian di supermarket atau pasar tradisional pada umumnya. Hal ini disebabkan kunjungan dan kedatangan dari konsumen juga tidak terlalu banyak.

"Saya mau cek lagi hari ini ya, karena kejadian itu kemarin. Jadi setelah surat edaran, khususnya yang dari Pak Gubernur kemudian Wali Kota Bandung, dan lainnya, itu sebenarnya sudah diantisipasi oleh dinas indag di kota dan kabupaten, bahwa takutnya ada panic buying, tapi kita sudah antisipasi dengan teman-teman di Aprindo," ujarnya.

Arifin mengatakan pihaknya tetap menjaga keamanan pangan di Jabar dan tetap harus dijaga supaya jumlahnya tetap dipantau, tidak hanya pembatasan pembelian tapi juga pemantauan.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved