Kasus Penyakit Virus Corona 2019 di China Mulai Menurun, Ini yang Patut Dicontoh dari China

Aylward menyebutkan hal yang patut diacungi jempol dari cara China menangani Covid-19 adalah kecepatan.

Editor: Ravianto
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Petugas menggunakan masker di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta, Senin (2/3/2020). Presiden Joko Widodo mengumumkan dua orang positif terjangkit virus Covid-19 atau virus corona, dan saat ini berada di ruang isolasi RSPI Sulianti Saroso, Jakarta. 

TRIBUNJABAR.ID - Penyakit coronavirus 2019 atau Covid-19 bisa sembuh, terbukti kasusnya di China menurun.

Indonesia harusnya bisa mengambil pelajaran dari adanya virus corona yang sudah mulai menginfeksi dua warga Depok.

Merasa takut dan paranoid justru akan menurunkan imunitas tubuh.

Sebanyak 83 persen dari sekitar 89.000 kasus (hingga 2 Maret 2020) terdapat di China.

Para dokter dan petugas kesehatan terus memerangi epidemi ini selama lebih dari dua bulan lamanya.

Lewat pengumuman dari Presiden Jokowi kemarin, Indonesia baru menemukan 2 pasien yang positif Covid-19.

Xiao (25) pemerkosa yang kabur setelah korbannya batuk dan mengaku tertular virus corona dari Wuhan, China.
Xiao (25) pemerkosa yang kabur setelah korbannya batuk dan mengaku tertular virus corona dari Wuhan, China. (Kolase Jingshan Public Security Bureau/WeChat via Daily Mail)

Namun di China sendiri, selama beberapa minggu belakangan, jumlah orang terinfeksi dan kematian akibat Covid-19 berkurang.

Fakta ini menjelaskan bahwa penyebaran virus tersebut telah mencapai puncaknya di China, sehingga transmisi antarmanusia berkurang.

Pada waktu bersamaan, virus ini menyebar lebih cepat di beberapa negara lain termasuk Korea Selatan, Italia, dan Iran. Amerika Serikat dan Australia telah melaporkan kasus kematian pertama akibat Covid-19.

Penting bagi Indonesia, juga beberapa negara lainnya, melakukan respon cepat seperti China untuk membatasi penyebaran virus SARS-CoV-2.

World Health Organization (WHO) sendiri menerjunkan sekelompok petugas medis yang dipimpin oleh ahli epidemiologi Bruce Aylward.

Kepada Vox, Selasa (3/3/2020), Aylward menjelaskan bahwa mayoritas respon di 30 provinsi seantero China berfokus pada penemuan kasus serta merunutkan kontak suspek dengan orang lain dan lingkungan sekitar.

“Semua perhitungan ini digunakan untuk menentukan penyebaran Covid-29,” tuturnya kepada reporter Vox Julia Belluz.

Selain itu, pemerintah China juga menutup beberapa wilayah dengan ledakan penyebaran yang tinggi seperti Wuhan dan dua kota lainnya.

“Ada beberapa wilayah yang penyebaran virusnya tak terkontrol. China berani mengambil keputusan ini (untuk menutup kota tersebut) untuk melindungi China dan negara lain,” tambah Aylward.
“Semua karena kecepatan”

Aylward menyebutkan hal yang patut diacungi jempol dari cara China menangani Covid-19 adalah kecepatan.

“Semua karena kecepatan. Semakin cepat Anda menemukan kasusnya, mengisolasi pasiennya, merunut dengan siapa pasien itu berkontak, akan lebih cepat penanganannya,” tutur Aylward.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved