Eksklusif Tribun Jabar
Dampak Isu Virus Corona, Masker Hijab Buatan Arjasari Mulai Dilirik Lagi, Februari Ini Meningkat
Masker khusus untuk yang berhijab ternyata datangnya ada yang dari Arjasari. Masker-masker itu dibuat di sebuah perumahan bernama Kota Baru, tak jauh
Penulis: Januar Pribadi Hamel | Editor: Januar Pribadi Hamel
TRIBUNJABAR.ID - Masker khusus untuk yang berhijab ternyata datangnya ada yang dari Arjasari. Masker-masker itu dibuat di sebuah perumahan bernama Kota Baru, tak jauh dari terminal Desa Arjasari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung.
Awal Februari, produsen masker tersebut mendapat pesanan untuk sampel yang akan dikirim ke Hong Kong dan Singapura. Aji Sanuji (50) berharap pesanan itu bisa meningkatkan kembali pamor masker buatan Arjasari ini.
“Memang ada peningkatan setelah ramainya virus corona, tetapi tidak banyak, hanya seribuan masker per hari,” kata Aji di kediamannya di Kota Baru, Desa Arjasari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, Rabu (5/2).
Masker buatan Arjasari sempat booming bersamaan dengan makin maraknya penjual online menjajakannya di media sosial dan marketplace. Masker ini disukai karena banyak pilihan warna dan bisa dicuci dan dipakai kembali.
Bahkan Aji mengaku dari Arjasarilah masker hijab mulai diproduksi massal. Aji mengaku bersama tetangganya, Rudi, membuat masker yang kemudian menjualnya.
Seingat Aji, dia mengawalinya pada 2007. Saat itu, dia mencontoh masker yang pernah dia lihat di tempat kerjanya di perusahaan alat kesehatan.
"Saya melihat masker, kan, biasanya dijual satu set dengan baju bedah, jadi apa salahnya saya coba jual maskernya saja. Saya membongkarnya kemudian mempraktikkannya dibikin kembali. Maka jadilah masker hijab yang seperti sekarang ini," katanya.
Pada awalnya, dia hanya melayani seusai permintaan saja karena hanya memiliki satu mesin jahit dan mengerjakannya bersama istrinya di sebuah rumah kontrakan.

"Ditawarkan ke apotek. Baru pada 2009, pesanan terus bertambah mencapai lusinan. Tadinya tetangga beli ke saya. Akhirnya bikin sendiri. Bahkan saya menyediakan bahan bakunya. Jadi, mereka beli bahannya dari saya. Sejak itu di sini ramai pembuat masker," ujarnya.
Sejak itu, penjualan masker buatan Arjasari meningkat terus. Pada 2016 hingga 2018 awal terjadi lonjakan permintaan. Bahkan Aji pun sering mendapat orderan mencapai 10.000 lusin per bulan.
"Wah, saya kewalahan melayani. Untuk memenuhi pesanan itu saya mempekerjakan 30 karyawan," kata lelaki asal Surabaya ini.
Berkat online, masker Arjasari dikenal tak hanya di Indonesia, tapi juga sampai ke Malaysia.
"Kalau di Bandung justru nggak banyak amat. Yang belinya kebanyakan dari luar Jawa, seperti Sumatra dan Kalimantan," katanya.
Sayangnya, pada akhir 2018, penjualan masker Arjasari terus menurun. Pesanan pun, menurut Aji menurun hingga 90 persen. Pesanan yang dulu bisa mencapai 10.000 kini tinggal 1.000 per bulan.