Lesbian di Lapas Perempuan Bandung

LESBIAN DI LAPAS PEREMPUAN BANDUNG Lebih Terbuka, Terang-terangan, Ciuman dan Pelukan di Depan Umum

Perilaku seksual menyimpang sesama jenis para perempuan atau lesbian di Lapas Perempuan Bandung lebih terbuka dan berani. Ciuman di depan umum.

Penulis: Mega Nugraha | Editor: Kisdiantoro
shutterstock
Illustrasi - Perilaku seksual menyimpang sesama jenis para perempuan atau lesbian di Lapas Perempuan Bandung lebih terbuka dan berani. Ciuman di depan umum. 

Menghadapi perilaku yang menyimpang ini, kara Rafni, sebagai kalapas, ia tentu tak tinggal diam.

"Langsung kami pisahkan lah, enggak tinggal sekamar.

Harus beda kamar, bahkan kalau memungkinkan dipisah bloknya. Lalu kami programkan mereka supaya sibuk, ngurus kebun, taman, olahraga, bersih-bersih, apa pun lah. Yang penting dia capek dan dia lupa sama perilaku menyimpangnya," ujar Rafni.

Lapas, kata Rafni, tidak akan pernah menoleransi perbuatan-perbuatan seperti itu. "Khawatir jadi penyakit. Lagian, kan, yang begituan dilarang," ujar Rafni

Ketegasan yang sama juga dikatakan Kepala Lapas Perempuan Bandung, Putranti Rahayu, yang baru menjabat awal Januari lalu menggantikan Rafni.

Sebagai abdi negara yang mengemban tugas di lapas, kata Putranti, apa pun akan ia lakukan untuk mencegah terjadinya perilaku seksual menyimpang para warga binaan.

UPDATE Lesbian di Rutan Perempuan Bandung, Kanwilkum HAM Jabar: Apapun Alasannya, Tidak Benar!

"Baik melalui pendekatan agama, psikologis, maupun pendekatan pribadi," ujar Putranti.

Hal lain yang juga ia lakukan untuk mencegah perilaku lesbian adalah membiasakan warga binaannya untuk berpenampilan seperti perempuan. "Seperti menggunakan rok atau pakaian perempuan sebagaimana lazimya. Tapi sifatnya tidak wajib," ujarnya.

Hal serupa belakangan juga diterapkan di Rutan Perempuan Kelas IIa Bandung. Menyusul terungkapnya perilaku lesbian di rutan baru itu belum lama ini, pihak rutan mulai membiasakan para tahanannya memakai rok atau daster.

"Saya arahkan anak-anak untuk berpakaian seperti perempuan supaya nalurinya tetap sebagai perempuan," ujar Kepala Rutan Perempuan Kelas IIa Bandung, Dr Lilis Yuaningsih, kepada Tribun melalui pesawat telepon, Selasa (4/2).

Tak hanya itu, kata Lilis, para penghuni rutan yang terindikasi punya kelainan seks suka sejenis juga dipindahkan ke kamar yang penghuninya khusus perempuan lanjut usia atau lansia.

"Seperti pelaku percobaan seks terhadap sesama perempuan kemarin, diisolasi supaya perilakunya kembali normal. Ia diasuh oleh ibu-ibu lansia di kamar lansia sampai detik ini," ujar Lilis.

Geger Perilaku Lesbian di Rutan Perempuan Bandung, Ini Penyebab Seks Menyimpang Terjadi di Penjara

Sebelumnya diberitakan, seorang tahanan, Va (22), melapor telah menjadi korban pelecehan seksual oleh sesama tahanan di Rutan Perempuan Kelas IIa Bandung.

Menyusul laporan tersebut, pelakunya dihukum di ruang isolasi selama sepekan, sementara Va dipindahkan ke salah satu lapas di Jabar.

Setelah menjalani hukuman isolasi, pelaku langsung disatukamarkan dengan kamar yang dihuni para lansia.

"Masa iya sama ibu-ibu lansia masih suka 'belok'. Di kamar lansia itu yang paling tua 62 tahun. Jadi, itu kebijakan standar, sifatnya penindakan untuk mengantisipasi kelainan seks. Pencegahan lainnya, penghuni rutan yang terindikasi 'belok' harus pakai anting, rambutnya harus panjang. Intinya supaya kembali normal," ujar Lilis. (tribunjabar.id/mega nugraha)

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved