Tak Dibayar Sepeser pun, Abah Oding Jaga Mata Air Kaki Gunung Burangrang di Purwakarta Sendirian
Sebuah sumber mata air di kaki Gunung Burangrang, Desa Sekambang, Kampung Cisair, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, dijaga oleh seorang pria b
Penulis: Ery Chandra | Editor: Theofilus Richard
Dia selalu mengatakan kepada orang-orang bahwa siapapun yang mengganggu sumber mata air dan lingkungan di sekitarnya dapat diproses secara hukum.
Hal itu, katanya, membuat banyak orang takut, meski tak sedikit yang menganggapnya aneh.
"Kalau hutan lestari, maka mata air subur. Kalau pohon-pohon di gunung gundul enggak mungkin ada mata air. Mata air ada dari pohon-pohon yang menampung," ujarnya.
• Cara Membuat Kartu Ucapan Hari Natal Sendiri, Bikinlah Desain Sesuai Keinginanmu
Kemudian, ia merangkul warga setempat yang peduli untuk menanam kembali ratusan bibit pohon di lahan yang telah gundul.
Bibit pohon yang ditanam adalah bibit pohon jenis belendung.
Aksi itu, katanya, demi kelangsungan hidup berbagai jenis tanaman hingga binatang yang tinggal di hutan Gunung Burangrang.
"Berbagai jenis tanaman di sana, ada juga binatang owa, lutung, babi hutan, kancil, burung rangkong, macan, dan lainnya agar bisa hidup," katanya.
Selain dapat membuat lingkungan asri, menurut Abah Oding, ia percaya bahwa mata air yang diapit bebatuan dapat dijadikan obat karena kondisinya yang masih alami.
Sehari-hari, Abah Oding tak punya pekerjaan tetap untuk menghidupi keluarganya. Ia pernah menjual benih pohon, menjadi buruh tani di lahan padi, hingga menjual kerajinan atap ijuk hasil buatan warga sekitar.
"Terpenting agar asap di dapur bisa terus ngebul. Menjaga mata air tetap berjalan," ujar ayah yang dikaruniai 8 anak dan 4 orang cucu ini.
• DPRD Jabar Dorong Pemanfaatan Teknologi Digital untuk Tingkatkan Perekonomian