Kuliner Ekstrem di Solo, Daging Anjing, Bahan Dasar Dikirim dari Jawa Barat
Tekstur dan bentuk daging anjingnya mirip daging sapi jika digoreng oseng.
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Tarsisius Sutomonaio
"Rata-rata segitu, itu untuk satu kedai ya. Kedai macam gini kan di Solo banyak mas," ujar dia.
• Rekomendasi Kuliner Halal di Sudirman Street Food Bandung, Ada Oseng Cumi Extra L
Informasi yang dihimpun, Solo bukan daerah peternak anjing. Lantas dari mana anjing-anjing itu dipasok dari beberapa daerah di Jawa Barat.
"Kebanyaknnya dari Jabar mas, kaya Garut, Tasikmalaya sampai Majalengka. Kami pesan mereka kirim ke sini rata-rata tiga hari sekali, sekitar 20 ekor lah. Harganya dari Rp 400 ribu sampai Rp 600 ribu per ekor. Setelah anjingnya dikirim, kami potong sendiri," ucapnya.
Anjing diangkut menggunakan truk dari Jawa Barat ke Solo. Setibanya di Solo, anjing dikirim ke tiap kedai yang memesan. Anjing bukan makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat umum di Indonesia.
Di sisi lain, anjing identik dengan penyakit rabies.
Ijey memastikan anjing yang diolah ini higienis karena dipantau pemerintah. Hanya saja, di tempat itu, tidak terlihat dipasang sertifikat higienis atau bebas rabies dari pemerintah.
"Aman Mas, karena anjingnya rutin dicek sama pemerintah sebulan sekali. Seperti disuntik, dicek sample darah," ujar Ijey.
• Restoran di Korsel Diminta Tidak Sajikan Daging Anjing selama Olimpiade
Meski kuliner ini banyak tersebar di Kota Solo dan sekitarnya, bukan berarti tidak ada penolakan. Saat ini, keberadaan makanan berbahan daging anjing jadi pembicaraan publik. Ijey menyebut, itu bukan yang pertama.
"Enggak tahu juga. Tapi dari dulu sudah rame. Setelah rame sepi lagi. Tapi mau gimana, permintaannya juga tinggi mas, sehari saja pengunjung bisa 100-an," katanya.
Namanya Jono (46), driver taksi online. Setidaknya satu bulan sekali ia menyantap kuliner berbahan daging yang dikenal sebagai sahabat manusia ini.
"Ya kalau lagi mau saja, sebulan sekali bisa," ujarnya.
Satu porsi daging rica-rica biasa ia beli dengan harga Rp 18 ribu per porsi. Harga beda untuk menu sate. Menu olahan daging rica-rica ia sarankan bagi penggemar makanan pedas.
Ia mengatakan, keberadaan hidangan ini, meski sedang jadi polemik, masih bisa ditemukan di banyak tempat di Surakarta.
"Tempat makan seperti ini sudah banyak. Setahu saya adem saja. Ini kan pilihan masyarakat saja. Yang mau makan silakan, yang tidak mau juga monggo," ucapnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/extrem-kuliner-hugjos-kedai-daging-anjing.jpg)