Kisah di SDN Jatimunggul 1 Indramayu, Murid Belajar Lesehan, Honor Guru Belum Dibayar
Sejumlah murid SDN Jatimunggul 1, Kabupaten Indramayu, masih belajar secara lesehan. Selain itu, honor guru di sekolah itu belum dibayar
TRIBUNJABAR.ID, INDRAMAYU- Sejumlah murid SDN Jatimunggul 1, Kabupaten Indramayu, masih belajar secara lesehan karena kursi-kursi di sekolah mereka hanya cukup untuk sebagian siswa.
Itu pun kursi plastik, yang umumnya dipakai di warung tegal. Menurut Rohendi, guru honorer di SDN Jatimunggul 1, kursi-kursi plastik hijau muda itu dibeli secara patungan setahunan lalu oleh para orang tua murid.
"Idealnya memang pakai kursi kayu tapi ini juga alhamdulillah. Anak-anak setidaknya bisa belajar sambil duduk," ujar Rohendi saat ditemui di SDN Jatimunggul 1, Kamis (5/12/2019).
Ada 35 kursi plastik yang dibeli para orang tua dan disumbangkan ke SDN Jatimunggul 1. Jumlah itu, ujarnya, masih jauh dari mencukupi. Masih ada 28 murid kelas 2 yang tak kebagian sehingga terpaksa belajar di lantai.
"Saya juga bingung mau ngomong bagaimana. Kasihan anak-anak," ujarnya.
Selain kekurangan kursi belajar, SDN Jatimunggul 1 juga kekurangan guru. Rohendi, yang mengajar kelas 1, akhirnya juga mengajar kelas dua.
• VIDEO-Ujiannya Lesehan di Lantai, Murid SDN Jatimunggul 1 Indramayu Ini Mengaku Sakit Perut
• Ruang Kelas Butut, Tak Ada Kursi, WC Pun Tak Berfungsi, Kondisi SDN Jatimunggul 1 Indramayu
"Kelas 2 itu tidak ada gurunya, jadi kalau ngajar itu ya bolak-balik, dari kelas 1 ke kelas 2," ujar Rohendi, yang sudah empat bulan ini belum menerima honor. "Dari Agustus, September, Oktober, November."
Kelas 2, kata Rohendi, tak memiliki guru karena guru honorer yang sebelumnya bertugas di kelas 2 mengundurkan diri.
Selain dia, di SDN Jatimunggul 1, ada empat guru, yang semuanya PNS, dan seorang kepala sekolah.
Rohendi mengaku tidak mengetahui pasti kenapa honornya belum dibayar. Padahal, selain menjadi guru, Rohendi juga merangkap sebagai penjaga sekolah untuk menambah penghasilan.
"Saya yang buka kunci kelas. Saya juga yang menyapu," ujarnya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Rohendi bekerja paruh waktu sebagai pemetik cabai di kebun milik orang lain.
"Dari metik cabai, kalau dapatnya banyak, yang punya cabai ngasihnya kadang Rp 20-30 ribu. Tidak setiap hari juga. Kalau ada yang ngajak saja," ujarnya.
• Geger Kepala SD di Tasikmalaya Meninggal Dalam Mobil, Tak Bercelana, Disebut Sempat Bareng Wanita
• Chickenisasi, Wali Kota Bandung Bagikan 2.000 Anak Ayam ke Pelajar SD dan SMP, Begini Kata Penerima
Meski demikian, Rohendi mengaku tak ingin berhenti menjadi guru honorer. "Saya mencintai sekolah ini. Saya juga alumni di sini juga," ujarnya.
Bantuan
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/ruang-kelas-butut-tak-ada-kursi-wc-pun-tak-berfungsi-kondisi-sdn-jatimunggul-1-indramayu.jpg)