Gejolak Pahit Ciputra pada 1998, Utang Numpuk, Karyawan Menangis, Begini Caranya Bangkit Sukses Lagi
Jauh sebelum Ciputra meninggal, pengusaha ternama ini pernah mengalami hal pahit akibat krisis ekonomi pada 1998.
Penulis: Widia Lestari | Editor: Yongky Yulius
Namun, keberuntungan masih berpihak pada Ciputra. Ternyata demonstran tak sampai menyebrang ke kawasan mal dan hotel miliknnya.
"Tapi mukjizat terjadi, mereka tak sampai melangkah ke hotel dan Mal Ciputra," kata Ciputra.
Menurutnya, ia sampai bisa bertahan dalam gejolak pahit pada 1998 itu karena alasan yang jelas, yakni tanggung jawab untuk membayar utang.
"Mengapa kita survive karena kita ingin memikul tanggung jawab atas utang-utang kita bahwa kita utang itu harus dibayar," ujarnya.
Hal ini tak lepas dari teguhnya memegang prinsip perusahaan, yakni integritas yang merupakan kejujuran.
Selain integritas, Ciputra pun membocorkan prinsip lain yang dipegang teguh perusahaan miliknya hingga bisa tetap bertahan hihup.
"Kami bangkrut, tapi berkat Tuhan kami survive, yang pertama perusahaan itu harus punya prinsip, integritas, profesionalisme, dan enterpreneurship. Jadi integritas adalah kejujuran, profesinalisme adalah keahlian, entrepreneur adalah inovasi. Jadi yang penting adalah integritas," kata Ciputra.
Akhirnya, Ciputra pun bisa bangkit dari keterpurukan dan kembali menjalankan grup bisnis perusahaannya menjadi lebih besar.
Kini, sosok Ciputra tinggal kenangan. Ia meninggal dunia pada usia 88 tahun.
Disebutkan, konglomerat ternama Indonesia itu meninggal di Singapura.
Ir Ciputra tutup usia pada 27 November 2019 pukul 01.05.
Di Indonesia, Ciputra termasuk konglomerat ternama di Indonesia. Jejaknya sebagai insinyur dan pebisnis sudah melegenda.