Gejolak Pahit Ciputra pada 1998, Utang Numpuk, Karyawan Menangis, Begini Caranya Bangkit Sukses Lagi

Jauh sebelum Ciputra meninggal, pengusaha ternama ini pernah mengalami hal pahit akibat krisis ekonomi pada 1998.

Penulis: Widia Lestari | Editor: Yongky Yulius
Kolase Tribun Jabar (Kompas)
Gejolak pahit Ciputra pada 1998, utang perusahaannya numpuk, karyawan sampai menangis. 

TRIBUNJABAR.ID - Jauh sebelum Ciputra meninggal, pengusaha ternama ini pernah mengalami hal pahit akibat krisis ekonomi pada 1998. Ada tiga perusahaan besar yang dikelolanya mengalami keterpukuran.

Mulai dari perusahaan keluarganya Ciputra Group, hingga dua perusahaan lainnya, yakni Jaya Group dan Metropolitan Group.

Kala itu, bisnis Ciputra bangkrut karena terlilit utang. Akibatnya, Ciputra pun merasa masa pahit itu memang menyedihkan.

Dalam video wawancara Kompas TV yang diunggah pada 21 Agustus 2018, pengusaha terkenal ini blak-blakan soal gejolak bisnisnya pada 1998.

Hal itu bahkan membuat sulit terlelap pada malam hari. Saat bangun tidur di pagi hari pun, bantalnya langsung basah karena 'banjir' keringat.

Profil Ciputra, Konglomerat Kaya Ternama Indonesia Pemilik Ciputra Group, Kini Meninggal

"Waktu itu saya tidur bangun dari tempat tidur, malam gak bisa tisur, saya pakai bantal basah karena berkeringat," katanya.

Tak hanya itu, perasaannya pun bergejolak ketika melihat burung berkicau dan melihat hidup satpamnya.

Profil Ciputra, konglomerat kaya Indonesia yang kini meninggal dunia.
Profil Ciputra, konglomerat kaya Indonesia yang kini meninggal dunia. (Kolase Tribun Jabar (Kompas.com))

"Saya lihat burung eh kok masih bisa bernyanyi saya enggak. Saya lihat satpam, satpam lebih kaya tidak punya utang, saya punya utang," kata Ciputra mengingat masa pahitnya.

Menurutnya, ada tiga hal yang paling menyedihkan kala itu, yakni nasib karyawan, nasib pelanggan, hingga tak sanggup bayar utang ke bank.

"Yang paling sedih adalah tiga hal. Pertama adalah karyawan kita, sudah enggak ada pekerjaan. Kedua, customer kita, kita tak bisa deliver. Ketiga utang ke bank, kita sudah tak mampu bayar," ujar Ciputra.

Untuk mengatasi masalah itu, Ciputra pun merasa harus bertanggung jawab.

Akhirnya, karyawannya ditanya satu per satu apakah akan mengundurkan diri atau tidak.

"Satu per satu kita tanya mereka siapa yang ingin mengundurkan diri silakan, kita apa adanya kita berikan," katanya.

Selain itu, momen sedih lain yang diceritakannya, yakni ketika karyawannya menangis.

Ia mengaku, karyawannya kala itu sampai menangis karena tak bisa mengembalikan uang muka ke pembeli dan menjalankan bisnisnya ke pembeli.

"Pembeli, kita sudah terima uang down payment, tapi kita tak bisa kembalikan, itu sangat menyedihkan sekali. Karyawan saya nangis, utang saya gak bisa bayar, tidak bisa deliver," katanya.

Namun, kala itu pihaknya harus memenuhi syarat yang dipenuhi bahwa utang harus dibayar.

Daftar Orang Terkaya di Indonesia Terbaru 2019, Keluarga Ciputra Ada di 20 Besar, Urutan Berapa?

Akhirnya, Ciputra pun turun tangan untuk menyelamatkan perusahaannya.

Kepada pembeli, ia kemudian berunding untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Ia pun harus merelakan tanah hingga rumah untuk mengurus masalah dengan pembeli.

"Saya lantas berunding dengan pembeli. begini deh 'saya punya tanah, saya sudah terima uang sekian, you ambil tanah, you ambil rumah dua rumah'," katanya.

Ciputra, pemilik grup bisnis Ciputra Group yang meninggal dunia.
Ciputra, pemilik grup bisnis Ciputra Group yang meninggal dunia. (FORBES.COM/CIPUTRA.COM)

Tak hanya pada pembeli, Ciputra pun turun tangan berunding dengan pihak bank terkait utangnya.

Sejak krisis ekonomi itu, perundingan dengan pihak bank baru selesai pada 2004.

Hal yang disyukurinya kala itu adalah pihak bank tak sampai membawa permasalahannya ke pengadilan.

"Sampai 2004 baru selesai perundingan dengan bank. Kami sangat bersyukur tak ada satu bank bawa kami ke pengadilan, itu sangat bersyukur," kata Ciputra.

Momen lain yang sempat membuatnya ketar-ketir pada 1998, yakni saat ada demonstrasi besar-besaran di depan Universitas Trisakti.

Diketahui, lokasi Mal Ciputra dan Hotel Ciputra kebetulan berada di dekat Universitas Trisakti.

Konglomerat Properti Ir Ciputra Meninggal Dunia di Singapura pada Rabu Dini Hari

Saat itu, anak hingga menantunya langsung datang ke Hotel Ciputra. Kemudian, langsung menguhubunginya melalui sambungan telepon untuk melaporkan situasi demonstrasi.

"Itu demonstrasi depan Trisakti, anak menantu datang ke Hotel Ciputra, dia telpon kemari progress report aduh ini demonstrasi sudah mau menyebrang ke Hotel Ciputra," katanya.

Hal itu pun membuat para tamu di hotel dan mal langsung diungsikan karena dikhawatirkan terjadi hal yang tidak-tidak.

Namun, keberuntungan masih berpihak pada Ciputra. Ternyata demonstran tak sampai menyebrang ke kawasan mal dan hotel miliknnya.

"Tapi mukjizat terjadi, mereka tak sampai melangkah ke hotel dan Mal Ciputra," kata Ciputra.

Menurutnya, ia sampai bisa bertahan dalam gejolak pahit pada 1998 itu karena alasan yang jelas, yakni tanggung jawab untuk membayar utang.

"Mengapa kita survive karena kita ingin memikul tanggung jawab atas utang-utang kita bahwa kita utang itu harus dibayar," ujarnya.

Hal ini tak lepas dari teguhnya memegang prinsip perusahaan, yakni integritas yang merupakan kejujuran.

Selain integritas, Ciputra pun membocorkan prinsip lain yang dipegang teguh perusahaan miliknya hingga bisa tetap bertahan hihup.

"Kami bangkrut, tapi berkat Tuhan kami survive, yang pertama perusahaan itu harus punya prinsip, integritas, profesionalisme, dan enterpreneurship. Jadi integritas adalah kejujuran, profesinalisme adalah keahlian, entrepreneur adalah inovasi. Jadi yang penting adalah integritas," kata Ciputra.

Akhirnya, Ciputra pun bisa bangkit dari keterpurukan dan kembali menjalankan grup bisnis perusahaannya menjadi lebih besar.

Kini, sosok Ciputra tinggal kenangan. Ia meninggal dunia pada usia 88 tahun.

Disebutkan, konglomerat ternama Indonesia itu meninggal di Singapura.

Ir Ciputra tutup usia pada 27 November 2019 pukul 01.05.

Di Indonesia, Ciputra termasuk konglomerat ternama di Indonesia. Jejaknya sebagai insinyur dan pebisnis sudah melegenda.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved