Antisipasi Keretakan Tanah Meluas, BPBD dan Disdik Ciamis Minta Sekolah Data Kondisi Lingkungan
BPBD dan Disdik Ciamis mengumpulkan para kepala sekolah dan guru PLS dari 20 SD dan 2 SMP se-Kecamatan Tambaksari di GOR PGRI Tambaksari Selasa (5/11/
Penulis: Andri M Dani | Editor: Theofilus Richard
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Andri M Dani
TRIBUNJABAR.ID, CIAMIS – BPBD dan Disdik Ciamis mengumpulkan para kepala sekolah dan guru PLS dari 20 SD dan 2 SMP se-Kecamatan Tambaksari di GOR PGRI Tambaksari Selasa (5/11/2019) siang.
Para kepala sekolah dan guru diimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan guna mengurangi resiko bencana di sekolah masing-masing.
“Diketahui Tambaksari saat ini terjadi bencana gerakan tanah yang semula di Kadupandak, kini sudah meluas ke Desa Kaso dan Desa Karangpaningal. Mengingat hujan sudah mulai turun, kewaspadaan perlu di tingkatkan guna mengurangi resiko bencana,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Ciamis, Soekiman, yang didampingi Kabid Dikdas Disdik Ciamis, Endang Kuswana, kepada Tribun Jabar dan wartawan lainnya, Selasa (5/11/2019).
Kegiatan tersebut kata Soekiman tidak hanya sebagai bentuk sosialisasi Permendikbud No 33 tahun 2019 dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan bencana di tiap sekolah.
• Iwan Bule Jadi Ketum PSSI, Askab Ciamis Berharap Sepak Bola Jawa Barat Lebih Diperhatikan
Tetapi langsung diaplikasikan di sekolah masing-masing dalam rangkaian Sekolah Pendidikan Aman Bencana untuk mengurangi resiko bencana.
“Tak hanya guru, para peserta didik juga harus siap siaga. Murid-murid harus mengetahui lebih dini tentang ancaman bencana. Anak didik tentu lebih beresiko bencana makanya perlu dilakukan upaya kesiapsiagaan,” katanya.
Pihak sekolah di Tambaksari tersebut diminta segera mendata kondisi sekolah, kondisi lingkungan tempat berdiri sekolah dan ancaman yang mungkin terjadi semisal longsor, gerakan tanah, banjir, angin puting beliung, gempa, kekeringan dan lain-lain.
“Pihak sekolah diharapkan melakukan simulasi menghadapi bencana untuk para guru dan peserta didik. Serta mempersiapkan jalur evakuasi lengkap dengan rambu-rambunya,” ujar Soekiman.
Contohnya, SD Kadupandak 2 yang berlokasi di Dusun Sukamandi Desa Kadupandak yang mengalami retak-retakan akibat gerakan tanah.
Kondisi sekolah berada di bawah tebing yang di atasnya ada sawah (lahan basah) bila turun hujan khawatir terjadi bencana susulan.
“Kegiatan belajar mengajar dialihkan ke tenda darurat dan musala. Bagaimanapun juga kegiatan belajar mengajar harus tetap berjalan. Guru dan muridnya harus meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan mengantispasi kemungkinan terjadinya bencana susulan,” katanya.
Di luar gerakan yang dilakukan masyarakat, pihak sekolah (SD Kadupandak 2) diimbau untuk mengajak muridnya ikut kegiatan menimbun retakan tanah guna menghindari ancaman longsor bila huja turun.
“Ini memperkenalkan kesiapsigaan bencana kepada para murid secara dini. Ada pelajaran yang mungkin tidak bisa dilupakan sampai tua, bahwa mereka tinggal di daerah rawan bencana,” ujar Soekiman.
Di Ciamis, kata Soekiman, ada 11 kecamatan yang rawan retakan tanah dan longsor.