Pelajar STM Penggemar Tan Malaka Ini Sebut Ada Tukang Putch soal Perusuh Unjuk Rasa di Bandung

Lima pelajar STM duduk di trotoar di Jalan Diponegoro, Kota Bandung pada Kamis (26/9/2019) sore. Ia menghadiri aksi Kamisan

Penulis: Mega Nugraha | Editor: Ichsan
Tribunjabar/Mega Nugraha
Aksi Kamisan ‎di Gedung Sate, Bandung pada Kamis (26/9/2019). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha Sukarna

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Lima pelajar STM duduk di trotoar di Jalan Diponegoro, Kota Bandung pada Kamis (26/9/2019) sore. Ia menghadiri aksi Kamisan di halaman Gedung Sate. Saat itu, banyak pelajar STM lainnya yang menghadiri aksi. Aksi Kamisan awalnya kerap digelar aktivis HAM mengenang kematian Munir.

Kelimanya memang tidak memakai seragam STM. Hanya saja, mereka berkisah soal identitas mereka yang masih duduk di bangku STM dan sengaja ikut aksi Kamisan serta sudah ikut unjuk rasa di Gedung DPRD Jabar sejak Selasa (24/9/2019).

Satu di antara mereka berinisial J (18) asal Kabupaten Bandung Barat, siswa kelas III. Penampilannya berbeda dibanding empat rekannya. Ia memakai celana pendek, t shirt bergambar Tan Malaka, tokoh kemerdekaan yang terkenal dengan buku-bukunya. Seperti Madilog hingga Aksi Massa.

"Saya sudah baca keduanya bang, Madilog dan Aksi Massa. Madilog masih rumit," ujar J saat berbincang dengan Tribun, di sela aksi Kamisan di Gedung Sate, Kamis (26/9) usai Maghrib.

Kedua buku itu termasuk maha karya Tan Malaka dan jadi referensi bagi aktivis pergerakan. Empat rekan J lainnya saat ditanya, belum membaca buku itu. Hanya saja, kelimanya turut hadir di aksi unjuk rasa pada Senin (23/9/2019) dan Selasa (24/9/2019) di Gedung Sate.

Kaki Hayam Ditembak Polisi, Pemetik Motor Itu Pun Jalannya Pincang

"Saya ikut dari Senin bang sama abang-abang mahasiswa lainnya di DPRD Jabar," ujar I (19) menimpali.

J kemudian menimpali dan mengkritik aksi massa pada Senin (23/9) yang berakhir ricuh. Unjuk rasa saat itu sejak siang hari didominasi oleh elemen mahasiswa. Ada dari BEM Unpas, UIN, Itenas, Universitas Telkom, Unla hingga kampus swasta lainnya di Bandung.

Namun, setelah pukul 18.00 saat itu, massa di belakang mahasiswa melempari polisi dengan beragam batu.

"Kalau kata Tan Malaka di buku Aksi Massa, mereka itu tukang putch," ujar J seraya tertawa. Teman-temannya yang mendengarkan tampak keheranan dengan istilah itu.

Ia mengamati, tiba-tiba saja dari arah belakang ada kelompok massa yang melempari polisi. "Soalnya tiba-tiba, dari belakang mahasiswa ada yang melempari," ujar J, ia menyebut salah satu kelompok massa non mahasiswa, namun sempat disebut oleh polisi.

Imbas Demo, Polda Jabar Tak Beri Izin Laga Persib Bandung vs Arema FC, Umuh Muchtar Nyaris Pingsan

Tukang putch menurut Tan Malaka di buku Massa Aksi merujuk pada gerombolan kecil yang bergerak diam-diam dan tak berhubungan dengan rakyat banyak. Mereka kata Tan Malaka, hanya membuat rancangan menurut kemauan dan kecapakan sendiri tanpa mempedulikan kesanggupan massa.

Secara spesifik, Tan Malaka menyebut Tukang Putch pada kelompok massa radikal yang anarkis. Fakta aksi pelemparan pada hari Senin sempat disinggung oleh Yusuf Sugiarto, Ketua BEM Telkom University yang berada di barisan depan unjuk rasa pada malam harinya.

"Di rapat sore hari Senin (23/9), kami tidak bersepakat menyiapkan batu. Tidak ada skenario anarkis, tidak ada di ruang konsolidasi. Tapi kami sadari ada provokator di tengah massa," ujar Yusuf.

Untuk ukuran seusia J, bacaan Tan Malaka terbilang terbilang langka. Tapi dia memang terinspirasi dengan membaca Tan Malaka, ditambah lagi, agitasi dan propagana di media sosial terkait situasi politik saat ini, mendorong mereka untuk turun ke jalan.

"Saya beli bukunya online. Kami datang kesini karena ajakan di media sosial dan sikap solidaritas, di media sosial kami banyak melihat hal-hal yang memprihatinkan," ujar J.

Saat diskusi itu, selain J dan I, tiga teman lainnya turut memperhatikan. Semuanya ikut dalam unjuk rasa menolak pengesahan RKUHP dan tuntutan membatalkan Undang-undang KPK hasil revisi.

Ini Syarat Aliansi BEM Seluruh Indonesia untuk Berdialog dengan Presiden Jokowi

"Unjuk rasa Senin dan Selasa kami semua ikut. Ikut teriak-teriak, ikut maki-maki DPR," ujar E, diamini pula oleh J dan I. Selama dua hari unjuk rasa berakhir ricuh itu, polisi menembakan gas air mata. Kelimanya turut berlarian menghindari gas air mata.

"Kami teriak, kami berlari kami kena gas air mata, seru bang," ujar I kemudian disambut tertawaan teman-temannya. Hanya saja, mereka mengaku belum pernah membaca draft RKUHP dan hanya tahu dari meme di media sosial.

"Kalau baca RKUHP belum. Prinsipnya kami ikutan demo karena aksi solidaritas dan melihat banyak ketidak adilan saja di negeri ini," kata A (18). Saat ditanya soal aksi pelajar STM di Jakarta, ke limanya sepakat tidak tertarik.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved