Maestro Kacapi Aki Dadan Dirundung Pilu, Rumahnya Ambruk, Ngungsi di Lembaga Kebudayaan Cianjur

Sang maestro kacapi ( alat musik tradisional Sunda) Dadan Sukandar atau yang akrab disapa Aki Dadan, kini sedang dirundung pilu.

Tribun Jabar/Ferri Amiril Mukminin
Rumah Aki Dadan sang maestro yang memprihatinkan, Rabu (11/9/2019). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ferri Amiril Mukminin

TRIBUNJABAR.ID, CIANJUR - Sang maestro kacapi ( alat musik tradisional Sunda) Dadan Sukandar atau yang akrab disapa Aki Dadan, kini sedang dirundung pilu.

Di usia yang tak muda lagi, Aki Dadan harus mengungsi karena rumahnya retak dan atap depan halaman rumah yang terbuat dari bambu sudah patah, terlepas dari dudukannya, dan ambruk.

Aki Dadan yang sudah tidak asing lagi di kalangan seniman, namanya tak seberuntung nasibnya kini.

Saat ini sehari-hari ia tinggal mengungsi di Lembaga Kebudayaan Cianjur.

Plt Bupati Cianjur Segera Berseragam Merah, PDI Perjuangan Akan Keluarkan Rekomendasi Calon Bupati

Kodim 0608/Cianjur Dirikan Tenda Darurat di SDN Pancawangi, Jadi Kelas Sementara

Bisa Maju Sendiri, Gerindra Masih Rahasiakan Nama Bakal Calon Bupati Cianjur

Ia yang dikenal sebagai maestro Mamaos Cianjuran menghabiskan waktu sehari-hari dengan bermain kacapi dan berinteraksi dengan pengurus gedung saja.

Aki Dadan kelahiran Cianjur pada 23 Mei 1944 itu tinggal di salah satu ruangan sebelah timur di Gedung Lembaga Kebudayaan Cianjur.

Sebelumnya Aki Dadan tinggal di rumah berukuran 3,5x10 meter bersama dengan keluarga dan anak cucunya yang juga telah berkeluarga.

Bagian depan rumah terlihat temboknya yang sudah mulai retak lantaran dampak gempa yang terjadi beberapa waktu lalu.

Pada bagian belakang ambruk, atap yang hanya disangga oleh batang bambu juga sudah ambruk. Ia pun mengatakan sudah pernah tertimpa bambu satu kali.

"Aki 11 bersaudara, semua sudah meninggal tinggal aki, namun anak dari kakak dan adik ada yang tinggal bersama aki," katanya.

Pelestari Seni Budaya Mamaos Cianjuran itu mengaku tidak bisa banyak berbuat untuk membetulkan atau merenovasi rumahnya lantaran tidak memiliki uang.

Bahkan untuk makan sehari-hari pun Aki Dadan hanya mengandalkan hasil dari penampilannya di setiap undangan
kegiatan dinas ataupun pihak swasta. Itupun tak setiap hari ada.

"Sekali tampil paling dapat honor Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu. Kalaupun beruntung ada yang ngasih lebih sampai Rp 200 ribu, itu juga jarang. Ya lumayan cukup untuk makan tiga hari. Jadi mau membetulkan rumah bagaimana, ada untuk sehari-hari saya sudah bersyukur," katanya, Rabu (11/9/2019).

Ketua DPRD Cianjur Berharap Segera Ada Bupati Definitif Usai Irvan Rivano Muchtar Divonis 5 Tahun

VIDEO Mantan Bupati Cianjur Divonis 5 Tahun Penjara, Begini Reaksi Terdakwa Setelah Divonis Hakim

Menurutnya, beberapa bagian rumahnya sempat diperbaiki dengan dana bantuan dari Yayasan Pasundan dan pejabat pemerintah Cianjur pada 2008 lalu. Namun untuk saat ini belum ada lagi bantuan yang dia terima.

"Aki mah malu untuk minta bantuan, apalagi ke pemerintah. Seadanya saja, kalaupun ada pihak yang membantu Aki terimakasih karena telah peduli ke Aki dan keluarga," ujar dia.

Aki Dadan memilih tinggal di ruangan yang sudah diubah sebagai tempat tinggi di gedung kesenian Cianjur. Di samping lebih nyaman, dia juga lebih memilih di gedung LKC lantaran memudahkan dirinya untuk mengajar generasi muda Cianjur yang ingin mengenal dan mendalami seni Mamaos Cianjuran.

"Sering ada yang ke sini, untuk belajar. Makanya Aki mah di sini saja. Ditambah kan kalau di sana juga bisa dilihat sendiri kondisinya. Di sini juga jadi tidak kagok Aki mengajar, supaya Mamaos Cianjuran ini tetap bertahan dan tidak dilupakan," katanya.

Aki Dadan mengatakan ia mulai mengenal kesenian Mamaos Cianjuran sejak usia dini.

Pasalnya, orangtua dari Aki dadan, yakni Endu Sulaeman dan Warsah juga merupakan pelestari Cianjuran. Terlebih leluhur dari Aki Dadan sendiri yakni Abdi Dalem Pemerintahan Cianjur di Bidang Seni.

Aki Dadan sang maestro kacapi di satu ruangan di DKC memperlihatkan foto tahun 1962 saat menghadiri dan tampil di acara walikota Bogor saat itu, Rabu (11/9/2019).
Aki Dadan sang maestro kacapi di satu ruangan di DKC memperlihatkan foto tahun 1962 saat menghadiri dan tampil di acara walikota Bogor saat itu, Rabu (11/9/2019). (Tribun Jabar/Ferri Amiril Mukminin)

Sejak Usia 17 Tahun

Ia menceritakan mulai fokus untuk mendalami Seni Mamaos Cianjuran di usia 17 tahun dan tampil bersama dengan ayahnya di berbagai kegiatan kesenian.

Di usia 18 tahun dirinya seringkali tampil di depan Presiden RI, Ir Soekarno ketika Sang Proklamator tersebut berkunjung ke Istana Kepresidenan Cipanas.

"Dari tahun 1962 sampai 1964, Aki sering tampil di depan Presiden Soekarno. Kalau beliau berkunjung ke Istana Presiden Cipanas, pasti harus ada penampilan Mamaos Cianjuran. Tapi itu berhenti setelah perpindahan kekuasaan ke presiden berikutnya," katanya.

Tidak hanya tampil di Ibu Kota, Aki Dadan juga pernah berangkat ke Jepang untuk tampil di sana.

"Kalau aki paling sampai Jepang, tapi murid-murid Aki ada yang sudah tampil di Roma di Eropa, dan negara lainnya," kata dia.

Jenuh dengan Jakarta, dia pun mengaku memilih kembali ke Cianjur sekitar tahun 1990. Dia juga ingin melihat perkembangan Mamaos Cianjuran di tanah kelahirannya. Namun ternyata kesenian tersebut malah meredup.

"Melihat kondisi itu, Aki bertekat untuk terus melestarikan Mamaos Cianjuran di Cianjur sendiri.

Pada akhirnya seni trasional sebenarnya akan punah seiring perkembangan zaman, Aki hanya berupaya untuk menunda kepunahan tersebut," katanya.

Aki Dadan menambahkan, hampir setiap hari ada anak-anak yang belajar. Dia pun tidak mematok biaya untuk mereka bisa belajar langsung pada sang maestro.

"Sudah ada semangat untuk belajar juga aki mah sudah senang, berarti masih banyak yang peduli. Mau dibayar atau tidak yang penting Mamaos ini bisa terus dilestarikan," katanya.

Aki mengatakan, perbaikan rumah sebelumnya tak tuntas karena permasalahan dana. "Sekarang rumah yang masih perlu perbaikan masih ditinggali oleh empat keluarga, masih keponakan saya semua," kata Aki Dadan.

Aki Dadan mengatakan sertifikat tanah tersebut atas nama kakak tertuanya yang sudah meninggal dan tak punya anak.

"Saya malu jika harus minta-minta, hanya saja ada teman kemarin yang melempar foto ke media sosial, akhirnya jadi pada tahu kalau rumah aki rusak," kata Aki Dadan.(fam)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved