Breaking News

Meski Sudah Merintis Bisnis Lele, Turini Mengaku Tak Bisa Lupa Perlakuan Kejam di Arab Saudi

Turini (51), mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Kampung Truag, Desa Dawuan, Kecamatan Tengah Tani,

Penulis: Hakim Baihaqi | Editor: Ichsan
hakim baihaqi/tribun jabar
Turini, TKI yang 21 tahun bekerja di Arab Saudi kini berusaha membuka usaha, menjadi peternak lele. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hakim Baihaqi

TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Turini (51), mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Kampung Truag, Desa Dawuan, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon, kembali menginjakkan kakinya di tanah air. Ia pun saat ini sedang memulai usaha bisnis ikan lele.

Meskipun telah kembali ke tanah air, rasa trauma masih dirasakan oleh Turini, karena selama 21 tahun bekerja di Arab Saudi, ia mendapat perlakuan tidak menyenangkan, mulai dari disekap, tidak diberi gaji, hingga kekerasan verbal.

Turini mengatakan, saat tengah melamun atau posisi sendiri, hal tidak mengenakan selama 21 tahun di Arab Saudi tersebut kerap kali membuat ia menetaskan air mata‎.

"Waktu di Arab tidak bisa keluar, tidak digaji, dicaci maki. Pikiran itu yang buat saya sampai sekarang masih nangis, intinya pikiran dan hati saya sakit," kata Turini saat ditemui di Setu Patok, Desa Setu Patok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Minggu (8/9/2019).

Turini menuturkan, pada waktu itu ada seorang tetangga yang memberikan bingkisan makanan, namun saat hendak menerima makanan tersebut, ia langsung dicaci maki karena alasan pembantu tidak boleh keluar sedikit pun.

Lambang KPK Ditutup Kain Hitam, Saut Situmorang Sebut KPK Tak Pernah Takut

Lebih parahnya, kata Turini, ia mendapatkan kabar pada 2012 bahwa ayah kandungnya meninggal dunia, namun majikannya tersebut tidak memperbolehkan pulang ke Indonesia.

"Awalnya mau diurusin surat buat pulang, tapi pas ngomong kedua kalinya malah disentak tidak boleh pulang, sudah berpikiran ingin mati saja," katanya.

Untuk mencari penghidupan setelah menjadi tenaga kerja wanita (TKW), bermodalkan uang gaji yang didapatkan selama 21 tahun bekerja di Arab Saudi, Turini berniat untuk membuka usaha kecil, nantinya akan dijalankan bersama suami dan anaknya‎.

Ditemui di Taman Siwalk, Setu Patok, Desa Setupatok, Keca‎matan Mundu, Kabupaten Cirebon, Turini bercerita, kalau ia dan suaminya, diberikan pinjam lahan bekas kolam ikan di Taman Siwalk untuk memulai usahanya.

‎Saat ini bersama suaminya tengah melakukan proses ‎pemugaran kolam, lantaran kolam tersebut dibiarkan oleh pemilik selama lebih dari dua tahun dan sambil menunggu pompa untuk mengairi kolam.

Ngomong Ngelantur dan Kesurupan, Mahasiswa Baru Ikopin Asal Papua Dibawa ke RS Jiwa

Nantinya, setelah kolam tersebut sudah siap pakai, rencananya Turini akan memulai bisnis ternak lele, karena menurutnya ikan lele masih banyak diminati oleh warga Cirebon dan mewujudkan mimpi suaminya yang ingin menjadi pengusaha lele.

Turini mengatakan, semoga dalam waktu dekat bisnisnya tersebut telah berjalan dan mampu memenuhi permintaan masyarakat yang membutuhkan ikan lele untuk konsumsi atau dijual kembali.

‎"Mudah-mudahan tahun ini selesai, bisa cepat tanam," katanya.

Diberitakan sebelumnya oleh Tribun Jabar, di Arab Saudi, Turini bekerja di kelurga Aun Nayyaf Al Utaebi di daerah Wedhakh, Nafi, Dawadmi, Riyadh dan Turini mulai bekerja di negara tersebut sejak 24 Oktober 1998.

Bagian Penempatan dan Perlindungan TKLN Kementerian Tenaga Kerja, Yurnalis Chan, mengatakan, pada 10 April 2013, pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) menerima surat dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) terkait permasalahan tujuh tenaga kerja di Arab Saudi.

Kemudian pada 27 April 2013, surat tersebut dibalas oleh Kemenlu untuk KBRI, yakni meminta data lengkap tenaga kerja yang bermasalah, salah satunya Turini.

"Tidak dapat ditindaklanjuti, karena tidak disertai data lengkap dari majikan. Salah satunya harus ada tersebut," kata Yurnalis saat ditemui di Kantor Bupati Cirebon, Jalan Sunan Kalijaga, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Senin (22/7/2019).

Pada Maret 2019, KBRI mendapatkan informasi dari anak sulungnya Turini, menjelaskan bahwa anaknya tersebut telah tersambung dengan warga Philipina yang juga bekerja di rumah keluarga Aun Nayyaf Al Utaebi.

Beberapa hari kemudian, kata Yurnalis, rekan Turini mengirimkan nomor kontak salah seorang keluarga majikan Turini, yakni Faihan Al Utaebi dan langsung dihubungi diwaktu yang bersamaan.

"Pihak KBRI kemudian menanyakan kesiapan Faihan Al-Utaebi untuk memulangkan Turini, sertamembayar hak-haknya dan berjanji dalam waktu 2 minggu akan membayar semua hak-hak TKI," katanya.

Namun, pada 2 April 2019, pihak KBRI berkoordinasi dengan pihak kepolisian Kota Dawadmi, lantaran keluarga majikan Turini tidak kunjung menepati janjinya atas hak yang diminta Turini.

Yurnalis mengatakan, selama 21 tahun bekerja, Turini baru menerima gaji beberapa reyal saja dan langsung ditransfer ke Indonesia, sedangkan 150.000 reyal lainnya tidak dibayarkan oleh majikannya.

"Pada tanggal 2 Juli 2019 pihak majikan telah membayar semua sisa gaji PMI sebesar 152.000 reyal di kantor KBRI, ternyata setelah dilakukan sidik jari di kantor tasawul, identitas Turini tidak terekam di sistem online imigrasi Arab Saudi," katanya.

Rahasia Maia Estianty Bisa Ketemu Jodoh Diungkap, Ibu Al Ghazali Itu Juga Bagikan Tips untuk Jomblo

Nahasnya, selama 21 tahun bekerja di keluarga tersebut, Turini mengaku tidak mendapatkan perlakuan menyenangkan dari majikannya itu, mulai dari tidak beri gaji layak, proses pembuatan paspor, hingga menerima kekerasan verbal dari anggota keluarga Aun Niyaf Alotibi.

Pada saat kontrak awal dengan perusahaan penyalur tenaga kerja itu, ia hanya dijanjikan bekerja selama dua tahun, kemudian setelah dua tahun meminta untuk pulang namun tidak diizinkan.

Pada saat bekerja di keluarga tersebut, Turini mengaku pernah menuntut bayaran jasanya sebagai asisten rumah tangga, namun malah mendapatkan caci maki, meskipun belum pernah disiksa fisik.

Iamengatakan, selama bekerja di Arab Saudi, ia sama sekali tidak pernah melakukan komunikasi baik melalui telepon atau pun surat dengan keluarganya di Kabupaten Cirebon.

"Turini mendapatkan visa exit dan pada 22 Juli 2019, Turini tiba di Jakarta, kemudian langsung menuju rumahnya di Kabupaten Cirebon," katanya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved