Kisah Pedagang di Gunung Tangkuban Parahu yang Harus Jual Emas Demi Hidup Sehari-hari

Kisah pedagang di Tangkuban Parahu yang harus menjual emas karena belum bisa berjualan.

Penulis: Syarif Pulloh Anwari | Editor: taufik ismail
Tribun Jabar/Syarif Pulloh Anwari
Warga dan pedagang menggelar doa bersama. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Syarif Pulloh Anwari

TRIBUNJABAR.ID, TANGKUBAN PARAHU - Para pedagang di kawasan Gunung Tangkuban Parahu sementara waktu harus berpuasa berdagang, lantaran kondisi gunung masih belum bisa diakses pedagang ataupun pengunjung hingga Sabtu (7/9/2019) ini.

Hampir 40 hari lamanya para pedagang yang menggantungkan hidupnya tak bisa berjualan. Mereka mengaku harus menjual barang berharganya demi kehidupan sehari-hari.

Hal ini dirasakan seorang pedagang di kawasan Tangkuban Parahu, Rodiani (50). Ia harus rela menjual emasnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

"Nganggur di rumah, untuk kehidupan sehari-hari paling ada tabungan sedikit-sedikit diambil buat keperluan makan, apalagi semua habis, semua sudah dijual (perhiasan) yang dipakai," ujar Rodiani saat ditemui Tribun Jabar seusai doa bersama di pintu masuk Gunung Tangkuban Perahu, Sabtu (7/9/2019).

Rodiani yang biasa berjualan makanan seperti bakso dan nasi di kawasan Gunung Tangkuban Perahu mengatakan sebelum terjadi erupsi ia bisa mendapatkan keuntungan dari hasil jualannya, per hari Rp 150 ribu.

"Ya, lumayan setiap hari dapat, Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu, kadang lebih, gimana ramainya," ujarnya.

Rodiani mengatakan ia tak mempunyai keahlian lain, selain berjualan. Ia hanya menggantungkan hidupnya dari hasil berjualan.

Ratusan warga dan pedagang menggelar salat Hajat di pintu masuk Gunung Tangkuban Parahu, Sabtu (7/9/2019).
Ratusan warga dan pedagang menggelar salat Hajat di pintu masuk Gunung Tangkuban Parahu, Sabtu (7/9/2019). (Tribun Jabar/Syarif Pulloh Anwari)

Ia berharap, Gunung Tangkuban Parahu ini bisa kembali normal dan dapat diakses lagi untuk wisatawan.

"Mudah mudahan normal kembali, bisa beraktivitas jaulan lagi," ucapnya.

Menurut Ketua RW 06, Desa Cikole, Kabupaten Bandung Barat, Ishakjeri, ada sekitar 1.200 pedagang dan petugas yang menggantungkan hidupnya di kawasan TWA Gunung Tangkuban Perahu.

"Ini, kan, kami sudah lama ditutup, kami ingin normal kembali erupsinya berhenti, dan bisa aktivitas seperti biasanya pedagang, yang biasaya kami dagang sehari-hari di Tangkuban Parahu. Ada 1.200 orang pedagang itu, sekarang kan susah juga untuk perekonomian," ujar Ishakjeri.

Selain sebagai ketua RW ia pun mengaku sehari-hari berjualan di kawasan Gunung Tangkuban Parahu.

Ia menambahkan, mereka hanya bisa berdoa agar kondisi gunung bisa kembali normal.

"Ya, di rumah aja paling berdoa, ya, mencari ke sana kemari pun agak susah juga yah, karena kami biasa jualan di Tangkuban Parahu, kalau di tempat lain kan sudah ada pedagang juga. Jadi berdampak lumayan terhadap ekonomi," ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved