Tegalluar, Calon Ibu Kota Baru Jabar, Proyek LRT Dibangun di Sana, Seperti Ini Kondisi Wilayahnya
Setelah ramai pemindahan ibu kota Indonesia, kini wacana pemindahan ibu kota Provinsi Jawa Barat menjadi sorotan.
Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Hilda Rubiah
TRIBUNJABAR.ID - Setelah ramai pemindahan ibu kota Indonesia, kini wacana pemindahan ibu kota Provinsi Jawa Barat menjadi sorotan.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama DPRD Jabar telah sepakat untuk mengkaji wacana pemindahan ibu kota tersebut.
Ada tiga lokasi yang diusulkan menjadi ibu kota Provinsi Jawa Barat.
Yakni, Tegalluar yang berada di Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, lalu Walini di Kabupaten Bandung Barat, dan wilayah Rebana (Cirebon, Patimban, Majalengka).
Seperti yang diketahui, Tegalluar termasuk dalam kawasan proyek LRT (Light Rail Transit).
Proyek LRT yang dibangun di Tegalluar itu akan menghubungkan Stasiun Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung di Tegalluar dengan pusat Kota Bandung.
Jalur LRT Tegalluar -Stasiun Bandung menggunakan rel kereta api eksisting double track.
Pola pembangunan sarananya menggunakan sistem Business to Business (B to B).
Rencananya, jalur LRT tersebut akan selesai di bulan Juni-Juli 2021.

Bila trase pertama Tegalluar-Stasiun Bandung rampung, pemerintah akan merangkaikan trase tersebut dengan delapan trase LRT Bandung Raya.
Melansir dari buku Kecamatan Bojongsoang Dalam Angka yang diterbitkan BPS Kabupaten Bandung pada 2017, Tegalluar merupakan desa terbesar di Kecamatan Bojongsoang.
Di Kecamatan Bojongsoang, ada enam desa termasuk Tegalluar, yakni Bojongsari, Bojongsoang, Lengkong, Cipagalo, dan Buahbatu.
Berdasarkan data yang dikumpulkan pada 2016 itu, Tegalluar memiliki luasan 26,39 persen dari Kecamatan Bojongsoang.
Desa Tegalluar memiliki luas 682,50 hektare.

Topografi wilayahnya berupa daratan dengan ketinggian wilayah 687 meter dari permukaan laut.
Terdapat 84 RT dan 14 RW serta 3 dusun di Tegalluar.
Penduduk Tegalluar berjumlah 18.181, dengan rincian, 8.848 perempuan dan 9.333 laki-laki.
Berikut rincian penduduk Tegalluar berdasarkan usia.
0-14 tahun: 4.695
15-64 tahun: 12.668
di atas 65 tahun: 818
• Wagub Jabar Juga Pernah Wacanakan Pusat Pemerintahan Pindah ke Tegalluar, Dikritisi Anggota Dewan
• Ikuti Jokowi, Ridwan Kamil Mau Pindahkan Ibukota Jawa Barat dari Bandung ke Tiga Lokasi Ini
Masih melansir sumber yang sama, fasilitas kesehatan di Kecamatan Bojongsoang hanya ada 1 puskesmas, 97 posyandu, dan 1 klinik atau balai kesehatan.
Fasilitas kesehatan berupa rumah sakit dan rumah bersalin tidak ada.
Rencana Pemindahan Ibu Kota Jabar
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan bakal mulai mengkaji rencana kepindahan ibukota Jawa Barat dari Kota Bandung, dalam enam bulan ke depan.
Terdapat tiga pilihan ibukota baru Jawa Barat, yakni Tegalluar di Bojongsoang, Walini di Cikalongwetan, dan di antara Segitiga Rebana (Cirebon-Kertajati-Patimban).
Hal tersebut, katanya, sudah diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jawa Barat yang disahkan bersama DPRD Jabar, Rabu (28/8/2019) malam.
Pada dasarnya, kata Ridwan Kamil, Kota Bandung sama dengan Jakarta yang sudah terlalu padat untuk ukuran ibukota.
"Sudah tidak cocok lagi menjadi pusat pemerintahan karena contohnya, kantor pemerintahan menyebar. Kajian akan dilaksanakan dalam enam bulan ke depan," kata Ridwan Kamil di Gedung Sate, Kamis (29/8/2019).
Menurut Ridwan Kamil masih terpisahnya kantor pemerintahan Pemprov Jawa Barat di berbagai sudut di Kota Bandung membuat roda pemerintahan tidak produktif. Hal ini akhirnya membutuhkan mobilitas tinggi yang juga memakan waktu.
Menurutnya semua kemungkinan terkait perpindahan ibukota provinsi butuh kajian yang mendalam.
Pihaknya akan menilai lokasi yang minim risiko, dari mulai masalah aksesibilitas, tingkat ekonomi, ketersediaan air, dan lain-lain.
• BREAKING News, Mang Omid Cs Bisa Membela Persib Lawan PSS, Bojan Malisic Tak Akan Diturunkan
Mengenai kepindahan Ibukota Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan, menurut Ridwan Kamil, tidak memberikan dampak luas bagi Jabar. Yang berpengaruh hanya penyesuaian koordinasi pemerintahan.
"Tinggal mobilitas koordinasi saja, kalau kita ke Jakarta tinggal naik kereta atau mobil, ke Kalimantan pakai pesawat. Pergerakan ekonomi menurut pembacaan analisis, pegawai pemerintah tidak sampai 10 persen," katanya.
Saran Ridwan Kamil
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, memberikan masukan kepada Presiden Joko Widodo terkait pembangunan ibu kota negara baru di Kalimantan Timur.
Emil, begitu, Ridwan Kamil biasa disapa, mengusulkan agar ibu kota negara baru nanti menjadi kota yang humanis.
Usulan itu disampaikan Emil di sela-sela pertemuannya dengan Presiden Jokowi terkait pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia di Jabar, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (28/8/2019).
Menurut Ridwan Kamil, tanah seluas 180 hektare untuk pembangunan ibu kota baru, berdasarkan pengalamannya sebagai dosen perkotaan, dapat menghasilkan sebuah kota yang terlalu luas.
• Saran Ridwan Kamil untuk Presiden Jokowi: Ibu Kota Baru di Kalimantan Timur Jangan Terbalik
Selain itu, ucapnya, kota tersebut akan jadi terlalu berorientasi kepada kendaraan bermotor.
"Harus dikaji ulang karena di masa depan, kota futuristik itu kota yang jalan kaki. Kantor, rumah, sekolah harus berdekatan. Kalau kepepet (terpaksa, red) baru (menggunakan, red) transportasi umum, terakhir baru mobil," kata Emil.
Ia mengatakan, desain ibu kota jangan dibalik. Kota tersebut jangan didesain untuk mobil dan bangunan.
Ia mengatakan ibu kota itu nanti harus mengutamakan kemanusiaan sebagai acuan desainnya. Jika tidak, maka unsur humanistiknya akan tidak maksimal.

Menurut Emil, luas ibu kota nantinya cukup 17 ribu hektare seperti yang dilakukan Amerika Serikat dalam membangun Washington DC sebagai ibu kota negara. Ia mengatakan, luas maksimal suatu ibu kota negara adalah 30 ribu hektare.
Menurut Emil, dalam sejarah perkotaan terkait perpindahan ibu kota negara, Washington DC adalah contoh yang terbaik.
Di sana pekerja dapat berjalan kaki dari tempat tinggal menuju tempat kerja. Saat jam kerja berakhir pada pukul 17.00, kondisi di area tersebut masih ramai.
"Jangan sampai kejadian seperti ibu kota baru lain, malam hari sepi. Kenapa? Tidak ada tempat retail, rumah orang juga jauh-jauh. Hidup di kota bukan hanya urusan kerja tetapi percampuran kegiatan kemanusiaan harus ada," ujarnya.
Brasil, kata Emil, adalah contoh negara yang tidak sukses dalam memindahkan ibu kota negara dari Rio de Janeiro ke Brasilia. Ketidaksuksesan tersebut berdasarkan kajian dari Harvard University dan The New York Times.
"Saya mengingatkan saja agar kita merencanakan secara jauh lebih matang dan lebih baik," ujarnya.
Tribun Jabar/ Syarif Abdussalam