SMP Swasta di Perbatasan Bandung-Sumedang Gratis, Begini Ceritanya Hingga Dapat Donasi
Sebuah SMP swasta di perbatasan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung, tepatnya di Desa Tanjungwangi, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, meng
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Theofilus Richard
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sebuah SMP swasta di perbatasan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung, tepatnya di Desa Tanjungwangi, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, menggratiskan semua biaya pendidikan.
Namanya SMP Djuantika, akronim dari Ir H Juanda dan Dewi Sartika, dua pahlawan asal Jawa Barat.
Saat didirikan delapan tahun lalu, bangunan SMP ini masih berbentuk saung beratap ijuk.
Namun, seiring dengan waktu, bangunannya terus dibenahi. Jumlah murid yang asalnya cuma sepuluh terus bertambah dari waktu ke waktu. Pada tahun ini jumlahnya 113 siswa.
"Ini satu-satunya SMP di desa ini. Sejak didirikan tahun 2011 sampai saat ini, semuanya gratis. Seragam, rompi, batik, dan buku untuk semua siswa disediakan oleh sekolah," ujar Agus Akmaludin (26), Kepala SMP Djuantika, saat ditemui di SMP Djuantika, Jumat (23/8/2019).
• SMP Kelas Jauh Talegong Kurangi Angka Putus Sekolah, Titin : Adanya SMP KJ Sangat Membantu
Meski statusnya kepala sekolah, Agus masih kebagian jadwal mengajar.
Kamis pagi, Agus memberikan materi tentang perubahan sosial untuk para siswa kelas tiga. Agus meminta mereka memberikan contoh perubahan sosial yang terjadi saat ponsel pintar mulai menjangkiti masyarakat.
Para siswa terlihat antusias menjawab.
"Dulu orang nonton TV sekarang bisa nonton Youtube," ujar seorang siswa laki-laki. Seisi ruangan pun riuh, bertepuk tangan.
Disokong Warga
Agus mengatakan, operasional sekolah ini disokong oleh para donatur, iuran warga setempat, dan bantuan operasional sekolah (BOS).
Dana BOS ini baru mulai mereka terima tahun lalu, saat sekolah ini resmi berada di bawah Disdik Kabupaten Bandung.
Ada tiga ruangan di SMP ini. Dua ruangan digunakan untuk kelas, satu ruangan lagi untuk ruang guru sekaligus tata usaha. Tak hanya SMP, di sekolah ini juga terdapat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini.
Para siswa kelas tiga dan anak-anak PAUD masuk pagi.
• VIDEO-Krisis Air Bersih, Anak-anak Warga Hujung Kidul Cimahi Berangkat ke Sekolah Hanya Cuci Muka
"Anak-anak kelas satu dan kelas dua masuk siang," ujar Agus, yang belum lama ini mendapat Anugerah Prakarsa Jabar dari Gubernur Jabar Ridwan Kamil.
Hingga 2015, kata Agus, bangunan sekolah berupa saung berdinding terpal. Keberadaan sekolah ini rupanya diketahui Wakil Gubernur Jabar saat itu Deddy Mizwar.
Deddy pun menginisasi untuk memberikan donasi.
"Setelah itu, warga di sini turut membantu secara gotong royong, baik udunan uang maupun udunan tenaga hingga akhirnya bangunan sekolah ini menjadi permanen," ujar Agus.
Tanah untuk sekolah seluas tujuh tumbak (1 tumbak = 14 meter persegi), kata Agus, juga dibeli secara bergotong royong.
Saat itu harga per tumbak hanya Rp 1 juta. Material bangunan juga dibantu oleh warga. Gotong royong iuran dari warga berhasil terkumpul Rp 50 juta.
"Awalnya kami blusukan mengetuk pintu warga untuk nyari siswa yang mau sekolah. Alhamdulillah sekarang orang tua sudah mau mendaftarkan anaknya ke sekolah ini," ujar Agus.
• Kisah Dedi Mulyadi Sekolahkan dan Bina Anak Papua hingga Ciptakan Lagu
Agus mengatakan, sebelum sekolah ini berdiri, warga desa harus menempuh jarak 10 kilometer untuk sampai ke SMP terdekat di pusat kota Kecamatan Cicalengka. Biaya transportasinya saja Rp 30 ribu pergi-pulang.
"Karena itu, dulu banyak lulusan SD di sini tak lagi melanjutkan ke SMP," ujarnya.
Meski sekolah ini sekolah gratis, Agus mengatakan, sembilan guru di SMP ini mendapat honorarium.
"Alhamdulillah kalau honorarium, bisa mencukupi kebutuhan dasar," katanya.
Bersyukur
Widi (13), pelajar kelas tiga SMP Djuantika, mengatakan, orang tuanya hanya buruh tani.
"Bapak enggak punya uang untuk ongkos ke sekolah di Cicalengka, belum lagi biaya SPP dan lainnya. Alhamdulillah ada sekolah ini. Nyaman, selayaknya sekolah biasa," ujar Widi, yang bercita-cita jadi polisi.
Hal senada dikatakan Setia Raka (13), siswa lainnya. Ia mengaku bersyukur bisa melanjutkan pendidikan SMP.
"Padahal dulu enggak kepikiran lanjut sekolah. Pas masuk sini, gratis, dikasih seragam. Tinggal sekolah saja di sini mah," kata Setia.
• Emak Yoyo Antre Air Bersih Sampai Tengah Malam di Cimahi, Stok untuk Cuci Muka Anak Sekolah
Roni (50), tokoh warga Desa Tanjungwangi, mengatakan, kesadaran akan pentingnya keberadaan sekolah membuat warga rela bergotong royong membangunnya.
Roni mengatakan, siswa-siswa SMP Djuantika setidaknya berasal dari empat kampung di desa itu.
Menurutnya, rata-rata keluarga siswa berasal dari keluarga tidak mampu.
"Berat kalau mereka sekolahkan ke Cicalengka. Kami bersyukur bisa ada sekolah di sini," ujar Roni.
• Awalnya Gubuk Kini Bangunan Permanen, SMP Swasta di Perbatasan Bandung-Sumedang Ini Gratis