Target Operasional RSKIA Kopo Kota Bandung Jadi Sorotan Anggota Dewan Ini, 4 Kali Berubah Target
Anggota DPRD Kota Bandung, Folmer SM. Silalahi mengatakan, pihaknnya memahami dalam membangun rumah sakit tidak dapat dilakukan dalam 1 tahun anggaran
Penulis: Cipta Permana | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Cipta Permana
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sejak dilakukan peletakan batu pertama pada Mei 2018, target penyelesaian pembangunan Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) di Jalan Wahid Hasyim ( RSKIA Kopo) Kota Bandung terus mengalami kemunduran.
Bangunan yang berdiri di atas lahan 7.433 meter persegi dari total luas area 43.146 meter persegi tersebut, digadang-gadang bakal menjadi gedung megah dengan fasilitas terlengkap.
Namun, faktanya bangunan bertingkat 13 lantai dan dilengkapi dua lantai basemen yang akan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah bertaraf internasional pertama di Kota Bandung itu, telah mengalami empat kali perubahan target dimulainya operasional. Target pertama disebutkan akan siap operasional pada akhir tahun 2018, kemudian berubah menjadi Juli 2019, berubah lagi menjadi akhir tahun 2019, dan teranyar menjadi tahun 2020.
• Tak Jadi Selesai Bulan Juli, RSKIA Kopo Diprediksi Rampung pada Akhir Tahun Ini
Menanggapi hal tersebut, anggota DPRD Kota Bandung dari PDIP, Folmer SM. Silalahi mengatakan, pihaknnya memahami bahwa dalam membangun gedung bertingkat yang diperuntukan untuk bangunan rumah sakit tidak dapat dilakukan dalam satu tahun anggaran.
Untuk itu, kata Folmer, Pemerintah Kota Bandung tidak sekadar meresmikan fisik gedungnya, namun juga harus memperhatikan hingga seluruh kesiapan pelayanan operasionalnya selesai.
Sebab, masyarakat hanya akan menganggap bahwa bangunan publik (RSKIA) itu telah resmi digunakan, apabila sudah dapat memberikan pelayanan kesehatan secara optimal.
"Memang dalam perjalanannya, kami selalu melakukan fungsi pengawasan, karena tidak ingin proyek pelayanan publik yang sangat dibutuhkan juga dinantikan oleh seluruh warga Kota Bandung ini justru menjadi terbengkalai. Oleh karena itu, termasuk dalam hal pembahasan anggaran, berkali-kali kami juga mengingatkan untuk melakukan harmonisasi, rasionalisasi, dan efisiensi dalam pemberian alokasi anggaran demi terselesaikannya proyek ini," ujarnya saat ditemui di Gedung DPRD Kota Bandung, Jalan Sukabumi, Kota Bandung, Kamis (22/8/2019).
Folmer menuturkan, tertundanya penyelesaian dan peresmian dari unit pelayanan kesehatan ini, salah satunya disebabkan oleh adanya perluasan konsep rencana yang menjadi kendala, dari semula hanya RSKIA menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).
Menurutnya, meskipun kini direncanakan menjadi RSUD secara bertahap, seharusnya seluruh infrastuktur dan fasilitas pelayanan kesehatan yang dikhususkan bagi ibu dan anak, sudah lebih dulu siap, sebab itu merupakan konsep awal yang telah diusung oleh Pemerintah Kota Bandung.
• TPID Bekerja Sama dengan Satgas Pangan Polrestabes Bandung Berikan Pelatihan kepada PPNS
Selain itu, Pemerintah Kota Bandung harus memperhatikan ketersediaan fisik gedung dan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai, dan harus adanya fasilitas penunjang, berupa ketersediaan lahan parkir.
Sebab sebagai rumah sakit rujukan dari berbagai unit pelayanan kesehatan di Kota Bandung dan berada di lokasi yang merupakan tititk kemacetan, akan membuat masyarakat berbondong-bondong datang ke RSKIA, untuk bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal.
Untuk itu, pihaknya telah meminta agar Pemerintah Kota Bandung, untuk jangka pendek dapat berkoordinasi atau bekerjasama dengan pemilik lahan di sekitar RSKIA, agar menyiapkan lahan parkir terbuka bagi masyarakat, setelah RSKIA ini resmi di buka bagi umum.
"Ketersediaan lahan parkir perlu menjadi prioritas perhatian dari Pemerintah Kota Bandung setelah beroperasinya rumah sakit ini. Apalagi masyarakat yang akan datang dipastikan bukan hanya warga Kota Bandung saja, tetapi juga warga di wilayah pinggiran, karena lokasinya yang merupakan wilayah perbatasan antara Kota dan Kabupaten Bandung. Oleh karena itu, proyek ini bukan hanya menjadi program Dinas Kesehatan saja, tapi juga multi sektor, karena ada DPU (Dinas Pengerjaan Umum) untuk pembangunan infrastukturnya, Dinas Perhubungan, untuk mengatur arus lalu lintasnya, dan Dinas Kebersihan dan DLHK, untuk mengatasi kebersihan juga AMDAL dari rumah sakit ini," ucapnya.
• Kawasan di Jalan Supratman Kota Bandung Ini Akan Jadi Lebih Aman bagi Pejalan Kaki
Folmer menuturkan, bahwa RSKIA Kopo akan sangat dinantikan kehadirannya oleh masyarakat, terlebih ketersediaan rumah sakit di Kota Bandung selama ini, masih sangat jauh dari kata memadai untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh warga Kota Bandung.