Makin Banyak Orang Sakit Jiwa, Kota Bandung Pun Butuh Rumah Sakit Jiwa
Kota Bandung membutuhkan rumah sakit jiwa karena selama ini rumah sakit jiwa yang ada
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Tiah SM
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kota Bandung membutuhkan rumah sakit jiwa karena selama ini rumah sakit jiwa yang ada milik pemerintah Provinsi.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Rita Verita, mengusulkan gedung bekas Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Jalan Astanaanyar, Kota Bandung dijadikan rumah sakit jiwa.
RSKIA di Jalan Astanaanyar segera dikosongkan akhir tahun 2019 dipindahkan ke gedung baru di Jalan Kopo yang memiliki 13 lantai.
"Bekas RSKIA Astanaanyar kalau tidak rumah sakit jiwa minimal klinik utama khusus jiwa," ujar Rita di kantornya, Rabu (21/08/2019).
Menurut Rita, Kota Bandung membutuhkan rumah sakit jiwa karena selama ini warga Kota Bandung berobat ke Rumah Sakit Jiwa milik provinsi di Cisarua, KBB.
"Rumah Sakit Jiwa yang semula di Jalan Riau 11, kini di jadikan klinik rawat jalan Graha Atma juga punya provinsi," ujarnya.
Saat disinggung kenapa harus dijadikan rumah sakit jiwa bekas gedung RSKIA, tidak dijadikan rumah sakit umum atau puskesmas, menurut Rita, pertama Kota Bandung belum punya rumah sakit jiwa.
• Persib Bandung Cuma Menang 3 dari 15 Pertandingan, Ini Harapan Omid Nazari

Kedua, rumah sakit umum sudah cukup banyak yaitu ada 28 Rumah Sakit Swasta dan 3 Rumah Sakit Vertikal dari Kementrian Kesehatan serta ditambah 78 Puskesmas.
"Kota Bandung butuh dan sudah harus mempunyai fasilitas pelayanan kesehatan jiwa terkait banyak pasien kejiwaan," ujar Rita.
Rita mengatakan, Kota Bandung akan menambah RSUD di Kopo dan yang RSKIA dijadikan rumah sakit umum karena cukup memenuhi syarat.
"Jika RSUD Kopo terwujud akan memenuhi fasilitas kesehatan bagi warga Bandung, tentunya harus dipenuhi aturan aturan yang ada sebagai rumah sakit umum," ujar Rita.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Bandung, Intan Annisa Fatmawaty mengatakan, jumlah penderita skizofrenia atau gangguan jiwa yang berobat ke Puskesmas tahun 2019 dari Januari sampai Juni meningkat.
Menurut Intan jumlah pasien gangguan jiwa jauh lebih banyak, karena tidak termasuk data berobat ke rumah sakit umum, termasuk ODGJ di jalanan.
• Bawa Uang Tunai Rp 5 Miliar untuk Berjudi, Pria Indonesia Ini Harus Bayar Denda Rp 113 Juta

"Mayoritas penyebab ODGJ karena tekanan mental dengan berbagai faktor di antaranya, bercerai, tekanan ekonomi, KDRT hingga mendapat perundungan dari pihak lain," ujarnya.