100 Perguruan Tinggi Non Vokasi Terbaik Tahun 2019, ITB Peringkat 1 Unpad Nomor 10
Dua perguruan tinggi negeri di Kota Bandung yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Padjadjaran (Unpad),
Penulis: Cipta Permana | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Cipta Permana
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Dua perguruan tinggi negeri di Kota Bandung yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Padjadjaran (Unpad), berhasil masuk dalam kategori kampus non vokasi terbaik klaster satu tahun 2019, berdasarkan pengumuman klasterisasi 100 perguruan tinggi non vokasi terbaik tahun 2019, yang dikeluarkan oleh Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti), pada Jumat (16/8/2019) lalu.
Dalam pengumuman tersebut, ITB berhasil memantapkan diri sebagai kampus terbaik peringkat pertama kategori Perguruan Tinggi Non-Vokasi 2019, dengan capaian skor penilaian skor total 3,671 kemudian disusul oleh Universitas Gadjah Mada di peringkat ke-2 dengan skor total 3,594, dan Institut Pertanian Bogor pada peringkat ke-3 dengan skor total 3,577. Sedangkan Unpad menepati posisi peringkat 10 dan UPI di peringkat 15.
Menanggapi pencapaian tersebut, Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA., menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Kemenristekdikti atas terselenggaranya acara tersebut. Terlebih menurutnya, predikat terbaik pertama yang diraih ITB, merupakan capaian prestasi kali keempat yang juga disandang sebelumnya yaitu pada tahun 2015, 2016, dan 2018 lalu.
“Pemeringkatan perguruan tinggi merupakan suatu media penting dalam memotivasi semua perguruan tinggi untuk maju bersama-sama dan melakukan continous improvement,” ujarnya saat di temui di ITB, Jalan Ganesha, Kota Bandung, Minggu (18/8/2019)
Prof. Kadarsah menuturkan, bahwa kriteria pemeringkatan dalam klasterisasi perguruan tinggi Indonesia tahun 2019 yang dilakukan Kemenristekdikti, semuanya berkaitan dengan produktivitas sumber daya manusia di perguruan tinggi. Dengan indikator penilaian yang meliputi empat aspek yaitu, kriteria input dengan bobot 15%, proses 25%, output 25%, dan kriteria outcome dengan bobot 35%, dan total ada 20 indikator di dalamnya dengan 7 diantaranya merupakan indikator baru.
“Tahun ini terdapat indikator penilaian baru dalam penilaian Klasterisasi Perguruan Tinggi Indonesia, seperti, keterlibatan jumlah dosen asing, pembelajaran daring, kelengkapan laporan PDDIKTI, laporan keuangan, prosentase lulusan yang memperoleh pekerjaan dalam kurun waktu enam bulan, serta jumlah sitasi per dosen, dan jumlah paten per dosen," ucapnya.
• Pedagang Pasar Baru Indramayu Protes, Perkulakan Cipto Gudang Rabat Hanya 300 Meter dari Pasar
Selain itu menurutnya, merupakan indikator yang sama dengan yang dikenakan pada penilaian tahun sebelumnya, seperti prosentase dosen berpendidikan gelar doktor (S3), prosentase dosen dalam jabatan Lektor Kepala dan Guru Besar, rasio jumlah mahasiswa terhadap dosen, jumlah mahasiswa asing, akreditasi BAN-PT, akreditasi program studi BAN-PT, kerja sama perguruan tinggi, jumlah artikel ilmiah terindeks per dosen, kinerja penelitian, kinerja kemahasiswaan, jumlah program studi terakreditasi internasional, kinerja inovasi, dan kinerja pengabdian kepada masyarakat.
Dirinya menambahkan, tujuan klasterisasi perguruan tinggi ini menurut Menristekdikti yaitu, pertama untuk melakukan pemetaan perguruan tinggi di Indonesia di bawah Kemenristekdikti. Kedua untuk membuat kebijakan yang tepat untuk masing-masing kelompok (klaster) perguruan tinggi di Indonesia, dan ketiga untuk membangun landasan klasterisasi perguruan tinggi untuk perbaikan terus menerus dan kesehatan organisasi.
"Maka dengan pemeringkatan perguruan tinggi ini menjadi sangat relevan dengan tagline yang selama ini terus digaungkan pada peringatan HUT RI ke-74 yaitu, SDM Unggul Indonesia Maju," katanya.
• Bupati Bandung Pakai Kostum Arjuna, Kapolres Pakai Kostum Bima, Begini yang Dilakukannya di Lapangan
Hal sena disampaikan oleh Pelaksana Tugas Rektor Unpad Prof. Dr. Rina Indiastuti, M.SIE. Menurutnya, Unpad memiliki sejumlah indikator yang relatif lebih baik dari perguruan tinggi lain dalam klasterisasi penilaian Kemensitekdikti, terutama pada indikator input. Keunggulan tersebut di antaranya persentase dosen bergelar Doktor, persentase dosen dalam jabatan Lektor Kepala dan Guru Besar, hingga jumlah rasio mahasiswa terhadap dosen.
“Selain itu, Unpad sudah bagus di dalam jumlah artikel ilmiah yang terindeks Scopus. Kinerja penelitian kami juga memiliki capaian yang cukup membanggakan,” ujarnya dilansir dari lama Unpad.ac.id, Minggu (18/8/2019)
Prof. Rina menjelasakan, meski demikian menurutnya terdapat beberapa indikator yang mesti ditingkatkan, diantaranya meliputi peningkatan jumlah mahasiswa dan dosen asing, proses pembelajaran daring, kelengkapan laporan PD Dikti, kinerja kemahasiswaan, serta jumlah program studi yang terakreditasi internasional. Sementara pada indikator outcome Unpad harus mendorong kinerja inovasi dan jumlah sitasi.
• LIVE STREAMING Indosiar Persib Bandung vs PSM Makassar, Bojan Malisic Disebut Bakal Habis-habisan
“Unpad dengan peringkat 10 sudah bisa mempertahankan. Hanya, beberapa hal masih kita harus diperkuatkan dan menjadi kesepakatan di level pimpinan dan fakultas,” ucapnya.
Khusus untuk indikator kinerja kemahasiswaan, Prof. Rina mendorong agar mahasiswa lebih banyak menorehkan prestasi di tingkat nasional maupun internasional. Mahasiswa Unpad harus sudah disiapkan untuk terbiasa berkompetisi dengan mahasiswa lainnya.