Ini 4 Keutamaan Menunaikan Ibadah Haji, Terakhir akan Tingkatkan Taabudiyyah
Dosen Ahli Ilmu Hukum Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Dr Syahrul Anwar, mengatakan ada beberapa keutamaan dalam ibadah haji.
Penulis: Hilda Rubiah | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilda Rubiah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Haji merupakan ibadah yang amat mulia di hadapan Allah SWT.
Ibadah ini merupakan rukun Islam yang kelima, yang sejatinya wajib dilaksanakan oleh seluruh umat muslim di dunia yang sudah mampu.
Bagi calon jemaah haji, sebelum melaksanakan haji, wajib tahu keutamaan ibadah haji.
Dosen Ahli Ilmu Hukum Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Dr Syahrul Anwar, mengatakan ada beberapa keutamaan atau fadhilah yang perlu Anda ketahui dalam ibadah haji.
1. Berwukuf di Padang Arafah
Dr Syahrul Anwar mengatakan melaksanakan ibadah haji sama hal dengan menyempurnakan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Selain itu ibadah haji juga merupakan ibadah yang berbeda dengah ibadah umrah dan ibadah lainnya.

"Keutamaan haji dari segi pelaksanaannya berbeda dengan keutamaan pelaksanaan umrah dan ibadah-ibadah yang lain," ujar Dr Syahrul Anwar, kepada Tribun Jabar, Senin (8/7/2019).
Dr Syahrul mengatakan keutamaan haji dari segi pelaksanaan ada pada pelaksanaan ibadah berwukuf di padang Arafah.
Di dalam hadits diterangkan Rasulullah SAW bersabda, “Al-hajju Arafah, (puncak ibadah haji adalah Arafah). Barangsiapa yang mendapati Arafah sebelum (terbit) fajar, maka dia telah mendapati haji.” (Musnad Al-Humaidy, 11/399).
Dijelaskan Dr Syahrul, dalam haji terdapat puncak ibadah ketika berada di padang Arafah tepat hanya tanggal 9 Dzulhijjah.
Sementara dalam umrah tidak ada pelaksanaan wukuf di padang arafah tersebut.
Sehingga pelaksanaan haji itu hanya setahun 1 kali dan diutamakan berwukuf ketika berad di padang arafah, sejak mulai matahari tergelincir sampai terbenam.
Adapun kemudian masih dalam pelaksanaan haji, setelah selesai berwukuf maka dilanjitkan pergi ke Muzdalifah untuk mabit, dan keesokan harinya di tanggal 10 Dzulhijah mulai melaksanakan kegiatan ibadah melontarkan jamarot atau disebut jumrotul aqobah.
"Pelaksanaan jamarat ada tiga Ula, Wustho dan Aqobah dan setelah itu maka selesai," ujarnya.
• Ibadah Haji Wajib Bagi Setiap Muslim, Berikut Hukum Orang Kaya Harta Tapi Enggan Berhaji
2. Tazkiyatun Nafs
Keutamaan ibadah haji yang kedua adalah tazkiyatun nafs, yakni ibadah sebagai mensucikan jiwa atau diri.
Dr Syahrul mengatakan mensucikan diri pada waktu Haji adalah mulai bermuhasabah diri untuk bertaubat dan menghapus dosa.
Menurutnya, melaksanakan ibadah haji dilaksanakan di tengah terik matahari di padang yang panas dan tandus. Maka saat itulah orang hanya bisa mengingat berdzikir dan bermuhasabah.
Pensucian diri akan terasa manakala sadar betapa kecilnya posisi manusia di hadapan Allah SWT dengan kuasa-Nya.
"Hal ini tidak bisa dirasakan kecuali oleh orang-orang yang berhaji, kalau hanya dibayangkan tentu tidak bisa," ujarnya.
Oleh karena itu, dikatakan Dr Syahrul, haji adalah ibadah yang Amaliah, hanya bisa diraih oleh semua orang yang pergi haji dan berada di padang Arafah.
Selain itu ibadah haji pun dirasakan untuk bisa melatih seseorang mengendalikan hawa nafsu, dalam rangka untuk menyucikan jiwa dan membangun akhlaq.
• Doa untuk Orang Naik Haji dan Doa untuk Orang yang Ditinggal Haji, Sesuai Sunah Nabi Muhammad SAW
3. Tazkiyatun Mal
Keutamaan haji yang ketiga adalah tazkiatun mal mensucikan harta.
Dr Syahrul menjelaskan seorang muslim dalam berhaji maka mesti kuat harta atau secara finansial.
Membayar haji hingga Rp 50 juta, ketika berada di pada arafah semua permasalahan harta itu sudah hilang, dia tidak ingat lagi, bahkan tidak berarti harta yang dimiliki
Maka dengan hal ini terbukti bagi orang yang sudah pulang haji dia ingin selalu naik yang pergi haji lagi.
"Seandainya tidak dibatasi dengan sistem pemberangkatan maka tidak mustahil akan ada orang yang datang setiap tahun untuk senantiasa berhaji," ujarnya.
Selain itu, dengan beribadah haji yang juga membersihkan jiwa dan harta, maka dapat juga diambil hikmah untuk menumbuhkan sifat dermawan.
Allah SWT berfirman, “Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan dirinya.” (QS Al-Lail: 18).
Jelas dalam ayat ini ditegaskan bahwa hikmah berinfaq, bersedekah, termasuk beribadah haji, menggunakan harta di jalan Allah adalah untuk membersihkan diri, menyucikan jiwa.
• VIDEO Pasutri Berusia 92 Tahun Ini Nabung Selama 57 Tahun untuk Pergi Haji
4. Peningkatan Ta'abudiyyah
Keutamaan yang keempat yakni ibadah haji sebagai hikmah untuk meningkatkan Ta'abudiyyah.
Ta'abudiyyah bermakna ibadah dan penghambaan.
Menurut Dr Syahrul, kendatipun ibadah haji dilaksanakan secara komunal atau bersama-sama, tapi secara maknawi ibadah dirasakan oleh diri sendiri per individu.
"Seseorang yang berhaji setelah pulang dari Arafah ada perubahan yang siginifikan, terlihat meningkatnya ketakwaan," ujarnya.
Dr Syarhrul mengatakan seseorang yang berhaji itu akan merasa ibadah haji sebagai ibadah yang paling tinggi.
Karenanya ibadah haji tidak hanya dilakukan secara fisik namun juga ibadah harta dan ibadah jiwa.
Seseorang yang berhaji tentu mesti kuat secara fisik, memiliki tenaga, mengorbankan harta, dan penyerahan diri dan jiwa.
Itulah, menurut Dr Syahrul ketiga komponen kesatuan yang harus dikeluarkan.
Maka seseorang yang telah berhaji setelah pulang niscaya ia akan merasakan hikmah untuk meningkatkan penghambaan Ta'abudiyyah.
Aktivitas beribadah, melaksanakan salat, puasa, bersodaqoh, infaq, dan lain sebagainya akan meningkat. (*)
• 2 Kepala Daerah di Sumbar yang akan Ibadah Haji sebagai Tim Pemandu Akhirnya Batal, Ini Alasannya