Kerusuhan di Jakarta
Membongkar Dalang Kerusuhan 22 Mei, Kini Muncul Nama Fauka, Eks Tim Mawar Itu Disebut Terlibat
Kini, muncul nama Fauka Noor Farid yang merupakan eks anggota Tim Mawar, disebut-sebut terlibat dalam mobilisasi massa saat kerusuhan di aksi 22 Mei.
Penulis: Yongky Yulius | Editor: Tarsisius Sutomonaio
TRIBUNJABAR.ID - Kerusuhan di aksi 22 Mei masih menyisakan tanda tanya. Tak sedikit yang penasaran mengenai siapa dalang di baliknya.
Kini, muncul nama Fauka Noor Farid yang merupakan eks anggota Tim Mawar, disebut-sebut terlibat dalam mobilisasi massa saat kerusuhan di aksi 22 Mei.
Nama Fauka Noor Farid muncul berdasarkan hasil investigasi Majalah Tempo.
Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, Arif Zulkifli mengatakan, apa yang ditulis Tempo merupakan hasil investigasi jurnalistik, yang harus diukur oleh ukuran-ukuran jurnalistik.
Ia mengatakan, liputan media bukanlah liputan yang pro yustisia.
• 67 Anak di Bawah Umur Diduga Terlibat Kerusuhan di Jakarta 22 Mei, Ini yang Dilakukan Polisi
"Kami mendapatkan nama Fauka dari sumber yang berkaitan langsung dengan dia dan menjelaskan keterlibatan yang bersangkutan," ujarnya saat menjadi narasumber di Kompas Petang, Senin (10/9/2019).
"Misalnya ada nama Iwan Kurniawan yang menjelaskan secara on the record. On the record adalah sebuah strata tertinggi dalam liputan jurnalistik. Ia menjelaskan tentang pertemuan dan seterusnya (informasi yang mengindikasikan keterlibatan Fauka)," lanjutnya.
Lebih lanjut Arif mengatakan, tentu saja pihaknya punya cukup banyak sumber untuk melakukan konfirmasi atau cek kebenarannya.
Pihaknya memegang teguh, satu sumber bukanlah sebagai sumber.

"Kami punya lebih dari satu sumber untuk peristiwa spesifik tertentu," katanya.
Dalam laporan Majalah Tempo itu, lanjut Arif, muncul dua cerita.
Cerita yang pertama adalah mengenai mobilisasi massa untuk kerusuhan dan cerita kedua dalah mengenai rencana pembunuhan empat tokoh (Wiranto, Luhut, Gories Mere, dan seorang pemimpin lembaga survei).
• Perusuh 22 Mei Diduga Bawa Anak Panah Beracun, Polisi Tegaskan Mereka Punya Niat Melawan Petugas
Dua cerita itu, kata Arif, masih belum dapat disimpulkan memiliki keterkaitan.
Jadi bisa disebut masih merupakan cerita yang terpisah.
"Ada keterlibatan dari Pak Fauka dalam mobilisasi massa. Dia ada di tempat, ada percakapan, ada permintaan pembukaan kamar hotel, dan seterusnya. (Informasi itu Tempo dapat) dari percakapan yang kita akses dari lembaga yang punya justifikasi mengakses itu," ujarnya.
• Investigasi Kerusuhan di Jakarta 22 Mei Segera Diungkap ke Publik
Meskipun demikian, ketika wawancara dengan Tempo, Fauka membantah berada di lokasi.
Tempo memang menyajikan juga wawancara dengan Fauka secara proporsional.
"Pak Fauka ketika itu mengaku sedang bertemu temannya di TNI yang angkatan 92 yang sedang tugas di Paspampres. Dan kita cek satu-satunya angkatan 92 adalah Pak Maruli, Danpaspamres. Dan kita cek pada Pak Maruli waktu itu dia hanya sepenuhnya bersama Pak Jokowi," kata Arif.
Fauka Membantah Terlibat Kerusuhan di Aksi 22 Mei
Fauka Noor Farid sudah angkat bicara mengenai informasi dirinya terlibat dalam kerusuhan di aksi 22 Mei.
Menurutnya, informasi atau berita itu adalah tidak benar adanya.
"Saat kejadian saya tidak di lokasi itu, yang diberitakan saya ada di Sarinah itu semuanya enggak benar. Saya punya saksi (yang menguatkan saya tidak ada di lokasi)," kata Fauka dikutip TribunJabar.id dari wawancara Kompas TV, Selasa (11/6/2019).
• Anaknya Ditangkap dan Diduga Disiksa Pascakerusuhan 22 Mei, Orangtua Mengadu ke Kontras dan LBH
"Saya ada di suatu tempat tapi saya tidak ada di Bawaslu atau Sarinah," lanjutnya.
Kemudian, Fauka juga membantah ia pernah ikut rapat untuk merencanakan demonstrasi dan kerusuhan di aksi 22 Mei.
Ia mengatakan, tak pernah ada rapat semacam itu.
• Pascakerusuhan 22 Mei, Kontras Terima 7 Aduan Dugaan Kekerasan Terkait Penangkapan
"Saya tahu bahwa orang seperti saya akan jadi kambing hitam akan jadi dipersalahkan meskipun saya tidak berbuat. Seperti sekarang ini, tidak berbuat pun saya sudah dituduh," katanya.
Fauka mengakui, dirinya memang kerap kali berkunjung ke rumah Prabowo di Kertanegara.
Kendati demikian, kunjungannya itu hanya silaturahmi biasa.
"Ibarat mantan anak buah beliau (Prabowo), saya silaturahmi, berkunjung. Saya juga harus tahu perkembangan Pilpres 2019 itu," ujarnya.
Dugaan Keterlibatan Oknum Purnawirawan
Kapuskamnas Universitas Bhayangkara Jakarta Hermawan Sulistyo menyebut, ada sejumlah oknum purnawirawan di balik kerusuhan yang terjadi di aksi 22 Mei.
Hermawan mengatakan hal itu saat menjadi narasumber dalam acara Kompas Petang, Selasa (28/5/2019).
Awalnya, Aiman selaku pembawa acara bertanya kepada Hermawan, "benarkah kerusuhan yang terjadi dalam aksi 22 Mei merupakan operasi yang dilancarkan sejumlah Purnawirawan TNI?"
"Ya, jawabannya pasti. Delapan orang ditembak mati kan enggak mudah. Memang gampang nembak mati 8 orang dengan pola yang sama. (Ada yang) ketembak matanya, Fajri. (Ini) bukan confirm lagi, memang iya," ujar Hermawan dilansir dari tayangan Kompas Petang di kanal Youtube Kompas TV, Rabu (29/5/2019).
Kendati demikian, ia menegaskan, yang terlibat dalam kerusuhan di aksi 22 Mei adalah oknum purnawirawan.
Hermawan menegaskan, pernyataannya bukan menggeneralisasi seluruh institusi terkait atau semua purnawirawan berperilaku demikian.
"Saya kenal, mayoritas pensiunan TNI, Polri itu baik. Memiliki concern yang baik terhadap bangsa ini," ujarnya.
Terkait berbagai macam tudingan yang menyebut pelaku penembakan tersebut adalah polisi, Hermawan membantahnya.
Ia mengatakan, memang semua pihak punya peluang untuk dituduh.
Kendati demikian, kata Hermawan, tidak mungkin polisi membuat perkara yang menyusahkan mereka sendiri.
"Kita berbuat sesuai yang bikin kita susah kan enggak mungkin, itu logika sederhananya," ujar Hermawan.
Menggunakan logika seperti itu, lanjutnya, nantinya bisa dicek, peluru apa yang digunakan.
Begitu pun dengan putaran alur pelurunya, dapat dicek.
"Dengan logika seperti itu kita tinggal ngecek peluru apa yang digunakan. Kalau yang 9 mili itu ada banyak, ada tipe jenis M, glock, tapi ulirnya ke kanan atau ke kiri," ujar Hermawan.
Aiman kemudian bertanya lagi, jika kerusuhan di aksi 22 Mei adalah operasi sejumlah oknum purnawirawan, kenapa target pembunuhannya juga adalah purnawirawan TNI?
Hermawan mengatakan, kerusuhan di aksi 22 Mei dan target pembunuhan adalah dua hal yang berbeda.
"Ini dua hal yang berbeda. Anggaplah ini plan A bikin martir di lapangan ternyata emosi publik tidak muncul. Ini plan X sama plan yang lain enggak tahu yang jelas ini berbeda," ujar Hermawan.
Lebih lanjut ia menjelaskan, sebetulnya target pembunuhan bukan hanya nama-nama yang disebutkan oleh Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian.
Ia menilai, kemungkinan bukan kubu garis keras yang berada di balik rencana pembunuhan tersebut.
"Kenapa ada Gories Mere, kenapa ada Luhut, pasti mereka dianggap kafir kan mereka non Muslim. Yang aneh itu ada Pak Wiranto, keluarga Pak Wiranto kan Islam kanan juga tapi yang soft, berarti bukan kubu hardliner yang garis keras yang membolehkan pembunuhan (dalam) politik," ujar Hermawan.