4 Pria China Datang ke Tasik Mencari Gadis Pujaannya tapi Berakhir di Kantor Imigrasi
Mereka diamankan terlebih dahulu oleh petugas kepolisian dari Polsek Karangnunggal, Tasikmalaya.
Penangkapan keempat WNA ilegal ini atas laporan dari warga.
Mereka diamankan terlebih dahulu oleh petugas kepolisian dari Polsek Karangnunggal, Tasikmalaya.
"Sesuai keterangan dan hasil investigasi kami, keempat WNA asal China ini belum bisa menunjukkan dokumen paspor kenegaraan, visa kunjungan dan lainnya."
"Mereka tak bisa bahasa lain, kecuali bahasa China. Mereka diduga mencari gadis Tasik dan akan melakukan kawin campur," jelas Sarial, Kepala Sub Seksi Pengawasan Keimigrasian Kelas II Tasikmalaya kepada Kompas.com di kantornya.
Sarial menambahkan, sesuai keterangan dari Polsek Karangnunggal yang menyerahkan keempat pria China ini ke Kantor Imigrasi, mereka diduga akan melakukan kawin campur dengan seorang gadis asal Karangnunggal.
Sebelumnya, mereka sempat mencari gadis desa yang mau dinikahinya dan ditanggung biaya nikahnya.
Keempat WNA asal China itu adalah, Yuan Zhenshun (22), Zeng Xiangshun (27), Li Yadong (27), dan Sun Mingchao (22).
Mereka dinyatakan terbukti melanggar Pasal 71 huruf B Undang-undang No 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
Rencana pencarian gadis untuk dinikahi warga China ini dibenarkan oleh seorang gadis asal Karangnunggal, Tasikmalaya, Ines Julianti Silvia (19).
Namun, Ines enggan menjelaskan secara detail prosesnya seperti apa.
Tapi, Ines mengaku telah dijanjikan biaya pernikahan sebesar Rp 35 juta yang akan diberikan pria asing itu ke orangtuanya.
"Saya dijanjikan akan dinikahi oleh pria asal China bernama Li Yadong tahun ini. Sebetulnya saya baru kenal sama dia itu baru dua bulan ini. Itu juga dikenalkan oleh perantara bernama Andi."
"Saya tidak menyesal sudah kenal dan mau dinikahi. Dia sudah ngajak saya sama keluarga untuk bertemu pengacaranya bernama Liong. Bahkan dia bilang semua dokumen keempat WNA ada di Liong, yang tinggal di Jakarta," ungkap Ines, saat ditemui di Kantor Imigrasi Tasikmalaya.
Selama ini, Ines berkomunikasi melalui sang perantara dan jarang secara langsung berkomunikasi dengan pria asal China tersebut.
Hal ini dibenarkan dan mendapatkan persetujuan ibu kandung Ines, Aas.