#02GagapUnicorn Trending, Gerindra: Prabowo Bukan Tak Tahu Tapi Pelafalan Jokowi Tak Terdengar Jelas

Salah satu momen yang disoroti setelah debat capres kedua 2019, Minggu (17/2/2019) adalah pembahasan mengenai unicorn.

Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Yongky Yulius
Kolase Tribun Jabar (Twitter/@Gerindra/Istimewa)
Partai Gerindra sebut Prabowo Subianto bukan tak tahu unicorn tapi karena pelafalan Jokowi yang tak terdengar jelas. 

TRIBUNJABAR.ID - Salah satu momen yang disoroti setelah debat capres kedua 2019, Minggu (17/2/2019) adalah pembahasan mengenai unicorn.

Pembahasan unicorn yang dimaksud adalah istilah dalam dunia startup.

Melansir dari Marketeers.com, unicorn dapat merujuk pada level sebuah perusahaan startup.

Istilah yang populer adalah unicorn hingga cockroach.

Yang dimaksud unicorn adalah kasta tertinggi sebuah startup.

Disebutkan juga dalam wikipedia, perusahaan yang berstatus unicorn memiliki skala besar dan berparameter valuasi.

Perusahaan startup dapat disebut unicorn jika memiliki valuasi menembus angka 1 miliar dolas AS atau sekitar Rp 13,1 triliun.

Yang dimaksud valuasi adalah nilai ekonomi dari sebuah bisnis.

Ilustrasi Jokowi, Prabowo, dan unicorn.
Ilustrasi Jokowi, Prabowo, dan unicorn. (Tribun Jabar (Pixabay.com dan istimewa).)

Dalam debat capres kedua 2019, calon presiden nomor urut 01 Jokowi menyebut ada empat startup Indonesia.

Ia menanyakan kepada calon presiden nomor urut 01 Prabowo Subianto mengenai cara dukungan perkembangan startup unicorn.

"Bagaimana cara mendukung perkembangan startup unicorn di Indonesia?"

Setelah mendengar pertanyaan dari Jokowi, Prabowo terlihat seperti kebingungan.

Ia tak langsung menjawab melainkan kembali bertanya kepada Jokowi.

"Unicorn itu apa? Maksud bapak yang online-online itu?"

Pertanyaan Prabowo Subianto itu menjadi ramai diperbincangkan publik, bahkan tagar #02GagapUnicorn menjadi trending di Twitter.

tagar #02GagapUnicorn trending
tagar #02GagapUnicorn trending (Twitter)

Tak hanya itu, meme mengenai Prabowo Subianto dan unicorn banyak beredar di media sosial.

Menanggapi soal unicorn dalam debat capres 2019, Partai Gerindra melalui Twitternya @Gerindra memberikan klarifikasi.

Menurutnya Prabowo Subianto bukan tak mengerti akan istilah unicorn yang dimaksud oleh Jokowi.

Partai Gerindra mengatakan pertanyaan tersebut ditujukan karena pelafalan Jokowi saat menyebut unicorn tak terdengar jelas.

"Bukan enggak tahu unicorn, tapi pak Prabowo ingin memastikan kata-katanya, karena pelafalan kata unicorn nya kurang terdengar jelas," tulis akun Partai Gerindra.

Istilah Unicorn dan Startup

Pertama, ada pihak yang memaknai startup sebagai perusahaan rintisan.

Jadi, apapun bidangnya, jika usahanya masih terbilang baru bisa disebut startup, tak mesti bergerak di bidang teknologi.

Kedua, ada pula yang memaknai startup sebagai perusahaan berbasis teknologi.

Baik yang masih baru atau sudah beroperasi lama, pihak yang sepakat dalam pengertian ini, akan menyebut perusahaan tersebut sebagai startup.

Jika mengacu pada pengertian ini, Google yang sudah ada sejak lama bisa disebut startup.

Begitu pula yang masih relatif baru seperti GO-JEK, Tokopedia, serta MatahariMall.com.

Ketiga, startup juga dapat dimaknai dari cara berpikir perusahaannya.

Makna startup ini diungkapkan oleh influencer Rene Suhardono.

“Kalau perusahaan tersebut tidak pernah berhenti berinovasi, selalu menghasilkan sesuatu yang baru, artinya cara berpikirnya selalu seperti perusahaan baru, itulah startup,” ujarnya, dikutip Tribun Jabar dari Markeeters.com, Senin (18/2/2019).

Akhirnya, istilah-istilah di sektor startup juga berkembang akibat banyaknya bertebaran perusahaan berbasis teknologi.

Satu di antaranya adalah mengenai kasta, level, atau definisi besar atau kecilnya sebuah startup, seperti yang paling populer adalah unicorn sampai ada juga istilah cockroach.

Nah, unicorn sering dianggap sebagai kasta tertinggi sebuah startup.

Perusahaan teknologi yang sudah berstatus unicorn ini skalanya besar dan punya parameter valuasi.

Sebuah perusahaan teknologi bisa disebut unicorn jika memiliki valuasi menembus angka US$1 miliar atau sekitar Rp 13,1 triliun.

Valuasi adalah nilai ekonomi dari sebuah bisnis.

Untuk di Indonesia, ada empat perintis unicorn startup yang mulai dilirik oleh para investor asing dengan valuasi di atas USD 1 Miliar (Rp 13,8 triliun) di antaranya yaitu Tokopedia dengan valuasi sebesar Rp 50 triliun, Gojek dengan valuasi sebesar Rp 40 triliun, Traveloka dengan valuasi sebesar Rp 26 triliun serta Bukalapak dengan valuasi sebesar Rp 15 triliun.

Kendati demikian, memang definisi unicorn ini masih jadi perdebatan.

Para pelaku startup juga memaknainya secara berbeda-beda.

“Buat saya parameter US$1 miliar sudah tidak relevan lagi, karena itu kan dulu sekitar satu dekade lalu ketika Google valuasinya menembus angka segitu. Kalau sekarang ada perusahaan berbasis teknologi yang bisnisnya digunakan di seluruh dunia, itu baru namanya unicorn,” ujar Chief Marketing Officer GDP Venture Danny Oei di Jakarta beberapa waktu lalu.

Jika mengacu para pengertian Danny, maka selain Google, perusahaan lain seperti Facebook dan Apple juga termasuk unicorn.

Selain sudah digunakan di mana-mana, valuasinya juga sudah terlampau raksasa dikejar.

Danny mengatakan, untuk perusahaan yang sudah menembus valuasi US$1 miliar namun belum digunakan di mana-mana dan hanya di satu negara atau beroperasi regional saja, dia menyebutnya sebagai "kebo".

Pengertian populernya, uncorn memang hewan fantasi berupa kuda yang memiliki tanduk di kepalanya.

Artinya, startup berstatus unicorn memiliki bisnis yang sudah diawang-awang.

Perusahaan yang berstatus unicorn sulit disaingi oleh perusahaan lain.

Sebagai contoh perusahaan Google, Apple, dan Facebook dianggap sulit disaingi karena mereka melesat membesar meninggalkan yang lain.

Maka, jika mengacu pada pengertian Danny, maka GO-JEK, Tokopedia, Traveloka, sampai pemain regional seperti Grab dan Shopee masih dalam status kebo.

Wwalau sebenarnya sudah menembus valuasi unicorn, produk dan layanannya belum digunakan di seluruh dunia.

“Filosofinya jangan dilihat bahwa kebo itu lambat dan kotor. Tapi mereka itu badan besar dengan daya tahan hidup tinggi, dan kebo kan hewan yang riil ada betulan, belum sampai tahap ngawang-ngawang. Mereka yang masuk kategori tersebut juga secara bisnis memang belum sampai tahap tersebut. Bisnisnya besar tapi belum digunakan dan me-wow-kan dunia,” ujar Danny.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved