Kisah Lalan, Mengabdi Selama 12 Tahun Jadi Relawan Penjaga Perlintasan Kereta Api di Bandung
Inisiatif membuat palang pintu rel kereta api tersebut berawal dari ada warga yang meregang nyawa setelah tertabrak kereta api di perlintasan tersebut
Penulis: Syarif Pulloh Anwari | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Syarif Pulloh Anwari
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Lalan (61) beranjak dari saung yang hanya berukuran 1,5 x 1,5 meter, saat mendengar gemuruh dan suara klakson dari kereta api yang akan berangkat dari stasiun Bandung.
Sebelum kereta api melaju dan melewati pembatas perlintasan rel kereta api yang dijaganya itu, tangan Lalan langsung menarik tambang, yang nantinya pintu di seberang saungnya itu, menutup dengan sendirinya.
Lalan mengatakan, membuat palang pintu perlintasan rel kereta api tersebut inisiatif dirinya.
Petunjuk Pemain Asing Asia yang Akan Direkrut Persib Bandung, 'Sosoknya Sudah Ada'https://t.co/OGLdSTXA1j.
— Tribun Jabar (@tribunjabar) January 15, 2019
"Seutas tambang ini inisiatif sendiri, soalnya kalau ngga pakai tambang ini, kalau motor banyak, terus menutup dua pintu pembatas sekaligus ngga bisa, lari kesana, lari kesini," ujar Lalan saat ditemui Tribun Jabar dilokasi perlintasan kereta api, tepatnya di Kampung Lio Girang RT5/7, Kelurahan Cisaranten Endah, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung, Rabu (16/1/2019).
Lalan membuat palang pintu perlintasan rel kereta api tersebut pertama kalinya pada tahun 2007 lalu.
Inisiatif membuat palang pintu rel kereta api tersebut berawal dari ada warga yang meregang nyawa setelah tertabrak kereta api di perlintasan kereta api tersebut.
"Sebelum ada pembatas ini. Sekali, langsung aja ada pengamanan disini, korbannya meninggal, pas pulang korban sudah diingatkan "awas kereta, awas kereta," korban malah naik, kehantam belakangnya tapi ngga berdarah. Sekitar tahun 2007-an," ujarnya.
• Video Mesum Diduga Direkam di Warung di Trawas Beredar Luas di Mojokerto
Hampir 12 tahun, ia mengabdi dan menghabiskan masa tuanya untuk menjaga nyawa masyarakat.
Tak pernah terbesit sedikit pun Lalan meminta imbalan atas hasil keringat dan tangannya tersebut kepada masyarakat yang memanfaatkan palang pintu perlintasan rel kereta api tersebut.
Palang pintu perlintasan kereta api itu sendiri dilewati dua kampung yaitu Kampung Lio Girang dan Kampung Parakan Asri.
"Kalau di sini ada yang ngasih ya dapat, yang paling penting ibadah aja. Menjaga disini suka ada yang ngasih seikhlasnya perhari kadang kadang dapat Rp 50 ribu, ngga sampai seratus," ujarnya
Sementara itu, cara kerja tambang yang ia buat sangat sederhana.
• Fakta Baru Vanessa Angel Tersangka Prostitusi Online, Polisi Libatkan Ahli Terkait Barang Bukti Kuat
Dari saungnya itu, seutas tambang ia talikan ke palang pintu disebrangnya, lalu dimasukkan ke tiang yang ada lubangnya jadi seperti sistem katrol saat menutup, lalu tali tambang tersebut disimpan di bawah rel kereta api, jadi ketika kereta api melintas tidak menggangu.