Tenaga Kesehatan Berperan Penting Sadarkan Masyarakat agar Mencegah Triple Burden Disease
Cucu Rumijati menilai, tenaga kesehatan memiliki peran penting untuk menyadarkan masyarakat agar melakukan langkah pencegahan Triple Burden Disease.
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Koordinator diklat pendidikan dan pelatihan Persatuan Perawat Nasional Indonesia ( PPNI ) Kota Bandung, Cucu Rumijati menilai, tenaga kesehatan memiliki peran penting untuk menyadarkan masyarakat agar melakukan langkah pencegahan Triple Burden Disease.
Triple Burden Disease ialah masih tingginya penyakit infeksi, meningkatnya penyakit tidak menular, dan muncul kembali penyakit-penyakit yang seharusnya sudah teratasi.
Saat ini, kata dia, Indonesia masih menghadapi ancaman Triple Burden Disease.
Sayangnya, masih banyak tenaga kesehatan seperti di Puskesmas atau Posyandu yang minim memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

Maka dari itu, pihaknya memberikan pelatihan kepada kader-kader kesehatan.
"Petugas juga suka lupa memberikan penyuluhan, maka bagusnya kita melatih kader untuk melanjutkan," ujar Cucu Rumijati dalam sebuah seminar kesehatan bertajuk Peran Tenaga Kesehatan dalam Mengubah Perilaku Masyarakat Demi Menurunkan Angka Kejadian Triple Burden Disease di Indonesia yang digelar FIT Radio, bertempat di RSP Unpad, Bandung, Sabtu (15/12/2018).
Seminar ini ditujukan bagi tenaga kesehatan dengan dihadiri sekitar 200 peserta.
Mereka akan mendapatkan sertifikat untuk menambah poin Satuan Kredit Profesi (SKP) sesuai undang-undang kesehatan.
• Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat Indonesia Dinilai Sudah Mengkhawatirkan
Lebih lanjut Cucu Rumijati mengatakan, tenaga kesehatan sebaiknya melakukan pendekatan ke masyarakat.
Pendekatan itu bisa dilakukan dengan dua hal, yakni mengumpulkan masyarakat dan jemput bola.
"Petugas kesehatan datang ke Posyandu, terus ada balita yang tidak datang ke Posyandu, nah itu baru didatangi ke rumahnya. Kemudian Posbindu juga, seharusnya yang datang sekian tapi ada yang tidak datang ya dikunjungi," katanya.
Keluhan tenaga kesehatan terkait upaya penyuluhan ini pun rupanya kerap didengar oleh Cucu Rumijati.
Keluhan itu satu di antaranya adalah mereka kerap tidak diterima di lingkungan masyarakat.
Alasannya beragam, mulai dari malas berurusan, takut dimintai sejumlah uang, hingga takut mengetahui penyakit yang dideritanya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, menurutnya, perlu kolaborasi antar profesi kesehatan atau disebut Interprofessional Education