Pertahankan Tradisi Nenek Moyang, Gerabah di Desa Sitiwinangun Kini Dibuat Lengkap dan Menarik
perajin gerabah di Desa Sitiwinangun, Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon, menyelesaikan pesanan demi pesanan.
Penulis: Siti Masithoh | Editor: Ichsan
Jika dihaluskan memakai mesin, hasilnya tidak akan sehalus yang diinjak oleh kaki.
Setelah itu, sebelum dicetak, tanah tersebut akan diremas-remas untuk memisahkan tanah dari batu-batu yang tersisa.
Setelah di remas-remas dan dirasa sudah cukup menyatu, barulah tanah tersebut dibuat di atas papan yang terbuat dari kayu.
Alat tersebut biasa disebut perbot. Bentuknya bulat dan akan diputar menggunakan kaki.
Tanah yanng sudah diremas tadi akan dibentuk pola di atas perbot.
Setelah jadi sesuai bentuk gerabah yang diinginkan, gerabah akan dijemur hingga kering.
Namun, dalam meningkatkan daya saingnya, sebagian perajin ada yang membakar gerabah untuk menyelesaikan proses pengeringan.
Jika dibakar di tempat terbuka, membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Jika dibakar menggunakan oven, membutuhkan waktu satu hingga tiga jam.
Obat Penurun Kolesterol Paling Ampuh, Tepat Digunakan Setelah Menyantap Makanan Bersantan https://t.co/KtyIZxCgXU via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) December 2, 2018
"Kalau dibakar di tempat terbuka, membutuhkan ketelitian tinggi, makannya ada yang memakai oven. Tapi masih sederhana, masih menggunakan kayu bakar," ujar Kadus Desa Sitiwinangun, Kadmiya, kepada Tribun Jabar.
Selain pembakaran yang mulai menggunakan teknik oven, perajin gerabah di Sitiwinangun mulai membuat gerabah lebih variatif.
Untuk jenis souvenir, biasanya para perajin menambahkan cat pewarna sebagai pemanis.
Pemerintah desa berharap, mendapat perhatian dari Pemkab Cirebon dan Pemprov Jabar, untuk meningkatkan gerabah tersebut.
Pasalnya, selain sebagai penghasilan warga, gerabah tersebut merupakan tradisi warisan nenek moyangnya yang harus dilestraikan.