BBKSDA Jabar Sayangkan Penembakan Macan Tutul di Soreang, Pelaku Belum Ditindak
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Jabar menyayangkan peristiwa penembakan macan tutul yang dilakukan oknum warga
Penulis: Mumu Mujahidin | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mumu Mujahidin
TRIBUNJABAR.ID, SOREANG - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Jabar menyayangkan peristiwa penembakan macan tutul yang dilakukan oknum warga di Soreang, Kabupaten Bandung dua pekan lalu.
"Karena keberadaan kami (BBKSDA) belum diketahui warga, mereka melapor ke polisi dan karena cemas atau bagaimana sebelum polisi datang hewan itu sudah ditembak duluan oleh warga," ujar Koordinatir Evakuasi dan Penyelamatan TSL (Tumbuhan dan Satwa Liar) BBKSDA Jabar Toni Setiana melalui telepon seluler, Kamis (29/11/2018).
Toni menuturkan peristiwa penembakan tersebut terjadi sekitar dua minggu lalu. Waktu itu menjelang Magrib warga yang hendak ke MCK umum dikejutkan oleh keberadaan macan tutul.
Warga tidak tahu jika hewan tersebut merupakan macan tutul dan termasuk satwa langka yang dilindungi oleh pemerintah. Mereka, kata Toni, menyebutnya semacam musang besar atau gohgor.
"Kami sudah sampaikan kepada warga, aparat desa dan kepolisian ini sangat disayangkan. Sebenarnya ini bisa ditangkap hidup-hidup dengan dibius atau seperti apa," katanya.
• Kisah Eva Dewi Rahmadiani, Satu-satunya Perempuan yang Ikut Homeless World Cup 2018 di Mexico City
Berdasarkan informasi dari warga dan aparat desa sejenis hewan buas ini merupakan peliharaan warga yang kemudian dilepas begitu saja. Karena keberadaan hutan sebagai habitat asli macan tutul di Gunung Tilu berada 10 KM lebih dari lokasi kampung tersebut.
"Informasi lain ada warga desa sebelah pernah memelihara. Waktu di hutan warga tersebut menemukan anaknya (macan) dikira kucing hutan ternyata macan. Setelah agak besar karena galak lalu dilepasin," tuturnya.
Gempi Pilih Ikut Gading Marten, Gisel Merasa Bersalah Tak Bisa Wujudkan Keluarga yang Utuh https://t.co/2dVViAMIPi via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) November 29, 2018
Berdasarkan informasi dari warga macan tutul tersebut langsung dikubur pascaditembak warga. Dan perkiraan usia macan tutul tersebut masih kurang dari satu tahun
"Kemungkinan dilepas. Ukurannya masih kecil seperti anjing jadi masih anak-anak. Perkiraannya usianya kurang dari setahun," ujarnya.
Atas kejadian tersebut BBKSDA langsung melakukan sosialisasi kepada warga, aparat desa dan kepolisian setempat untuk mengantisipasi hal-hal serupa di masa yang akan datang. Dan segera melaporkan kejadian serupa ke BBKSDA untuk dilakukan penanganan.
WhatsApp Dikabarkan Siapkan Fitur Baru, Panggilan Telepon dan Video Langsung Melalui Group Chat https://t.co/HPelOp25hf via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) November 29, 2018
Penembak Macan Tutul Belum Ditindak
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jabar masih menelusuri motif penembakan macan tutul di Soreang dua pekan lalu.
"(Sementara) tidak ada tindakan karena hanya ketidaktahuan warga saja, keresahan warga saja. Kami sosialisasi warga, aparat desa dan polisi juga," kata Toni Setiana.
Bahkan jika diperlukan BBKSDA akan melakukan microspi atau semacam autopsi pada macan tutul tersebut, dengan menggali kembali makam macan tutul tersebut.
"Kami masih menunggu perintah dari atasan. Kami biasanya bekerja sama dengan tim dokter dari Kebun Binatang Bandung," katanya.
• Berharap Mukjizat, Korban Begal di Pintu Masuk Riung Bandung Makin Kritis, Pelaku Belum Tertangkap
Toni menuturkan macan tutul merupakan satwa langka yang dilindungi oleh pemerintah. BBKSDA memang menyayangkan aksi penembakan macan tutul tersebut. Namun di satu sisi, berarti ada progres perkembangbiakan macan tutul.
"Dengan informasi seperti ini berarti masih terjadi perkembangbiakan di kawasan hutan terutama di Gunung Tilu. Ada orang bisa nangkap anaknya berarti masih ada perkembangbiakan," ujarnya.
Seperti diketahui, Gunung Tilu merupakan lokasi cagar alam yang dijadikan habitat macan tutul. Meski demikian populasi macan tutul di Gunung Tilu masih sedikit.
"Secara rutin kami melakukan inventarisasi keberadaan (hewan langka dilindungi). Belum ada penelitian lanjutan terkait jumlah, tapi banyak yang menemukan (macan) sambil bawa anaknya, artinya masih ada perkembangbiakan yang potensial untuk menambah jumlah populasi," katanya.