Sepenggal Kisah Aban, Enggan Berhenti Membuat Kerupuk Meski Sudah Berusia Senja
Meski hanya berprofesi sebagai pembuat kerupuk jengkol rumahan, Aban mengaku kalau ia mampu menyekolahkan ke-sebelas anaknya dan mampu membangun rumah
Penulis: Hakim Baihaqi | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan wartawan Tribun Jabar, Hakim Baihaqi
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Diusianya yang telah menginjak angka 72 tahun, Aban, warga Kampung Babakan Limus, Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, tetap setia menjadi produsen makanan ringan berjenis kerupuk berbahan dasar jengkol.
Pria kelahiran Garut, 12 November 1946 ini, masih begitu terampil mengolah buah jengkol (Archidendron pauciflorum), menjadi kerupuk jengkol yang masih digandrungi oleh berbagai lapisan masyarakat.
Pada 1970, Aban yang memiliki 11 orang anak ini, mengaku frustasi karena tidak kunjung mendapatkan pekerjaan layak, sedangkan kebutuhan sehari-hari untuk anak dan istri harus tetap dipenuhi.
Edy Rahmayadi Dapat Tekanan Agar Mundur, Anggota Exco Akui Publik Sudah Muak dengan PSSI https://t.co/X21VNERd0h via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) November 26, 2018
Saat merasakan kesulitan mendapatkan pekerjaannya itu, kakak kandung Aban memberikan ide dan cara untuk mencoba mengolah jengkol yang banyak tumbuh pada saat itu untuk diolah menjadi produk bernilai ekonomis.
"Dengan modal seadanya, saya memutuskan untuk menjadi pembuat kerupuk jengkol, tanpa pikir panjang lagi," kata Aban di kediamannya di Kampung Babakan Limus, Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Senin (26/11/2018).
Meskipun di usia paruh bayanya ini, tangan Aban masih begitu terampil memproduksi kerupuk jengkol, mulai dari pengolahan adonan kerupuk, penjemuran, hingga penggorengan, dilakukan seorang diri tanpa bantuan.
Tak tanggung-tanggung, dalam setiap pekannya, 300 kilogram tepung tapioka, 20 kilogram jengkol, dan berbagai bumbu tambahan, menjadi makanan pelengkap berbagai hidangan lainnya, yakni bakso, nasi goreng, ketupat, dan berbagai makanan lainnya.
• Rayakan Ulang Tahun, Holiday Inn Pasteur Keliling Bandros Gunakan Kostum Ala 80-an
Aban bercerita, dalam setiap bulannya, dari bisnis kerupuk jengkol ini ia memiliki omzet hingga belasan juta rupiah dan memproduksi kerupuk jengkol hingga ratusan kilogram.
"Biaya paling modal paling besar itu aci (tepung tapioka), karena dalam satu minggu menghabiskan tiga kwintal," katanya.
Meski hanya berprofesi sebagai pembuat kerupuk jengkol rumahan, Aban mengaku kalau ia mampu menyekolahkan ke-sebelas anaknya dan mampu membangun rumah kecilnya tersebut.
Meski telah ada selama puluhan tahun, kata Aban, ia sama sekali belum pernah memasarkan kerupuk buatannya tersebut ke pasar tradisional atau pun ke sentra oleh-oleh yang ada di Kabupaten Sumedang atau Bandung.
"Dari pertama usaha sampai sekarang, pembeli datang ke sini sendiri," katanya.
Untuk harga kerupuk jengkol yang ia produksi, Aban hanya membanderol dengan harga terjangkau, yakni Rp 5 ribu kemasan berisi enam keping dan Rp 10 ribu berisi 12 keping.
"Sampai sekarang masih banyak yang beli," katanya.
• Mau Beli Motor Sport Fairing Kelas 150 cc? Nih Daftar Komplet Harganya
• Jadi Ikon Wisata Kota Bandung, Bus Bandros Ternyata Bisa Disewa untuk Event, Begini Prosedurnya